• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Analisis Regresi Fungsi Produksi Cobb-Douglas

2. Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produksi Kubis

a. Pengaruh penggunaan faktor produksi berupa tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan variabel luas lahan secara bersama-sama terhadap produksi kubis dapat diketahui dengan melakukan uji F (F-test).

Tabel 20. Analisis Varians Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Kubis MT Januari - Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar

Model Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhitumg Ftabel (α: 5%) Sig. Regression Residual 0,454 0,111 6 23 0,076 0,005 15,744** 2,53 0,000a Total 0,564 29

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : **) : Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% Berdasarkan pada Tabel 20 dapat diketahui bahwa, nilai F hitung sebesar 15,744 lebih besar dari F tabel (2,53). Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi yang berupa tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan variabel luas lahan secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi kubis di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

b. Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi kubis dapat diketahui melalui uji keberartian koefisien regresi dengan uji t (t-test).

commit to user

Tabel 21. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Kubis MT Januari - Maret 2012 di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. No Variabel Koefisien Regresi t hitung ttabel (a:5% &10%) Sig 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tenaga Kerja Benih Pupuk Kandang Pupuk Phonska Insektisida Prevaton Luas Lahan -0,495 0,100 0,703 -0,264 -0,017 0,605 -2,245** 1,733* 2,876** -2,620** -0,152ns 3,263** 1,714 1,714 1,714 1,714 1,714 1,714 0,038 0,075 0,006 0,012 0,828 0,003 Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% *) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90% ns) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan

90% dan 95% 1) Tenaga Kerja

Berdasarkan tabel analisis uji keberartian koefisien regresi di atas, dapat diketahui bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. Variabel tenaga kerja memiliki nilai t hitung sebesar -2,245 yang lebih besar dari pada t tabel (1,714) dan nilai koefisiensi regresi tenaga kerja sebesar -0,495, yang artinya setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan produksi kubis sebesar 0,495%. Hal ini menunjukan bahwa faktor produksi tenaga kerja memiliki hubungan negatif terhadap produksi kubis.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting digunakan dalam kegiatan usahatani. Tenaga kerja yang digunakan dalam mengelola usahatani kubis antara lain untuk kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, dan pemanenan. Penambahan tenaga kerja memang secara langsung tidak meningkatkan produksi kubis. Hal ini disebabkan karena apabila tenaga kerja semakin

commit to user

bertambah, maka kinerja mereka tidak dapat optimal. Dalam hubungan input output, proses produksi pertanian dikenal dengan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang atau disebut juga

The Law of Deminishing Return, dimana pada saat penggunaan jumlah input masih rendah maka respon (kenaikan hasil akibat penambahan satu satuan input tersebut) semakin tinggi namun kemudian responnya menurun (untuk penambahan satu satuan input yang sama ternyata tambahan hasilnya semakin kecil). Dalam usahatani kubis bukan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang diperlukan tetapi kualitas ketrampilan sumber daya manusianya dalam budidaya, oleh karena itu diperlukan kualitas sumber daya manusia yang baik sehingga menghasilkan produksi yang meningkat.

2) Benih

Variabel benih memiliki angka yang lebih besar apabila dibandingkan dengan angka pada t tabel (1,714) yaitu 1,733 dan nilai koefisiensi regresi benih sebesar 0,100, yang artinya setiap penambahan benih sebesar 1%, maka akan terjadi peningkatan produksi kubis sebesar 0,100%. Hal ini menunjukan bahwa faktor produksi kubis memiliki hubungan positif terhadap produksi kubis.

Berdasarkan hasil penelitian benih berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. Penambahan penggunaan benih baru akan meningkatkan produksi kubis. Benih baru akan menjaga kemurnian sifat-sifat unggul dari benih tersebut, seperti tahan terhadap hama penyakit tanaman dan dapat menghasilkan krop kubis yang lebih besar sehingga produksi kubis bisa bertambah. Penggunaan benih oleh petani sebesar 0,0567 kg/Ha, belum sesuai dengan rekomendasi yaitu sebesar 0,700 – 0,850 kg/Ha, hal ini dikarenakan luas lahan yang dimiliki petani di daerah peneitian sempit, sehingga petani belum menanam dengan jarak tanam yang sesuai dengan aturan.

commit to user

3) Pupuk Kandang

Variabel pupuk kandang mempunyai angka pada t hitung yang bernilai 2,876. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan t tabel (1,714) sehingga variabel pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap produksi kubis dan nilai koefisiensi regresi pupuk kandang adalah sebesar 0,703, yang artinya setiap penambahan pupuk kandang sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi kubis sebesar 0,703%,. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pupuk kandang mempunyai hubungan positif terhadap produksi kubis.

Pupuk kandang digunakan oleh petani sebagai pupuk dasar dalam pengelolaan usahatani. Pupuk kandang merupakan sumber hara bagi tanaman kubis, karena pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah yang kaya akan unsur hara tanah baik fisika, kimia maupun biologi tanah, sehingga jika unsur hara tinggi maka produksi kubis juga akan meningkat.

Penambahan penggunaan pupuk kandang berarti

meningkatkan sumber hara dan bahan organik tanah, sehingga tanah menjadi lebih subur. Tanah yang subur membuat tanaman dapat menyerap lebih banyak nutrisi yang diperlukan, sehingga kebutuhannya tercukupi. Tanaman yang kebutuhan nutrisinya tercukupi akan tumbuh subur dan memberikan produksi yang tinggi.

Penggunaan pupuk kandang oleh petani adalah sebesar 838,83 kg/Ha masih kurang dari rekomendasi Dinas Pertanian yaitu sebesar 1.000 - 2.000 kg/Ha, sehingga penggunaan pupuk kandang harus ditambah agar dapat menaikkan produksi kubis. Penggunaan pupuk kandang yang belum sesuai dengan rekomendasi ini dikarenakan rekomendasi dari Dinas Pertanian bersifat umum, oleh karena itu dalam penerapan penggunaan pupuk perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

commit to user

4) Pupuk Phonska

Variabel pupuk phonska memiliki angka pada t hitung yang menunjukkan angka -2,620 yang lebih besar dari t tabel (1,714). Hal ini berarti variabel pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap produksi kubis dan memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,264. Hal ini berarti setiap penambahan 1% pupuk phonska dapat menurunkan produksi kubis sebesar 0,264%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi pupuk phonska memiliki hubungan negatif terhadap produksi kubis. Dalam hal ini juga berlaku hukum hasil yang semakin berkurang atau disebut juga The Law of Deminishing Return, dimana pada saat penggunaan jumlah input masih rendah maka respon (kenaikan hasil akibat penambahan satu satuan input tersebut) semakin tinggi namun kemudian responnya menurun (untuk penambahan satu satuan input yang sama ternyata tambahan hasilnya semakin kecil.

Pupuk phonska adalah pupuk kimia majemuk NPK yang mengandung Nitrogen (N) 15%, Fosfat (P2O5) 15%, Kalium (K2O) 15%, Sulfur (S) 10%, dan kadar air maksimal 2%. Pupuk phonska berbentuk butiran berwarna merah muda. Pupuk phonska bersifat, mudah larut dalam air, mengandung unsur N, P, K dan S sekaligus, kandungan unsur hara setiap butir pupuk merata, larut dalam air sehingga mudah diserap tanaman, sesuai untuk berbagai jenis tanaman, meningkatkan produksi dan kualitas panen, menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan, menjadikan tanaman lebih hijau dan segar karena banyak mengandung butir hijau daun, memacu pembentukan bunga, memperbesar buah, serta masih banyak manfaat lainnya dari pupuk phonska. Selain memiliki banyak manfaat penggunaan pupuk anorganik yang melebihi dosis dapat berakibat fatal bagi tanaman, misalnya dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, menurunkan kesuburan

commit to user

tanah, dan merusak struktur tanah. Akibatnya akar bawah tanaman menjadi pendek, sehingga produktivitas tanaman menurun dan juga akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis di Indonesia

Penggunaan pupuk phonska oleh petani 132,5 /Kg/Ha, dan rekomendasi Dinas Pertanian yaitu sebesar 100 - 150 Kg/Ha. Penggunaan pupuk phonska sebenarnya sudah sesuai dengan rekomendasi hal ini dikarenakan rekomendasi dari dinas bersifat umum, dan dalam prakteknya penggunaan pupuk ini harus disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah di tiap-tiap daerah. Harga pupuk phonska sebesar Rp 2.800,00/Kg.

5) Insektisida Prevaton

Variabel insektisida Prevaton memiliki angka pada t hitung sebesar -0,152 yang lebih kecil dari t tabel (1,714). Hal ini berarti bahwa variabel insektida Prevaton tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kubis.

Penggunaan insektisida Prevaton oleh petani di daerah sudah sesuai dengan rekomendasi dari Petugas Penyuluh Lapang yaitu sebesar 2000 - 2500 cc/Ha. Hal ini disebabkan karena selain menggunakan insektisida kimia, petani di Tawangmangu juga menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) karena kelestarian alam di Tawangmangu masih terjaga dengan baik. Sistem PHT mendahulukan cara-cara nonkimia yang dapat diterapkan untuk mengendalikan hama ulat daun antara lain pengendalian secara kultur teknis dengan menggunakan tanaman perangkap dan pengaturan waktu tanam. Sistem PHT yang dilakukan oleh petani adalah dengan cara tanaman budidaya sehat,

melestarikan dan mendayagunakan fungsi musuh alami,

pengamatan lahan mingguan, dan petani ahli di lahannya sendiri. Insektisida Prevaton mampu mengendalikan hama pada tanaman kubis serta efektif pula untuk tanaman pangan lainnya.

commit to user

Cara kerja cairan putih ini, aktif terhadap serangan hama terutama ulat dengan tidak mematikan serangga berguna serta cukup ramah terhadap lingkungan. Dalam tujuh menit dapat menghentikan aktivitas makan serangga, mematikan telur atau larva yang baru menetas. Penggunaan Prevaton sangat efektif memanggulangi hama khususnya ulat dan terbukti telah mampu bekerja lebih efektif.

6) Luas Lahan

Luas lahan yang merupaka regresi dari variabel luas lahan dan perekat Bonstik yang mempunyai angka pada t hitung bernilai 3,263. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan t tabel (1,714) sehingga variabel luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. Variabel luas lahan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,605 dan memiliki hubungan yang positif. Hal ini berarti setiap penambahan 1% variabel luas lahan dapat menaikkan produksi kubis sebesar 0,605%. Semakin bertambahnya luas lahan maka jumlah tanaman kubis yang dapat ditanam juga akan meningkat diikuti juga dengan meningkatnya penggunaan perekat, hal ini dimungkinkan dapat meningkatkan produksi kubis.

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Rata- rata luas lahan garapan di Kecamatan Tawangmangu adalah sebesar 0,06 Ha. Biaya sewa lahan di Kecamatan Tawangmangu adalah sebesar Rp 14.000.000,00/Ha

Berdasarkan hasil penelitian faktor produksi luas lahan dan perekat Bonstik ditemukan penyakit. Multikolinearitas ini dapat diobati dengan cara meregresikan variabel luas lahan dan perekat Bonstik, sehingga ditemukan variabel baru yang dinamakan luas lahan (X8).

c. Faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi kubis dapat diketahui dengan uji standard koefisien regresi (b’).

commit to user

Nilai standar koefisien regresi pada usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Nilai Standard Koefisien Regresi

No. Faktor Produksi Standar Koefisien

Regresi (b’) Peringkat 1. 2. 3. 4. 5. Tenaga Kerja Benih Pupuk Kandang Pupuk Phonska Luas Lahan -0,495 0,099 0,703 -0,265 0,605 5 3 1 4 2 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Berdasarkan analisis pada Tabel 22 dapat diketahui bahwa nilai standard koefisien regresi pada masukan pupuk kandang (0,703) menunjukkan angka yang lebih besar daripada nilai standard koefisien regresi pada masukan tenaga kerja (-0,495), masukan benih (0,099), masukan pupuk phonska (-0,265), maupun masukan luas lahan (0,605). Hal ini berarti masukan yang paling berpengaruh terhadap produksi kubis adalah masukan yang berupa pupuk kandang. Untuk mengetahui seberapa jauh faktor produksi yang digunakan dalam usahatani kubis dapat menjelaskan produksi kubis digunakan uji koefisien determinasi (R2). Dalam analisis ini jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model ada lebih dari dua variabel bebas, sehingga koefisien determinasi yang digunakan adalah adjusted R2 atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan. Dari hasil analisis diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,753 atau 75,3 persen yang berarti bahwa variasi produksi kubis 75,3% dipengaruhi oleh variabel tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk phonska, insektisida Prevaton, dan luas lahan sedangkan 24,7% sisanya dijelaskan oleh faktor lain seperti kondisi kesuburan tanah, cuaca, serta faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

commit to user

D. Pengujian Asumsi Klasik

1. Multikolinearitas

Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari matriks Pearson Correlation (PC). Jika PC < 0,8 maka antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas (Soekartawi, 1995 :94).

Multikolinearitas dapat dideteksi melalui besarnya Matrik Pearson Corelation. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai Matriks Pearson Corelation diketahui bahwa nilai terbesar dari keseluruhan korelasi antara variabel-variabel bebas adalah 0,827, dengan nilai ini dapat diartikan bahwa dalam model diindikasikan terdapat multikolinearitas karena besarnya korelasi antara veriabel luas lahan dan variabel perekat Bonska melebihi nilai 0,80. Dalam bidang ekonomi, hampir tidak mungkin terdapat variabel yang tidak berhubungan satu sama lain. Sama halnya dalam penelitian ini, apabila terjadi peningkatan luas lahan, maka akan terjadi pula peningkatan pada penggunaan perekat Bonstik. Karena perekat Bonstik ini sangat berguna untuk mejaga agar pestisida yang disemprotkan tidak mudah hilang terbawa oleh air hujan, sehingga akan mengurangi serangan hama yang menyerang.

Multikolinearitas ini perlu dilakukan pengobatan untuk mengatasi multikolinearitas tersebut, salah satunya dengan membuat model baru yaitu: Y = 3,894. X2-0,495. X30,100 . X40,703. X5-0,264. X6-0,017. X80,605

Berdasarkan Matriks Pearson Corelation dalam hasil regresi model baru antara variabel luas lahan dengan perekat Bonstik, maka diperoleh bahwa nilai Pearson Corelation antar variabel-variabel bebas terbesar adalah sebesar 0,780 ini berarti sudah tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model baru tidak terdapat multikolinearitas.

2. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola sebaran titik- titik pada diagram scatterplot (Priyatno, 2009:164). Berdasarkan diagram

commit to user

menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model yang digunakan.

Dokumen terkait