• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh ekstrak kulit buah rambutan terhadap jumlah eritrosit tikus yang dipapar asap rokok

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengaruh ekstrak kulit buah rambutan terhadap jumlah eritrosit tikus yang dipapar asap rokok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan asap rokok sebanyak 3 batang/hari selama 30 hari pada kelompok kontrol negatif berpengaruh terhadap penurunan jumlah eritrosit yaitu berkisar antara 6,64-7,15 x 106/µl darah, sedangkan pada kelompok KP3 diberi dosis 45 mg/kgBB ekstrak kulit buah rambutan menunjukkan rerata jumlah eritrosit tertinggi berkisar antara 7,42-8,16 x 106/µl darah (Tabel 4). Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) jumlah eritrosit pada tikus putih normal berkisar antara 7,2-9,6 x 106/µl. Jumlah eritrosit yang lebih rendah pada kelompok kontrol negatif ini diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas dari paparan asap rokok. Radikal bebas merupakan suatu atom, molekul, senyawa yang dapat berdiri sendiri mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan di orbital terluarnya. Radikal bebas yang terbentuk dari asap rokok salah satunya adalah radikal hidroksil (•OH) yang mempunyai sifat sangat

reaktif. Asap rokok yang terinhalasi ke dalam sistem pernafasan, maka akan masuk ke sistem sirkulasi darah sehingga menimbulkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dan menyebabkan stres oksidatif pada eritrosit. Di dalam tubuh pembentukan radikal bebas terjadi pada membran plasma eritrosit yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids = PUFA) yang secara alami mudah sekali teroksidasi menghasilkan berbagai

senyawa radikal bebas terutama radikal hidroksil. Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995; Kartikawati 1999). Akibat dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit degeneratif (Halliwel 1992). Proses oksidasi tersebut menyebabkan kadar asam lemak esensial pada membran plasma menjadi berkurang dan permeabilitas membran terganggu sehingga radikal bebas menjadi makin mudah menerobos masuk ke dalam sel dan mengakibatkan berbagai kerusakan, seperti merusak DNA yang dapat memicu timbulnya kanker (Sundaryono 2011). Radikal bebas tersebut dapat merusak komponen lipid pada membran sel yang berupa fosfolipid, kolesterol dan protein. Fosfolipid dan kolesterol ini mengandung asam lemak tak jenuh ganda (linoleat, linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal bebas. Kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan proses sebagai berikut: 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan komponen membran, sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor; 2) Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu; 3) Reaksi peroksidasi lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk (PUFA = poly unsaturated acid). Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel (Muhammad 2009).

Hasil uji statistik dengan menggunakan One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Least Significant Different (LSD), menunjukkan adanya adanya perbedaan bermakna antara kelompok kontrol negatif terhadap kelompok kontrol positif, KP1, KP2 dan KP3. Hal ini karena pada masing-masing kelompok KP1, KP2, KP3 diberi ekstrak kulit buah rambutan dengan dosis yang berbeda sedangkan kelompol kontrol negatif tanpa diberi ekstrak kulit buah rambutan hanya paparan asap rokok. Pada kelompok kontrol positif tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap kelompok KP1, KP2

dan KP3, namun terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kelompok KP3 dengan taraf siginifkansi lebih kecil dari 0,05 (p<5%). Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak kulit buah rambutan pada kelompok KP3 tersebut memberikan efek yang tinggi dalam meningkatkan jumlah eritrosit dalam kisaran normal. Sedangkan kelompok KP1 dan KP2 tidak terdapat perbedaan yang bermakna dimana hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak kulit buah rambutan tersebut memberikan efek yang sama dalam meningkatkan jumlah eritrosit dalam kisaran normal. Namun dari hasil rerata jumlah eritrosit pada Gambar 12, bahwa kelompok KP1, KP2 dan KP3 mengalami peningkatan jumlah eritrosit hingga hari ke 30. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah eritrosit seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak pada kelompok perlakuan sesuai dengan hasil uji regresi linier. Hasil uji regresi linier data jumlah eritrosit menunjukkan hubungan antara dosis ekstrak kulit buah rambutan dan jumlah eritrosit dengan model persamaan regresi liniernya adalah Y = 7,26 + (0,29)X, bahwa semakin besarnya dosis ekstrak kulit buah rambutan yang diberikan, maka dapat meningkatkan jumlah eritrosit. Namun dari hasil R2 diperoleh sebesar 0,320 = 32%, hal ini menunjukkan nilai yang rendah dibawah 50%. Jadi kandungan senyawa di dalam ekstrak kulit buah rambuatan kurang berpengaruh terhadap peningkatan jumlah eritrosit dan masih ada 68% disebabkan oleh pengaruh atau faktor lain yang tidak diketahui dan tidak diamati dalam penelitian ini, sehingga ekstrak kulit buah rambutan kurang berpontensi untuk dikembangkan sebagai agen proteksi.

Sundaryono (2011) menyatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa aktif polifenol yang berperan sebagai antioksidan, yang dapat meningkatkan eritropoiesis (proses pembentukan eritrosit) dalam sumsum tulang. Peningkatan jumlah eritrosit pada kelompok KP1, KP2 dan KP3 yang diberi perlakuan ekstrak kulit buah rambutan secara oral diduga kuat disebabkan karena adanya kerja polifenol (Thitilertdecha et al 2010). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sundaryono (2011) bahwa kandungan flavonoid pada ekstrak kulit buah rambutan dapat meningkatkan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan persentase hematokrit darah.

Polifenol merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan eksogen, yang bertindak sebagai pendonor atom hidrogen (H+) kepada radikal bebas agar menjadi radikal bebas stabil yang sifatnya tidak merusak sehingga membran lipid pada sel darah dapat terlindungi dari radikal bebas. Antioksidan dapat melindungi suatu penyusun lipid yang terdapat dalam membran sel (PUFA) dari serangan oksidasi termasuk serangan dari radikal bebas (Muhtadi et al. 2014). Salah satu dari kelompok senyawa polifenol yang dapat ditemukan di kulit buah rambutan yang berperan sebagai antioksidan yaitu flavonoid (Dewi et al. 2013). Flavonoid bersifat lipofilik sehingga mampu berikatan dengan membran sel eritrosit dan berfungsi sebagai pelindung terhadap radikal bebas.

Flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kulit buah rambutan yang diberikan secara oral, akan mengalami proses pencernaan dan penyerapan oleh dinding-dinding pencernaan kemudian diedarkan melalui darah. Flavonoid yang berada di dalam peredaran darah ini akan menstimulir ginjal pada sel globulin plasma untuk mengeluarkan hormon yang dinamakan eritropoietin. Eritropoietin adalah suatu hormon glikoprotein yang terdapat dalam darah, selanjutnya hormon eritropoietin yang beredar dalam pembuluh darah sehingga menstimulasi sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah atau eritropoiesis. Sel induk primordial sumsum tulang akan membentuk hemositoblast yang baru secara kontinyu. Hemositoblast mula-mula membentuk eritoblast basofil yang mulai mensintesis hemoglobin. Eritoblast kemudian menjadi eritoblast polikromatofilik, setelah ini inti sel menyusut, sedangkan hemoglobin dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak dan sel menjadi normoblast. Setelah sitoplasma normoblast terisi dengan hemoglobin, inti menjadi sangat kecil dan dibuang. Pada waktu yang sama, retikulum endoplasma direabsopsi. Sel pada stadium ini dinamakan retikulosit karena ia masih mengandung sejumlah kecil retikulum endoplasma basofilik yang menyelingi di antara hemoglobin di dalam sitoplasma. Sementara sel dalam stadium retikulosit ini, mereka masuk ke dalam kapiler darah dengan diapedesis (menyelip melalui pori membran). Retikulum endoplasma tersisa di dalam retikulosit terus menghasilkan hemoglobin selama satu sampai dua hari, tetapi pada akhir waktu itu retikulum hilang sama sekali dan pada akhirnya menjadi eritrosit dan membelah secara mitosis.

2. Pengaruh ekstrak kulit buah rambutan terhadap kadar hemoglobin tikus