HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Faktor Produksi (Jumlah Ternak, Luas Kandang, Jumlah Tenaga Kerja, Biaya Bibit, Dan Obat-obatan) Terhadap Pendapatan
Peternak Sapi Potong Di Desa Balai Jaya
Pendapatan merupakan hasil produksi dari proses usaha yang dijalankan
baik oleh peternak maupun pengusaha lainnya. Dalam memperoleh pendapatan
yang lebih maksimal pada suatu usaha ternak, diperlukan analisis tentang
penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih efisien. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi pada suatu usaha
ternak. Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi peternak Sapi Potong di Desa
Balai Jaya, Kabupaten Rokan Hilir adalah jumlah ternak, luas kandang, Jumlah
tenaga kerja, Bibit, dan Obat-obatan. Berdasarkan pembatasan masalah yang
dilakukan peneliti, diperoleh hasil pengolahan data dengan menggunakan paket
program komputer statistik SPSS 16.0 berikut ini :
Tabel 9. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Koefisien Regresi Standart
Error
T-hitung Sig
Jumlah Ternak (X1) 373.528 56.264 6.639 .000
Luas Kandang (X2) 17.466 6.314 2.766 .012
Jumlah Tenaga Kerja (X3) -807.298 297.014 -2.718 .014
Bibit (X4) -20.879 2.093 -9.976 .000 Obat-obatan (X5) 373.528 .522 1.613 .123 Konstanta -1188.365 Multiple – R 0, 998 R- Square 0, 996 α 0,05 T- tabel 2,093 F- tabel 2,71 F-hitung 1011,640
Dari Tabel diatas diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = -1188.365+ 373.528X1 + 17.466X2 - 807.298X3 - 20.879X4 + 373.528X5 + e
Dari hasil pengujian diketahui nilai konstanta sebesar -1188.365 artinya jika
terjadi pengurangan satu satuan pada nilai, maka akan memperoleh nilai Y sebesar
-1188.365 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Nilai
koefisien determinasi (R-Square) dari penelitian ini adalah 0,996 artinya 99,6%
pendapatan peternak sapi potong dapat dijelaskan dengan adanya variabel jumlah
ternak, luas kandang, jumlah tenaga kerja, bibit, dan obat-obatan sedangkan
sisanya 0,4% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Pengujian hipotesis secara serempak dilakukan dengan menggunakan Uji-F
dan secara parsial dapat dilakukan dengan Uji-T dengan tingkat kepercayaan
99,6% (α = 0,05). Hasil pengujian hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Uji Pengaruh Secara Serempak
Hasil pengujian secara statistik diperoleh nilai F-hitung sebesar 1011,640
dan nilai F-tabel sebesar 2,87 pada taraf kepercayaan 99,6% (α = 0,05) dengan
kata lain F-hitung > F-tabel (1011,640 > 2,71), maka H1 diterima dan H0 ditolak
yang artinya secara serempak variabel jumlah ternak, luas kandang, jumlah tenaga
kerja, biaya bibit, dan obat-obatan memiliki pengaruh nyata terhadap produksi
peternak sapi potong. Keputusan ini didukung dengan adanya nilai Multiple-R
sebesar 0,998 yang memiliki arti bahwa secara menyeluruh adanya hubungan
dan obat terhadap produksi peternak sapi potong di daerah penelitian sebesar
99,6%.
2. Uji Pengaruh Secara Parsial
Uji T digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel-variabel
bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Interpretasi setiap variabel
bebas pada model dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengaruh Jumlah Ternak Terhadap Produksi Peternak Sapi Potong Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai koefisien regresi jumlah ternak
(X1) sebesar 373,528 yang bernilai positif, artinya penggunaan jumlah ternak
mempunyai pengaruh dalam peningkatan produksi peternak sapi potong di daerah
penelitian. Nilai T-hitung variabel jumlah ternak adalah 6,639 dan T-tabel 2,093,
maka T-hitung > T-Tabel (6,639> 2,093) dan hasil signifikansi (0,000< 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan kriteria
pengujian yang diperoleh maka dapat diartikan bahwa variabel jumlah ternak
secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi peternak sapi potong di daerah
penelitian. Hal ini disebabkan ternak sapi adalah ternak yang akan menghasilkan
daging dan kotoran. Sehingga jumlah ternak akan sangat mempengaruhi produksi
peternak sapi potong. Jumlah ternak yang makin banyak akan menghasilkan
produksi yang banyak juga dan sebaliknya jika ternak sapi semakin sedikit
produksi yang dihasilkan peternak juga akan semakin sedikit.
b. Pengaruh Luas Kandang Terhadap Produksi Sapi Potong
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai koefisien regresi luas
kandang (X2) sebesar 17.466 yang bernilai bernilai positif, artinya penggunaan
sapi potong di daerah penelitian. Nilai T-hitung variabel luas kandang adalah
2,766 dan nilai T-tabel 2,093, maka T-hitung > T-Tabel (2,766> 2,093) dan hasil
signifikansi (0,012 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan
H0 ditolak. Dengan kriteria pengujian yang diperoleh maka dapat diartikan bahwa
variabel luas kandang secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi
peternak sapi potong di daerah penelitian. Luas kandang harus disesuaikan
dengan jumlah sapi yang akan dipelihara.
c. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Produksi Peternak Sapi Potong
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai koefisien regresi jumlah tenaga
kerja (X3) sebesar -807.298 yang negatif, artinya pemanfaatan luas kandang di
daerah penelitian mempunyai pengaruh dalam penurunan produksi peternak sapi
potong di daerah penelitian. Nilai Thitung variabel jumlah tenaga kerja adalah
-2.718 dan T-tabel 2,093, maka T-hitung > T-Tabel (--2.718> 2,093) dan hasil
signifikansi (0,014 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan
H0 ditolak. Dengan kriteria pengujian yang diperoleh maka dapat diartikan
bahwa variabel jumlah tenaga kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap
produksi peternak sapi potong di daerah penelitian. Hal ini di karenakan tenaga
kerja adalah mereka yang bekerja untuk memelihara ternak sapi, memberikan
makan, minum dan sebagainya dalam pemeliharaan ternak sapi untuk
menghasilkan sapi yang sehat dengan begitu produksi peternak akan meningkat.
d. Pengaruh Bibit Terhadap Pendapatan Produksi Sapi Potong
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai koefisien regresi biaya bibit
(X4) sebesar -20.879 yang bernilai negatif, artinya pemanfaatan bibit di daerah
di daerah penelitian. Nilai hitung variabel biaya bibit adalah -9.976 dan nilai
T-tabel 2,093, maka T-hitung > T-Tabel (-9.976 > 2,093) dan hasil signifikansi
(0,000 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak.
Dengan kriteria pengujian yang diperoleh maka dapat diartikan bahwa variabel
biaya bibit secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi peternak sapi
potong di daerah penelitian. Hal ini dikarenakan bibit yang dikeluarkan peternak
merupakan hal yang sangat diperhitungkan dalam proses beternak. Oleh karena
itu, kegiatan pemeliharaan harus dilakukan secara teratur untuk dapat memberikan
produksi yang lebih maksimal sehingga secara langsung akan mempengaruhi
tingkat pendapatan yang diperoleh peternak sapi potong.
e. Pengaruh Obat-Obatan Terhadap Produksi Peternak Sapi Potong Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai koefisien regresi biaya
obatan (X5) sebesar 373.528 yang bernilai positif , artinya pemanfaatan
obat-obatan di daerah penelitian mempunyai pengaruh dalam penambahan produksi
peternak sapi potong di daerah penelitian. Nilai T-hitung variabel biaya
obat-obatan adalah 1,613 dan nilai T-tabel 2,093, maka T-hitung > T-Tabel (1,613 <
2,093) dan hasil signifikansi (0,123 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan H1
ditolak H0 diterima. Dengan kriteria pengujian yang diperoleh maka dapat
diartikan bahwa variabel biaya obat-obatan secara parsial tidak berpengaruh nyata
atau signifikan terhadap produksi peternak sapi potong di daerah penelitian. Hal
ini disebabkan penggunaan obat-obatan pada ternak sapi tidak banyak digunakan
peternak karena sapi ini lebih rentan terhadap penyakit. Pemberian obat-obatan
f. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong Biaya Produksi Usaha Ternak sapi Potong
Biaya produksi dalam usaha ternak sapi ini mencakup biaya bibit, biaya
penyusutan alat, biaya pakan, biaya tenaga kerja dan biaya obat-obatan. Untuk
lebih jelasnya biaya produksi usaha ternak sapi potong dilihat sebagai berikut :
Tabel 10. Biaya Operasional dan Biaya Tetap
No Komponen Satuan Jumlah
Rataan Umur (Bulan) Harga Per Satuan Total Biaya Rataan (Rp) 1 Obat-Obatan Obat cacing Vitamin Jamu Rp Rp Rp 11 14 14 3 1 1 70.000 50.000 30.000 826.000 692.000 376.800 2 BiayaTenaga Kerja Rp 2 1 100.000 1.384.000 3 Bahan Bakar Rp 8 1 10.000 80.000
Total Biaya Operasional 2.730.000
4 Biaya Bibit Rp 14 12 35.000 4.403.666
5 Biaya Penyusutan Kandang Rp 1 120 5.500.000 108.582 6 Biaya Penyusutan Alat
Sekop Cangkul Ember Sapu Lidi Tempat Makan Rp Rp Rp Rp Rp 1 1 3 2 1 24 24 24 12 24 45.000 50.000 20.000 10.000 250.000 2.700 2.529 2.332 1.229 12.916 Total Biaya/Bulan 10.622.754
Sumber Data Primer Diolah, 2018
Biaya Pakan
Jenis pakan sapi yang digunakan di daerah penelitian ini adalah jenis
rerumputan segar yang di ambil langsung peternak dari lahan yang tersedia di
sana. Sehingga biaya yang di keluarkan peternak adalah Rp. 1.384.000/bulan,
memakai tambahan pakan apapun dalam mengelolah usaha ternak sapi. Dengan
jumlah penggunaan pakan rata-rata 345 goni.
Biaya Pembelian bibit sapi
Biaya pembelian bibit sapi di daerah penelitian sebesar Rp. 35.000 /Kg. Bobot
berat sapi 100-142 termasuk sapi bakalan. Rataan jumlah bibit Sapi yang
digunakan adalah sebanyak 346 ekor, dengan total biaya rataan sebesar Rp.
52.844.000 dalam penggemukan serta pemeliharaan selama 12 bulan maka biaya
rataan yang di keluarkan 4.403.666 Per ekor. Biaya bibit ini yang ada pada waktu
penelitian sekarang ini.
Biaya Obat-obatan
Jenis obat-obatan yang digunakan adalah jenis obat cacing, vitamin B
kompleks, dan jamu. Obat-obatan sangat penting dalam membantu sistem
kekebalan tubuh sapi terhadap penyakit. Walaupun nutrisi ini dibutuhkan dalam
jumlah yang sedikit, tetapi sangat penting untuk memperlancar proses
pertumbuhan dan produksi, bahkan mencegah sapi mengalami penurunan nafsu
makan dan terhindar dari penyakit cacingan. Pemenuhan kebutuhan akan unsur
kalium dan fosfor akan membantu dalam proses pembentukan tulang dan daging
sapi potong. Pemberian obat cacing disana di lakukan 3 bulan sekali. Obat cacing
jumlah rataan obat yang di gunakan adalah 11 suntikan dengan biaya Rp. 826.000.
Obat cacing hanya sedikit digunakan, karena hanya sapi-sapi yang terinjeksi
penyakit cacingan saja yang diberi suntikan. Sedangkan dalam pemberian Vitamin
dengan 14 suntikan per bulan dengan biaya rataan yang dikeluarkan oleh peternak
dalam jumlah rataan dalam sebulan adalah 14 bungkus perbulannyan dengan
biaya rataan Rp. 376.800. Maka total biaya rataan yang harus dikeluarkan
peternak disana adalah Rp. 1.894.800 per bulannya.
Biaya Penyusutan Alat
Jenis biaya yang dihitung adalah penyusutan alat (sekop, cangkul, ember,
sapu lidi dan tempat Makan). Jumlah rataan penyusutan untuk biaya penyusutan
alat adalah sebesar Rp. 21.706 per orang.
Biaya Penyusutan Kandang
Biaya penyusutan kandang perbulan rata-rata peternak bisa dilihat pada
tabel diatas yaitu sebesar Rp. 108.582 per bulan. Kandang ini merupakan tempat
tinggal ternak sapi yang dipelihara untuk dapat menghasilkan Daging yang
berkualitas baik.
Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk diri sendiri, keluarga mau masyarakat.
Tenaga pada peternak sapi potong ini rata-rata dilakukan oleh tenaga kerja dalam
keluarga atau bisa disebut mereka yang memiliki ternak dan mereka juga sebagai
tenaga kerjanya. Karena prinsip mereka adalah selagi masih bisa dikerjakan
sendiri akan lebih menguntungkan dari pada mengambil tenaga kerja dari luar
yang harus digaji setiap bulannya. Rataan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
peternak adalah sebesar Rp. 1.384.000 per bulannya.
Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan setiap bulannya. Bahan
Bakar ini berfungsi untuk mencari rumput dan mengembala sapi-sapi mereka
untuk dapat memantau langsung kegiatan sapi ketika di lahan pengembalaan.
Pengunaan biaya rataan untuk bahan bakar adalah sebesar Rp. 80.000 per
bulannya.
Penerimaan Usaha Ternak sapi Potong per tahunnya.
Penerimaan diperoleh dengan melihat seberapa besar produksi yang dihasilkan baik itu produksi dari daging maupun dari kotoran sapi itu dengan harga jual yang ada. Semakin besar penerimaan yang diperoleh maka pendapatan akan semakin tinggi jika penggunaan biaya dilakukan secara efisien. Peternak disana menjual sapinya pada orang yang hendak berkurban di hari raya idul adha maupun idul fitri, mencari bibit sapi untuk diternakan, dan menjual sapi kepada orang yang pesta. Sedangkan kotoran sapi di jual kepada petani yang ada di daerah penelitian. Pada saat saya penelitian hanya 20 peternak saja yang menjual sapi mereka. Rataan jumlah ekor sapi yang terjual pada tahun ini adalah 2 ekor, jika ingin mengetahui harga perekornya adalah total penerimaan sapi Rp. 21.145.250 dibagi rataan jumlah
ekor sapi 2 ekor maka harga sapi perekornya adalah Rp. 10.572.625. Sedangkan untuk jumlah total rataan produksi yang dilakukan oleh peternak sapi potong sebesar 604,15 Kg/Tahun dengan harga jual yang dikeluarkan peternak sebesar Rp. 35.000/Kg. Sedangkan dari kotoran sapi tersebut sebesar 2932,88 Kg/Tahun dengan
harga jual Rp. 700/Kg. Rata-rata total penerimaan yang diperoleh peternak sapi adalah sebagai berikut :
TR Sapi = P x Q
= Rp. 35.000/Kg x 604,15/Tahun
TR Kotoran Sapi = P x Q
= Rp. 700 /Kg x 2932,88 Kg/Tahun
= Rp. 2.053.016 /Tahun
TR Peternak Sapi = Sapi + Kotoran Sapi
= Rp. 21.145.250 + Rp. 2.053.016
= Rp. 23.198.266/Tahun
Setelah diperoleh nilai penerimaan per tahunnya maka diperlukan analisis terhadap pendapatan peternak sapi potong. Pendapatan diperoleh dari selisih penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam waktu tertentu. Rincian rata-rata pendapatan yang diperoleh peternak sapi potong ndi daerah penelitian adalah sebagai berikut :
π = TR – TC
π = Rp. 23.198.266 – Rp. 10.622.754 π = Rp. 12.575.512 /Tahun
Berdasarkan informasi di atas, diperoleh nilai rata-rata pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian sebesar Rp. 12.575.512 /Tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha ternak sapi potong memiliki pendapatan yang cukup besar dalam menciptakan kesejahteraan keluarganya. Besarnya pendapatan
usaha ternak sapi potong per tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 11. Rata-Rata Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong
Sumber : Data Primer Diolah, 2018.
g. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Sapi Potong
No Uraian Jumlah rataan (Rp)
1 Total Penerimaan 23.198.266
2 Total BiayaProduksi 10.622.754
Analisis kelayakan usaha ternak sapi potong dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kelayakan usaha tersebut dijalankan. Untuk mengetahui bagaimana
kelayakan usaha ternak, diperlukan pengujian kelayakan dengan menggunakan
metode R/C ratio ( Revenue Cost Ratio ) sebagai berikut :
2 Κ# 0• Æ• ≤©≠ °°Æ " ©° ° 0≤اµ´ ≥© 2 Κ# 2 ∞ỳ ỳ ỳ 2 ∞ỳ ỳ ỳ 2 Κ# Ẅ Κ4°®µÆ
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai R/C sebesar
2,18. Kriteria Nilai R/C > 1 menyatakan bahwa usaha ternak layak untuk
diusahakan karena pendapatan peternak sapi di daerah penelitian cukup baik dari
hasil penggunaan biaya faktor produksi yang dilakukan secara efisien.
Penggunaan biaya-biaya faktor produksi secara efisien bukan berarti pengurangan
porsi terhadap kebutuhan ternak dan proses pengembangannya tetapi penggunaan
biaya produksi yang dilakukan harus tepat sasaran, sehingga diperoleh tingkat
pendapatan yang sesuai dengan apa yang diharapkan peternak.
Analisis kelayakan usaha ternak sapi potong dilakukan untuk mengetahui
suatu usaha yang kita jalankan menguntungkan atau merugikan. Untuk
mengetahui bagaimana kelayakan usaha ternak, diperlukan juga pengujian
kelayakan dengan menggunakan metode B/C ratio (Benefit Cost Ratio ) sebagai
berikut :
" Κ# 0• Ƨ°∞°¥°Æ " ©° ° 0≤اµ´ ≥© " Κ# 2 ∞ỳ ỳ ỳ 2 ∞ỳ ỳ ỳ
" Κ# Ẅ Κ4°®µÆ
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai B/C sebesar
menjadi 1,18. Kriteria Nilai B/C > 1 menyatakan bahwa usaha ternak layak untuk
dilanjutkan karena beternak sapi di daerah penelitian tersebut dianggap
menguntungkan bagi peternak didaerah penelitian.