Bab IV: Analisa Hadis tentang keutamaan ilmu dan ulama
PANDANGAN UMUM TENTANG KEUTAMAAN ILMU DAN ULAMA
D. Pengaruh Ilmu Pengetahuan bagi Kehidupan
6 Melaksanakan semua perintah guru kecuali diperintahkan untuk berbuat maksiat.
D. Pengaruh Ilmu Pengetahuan bagi Kehidupan
Manusia adalah makhluk homo sapiens yang dikaruniai potensi untuk berpikir. Karena dengan berpikir ia akan mendapatkan inspirasi untuk melakukan kreasi dapat membedakan antara yang baik dan buruk, antara yang bermanfaat dan yang membahayakan sehingga dalam kehidupan ia dapat saling tolong-menolong di antara sesamanya dan bahkan dapat membina lingkungannya sehingga keberadaannya dapat memberikan manfaat bagi sekitarnya.
Kehidupan dunia dalam perspektif Islam merupakan ladang bagi kehidupan akhirat. Amal kebaikan dan keburukan di dunia akan selalu terkait dengan kehidupan dengan akhirat, maka dari itu Islam tidak pernah mengenal dikotomi kehidupan antara dunia dan akhirat, yang ada adalah bagaimana keduanya mempunyai titik singgung sehingga apa yang dikerjakan manusia di dunia akan dipertanggung jawabkan di akhirat.
Untuk mendapatkan kehidupan dunia dan akhirat yang seimbang diperlukan ilmu pengetahuan. Karena tanpa ilmu pengetahuan kehidupan manusia akan sia-sia. Ia mati sebelum hidupnya berakhir karena keberadaanya tidak mempunyai arti bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Betapa banyak orang yang hidup sia-sia karena ia tidak mempunyai ilmu pengetahuan sehingga ia menghempaskan fitrah kemanusiannya yang snuci. Fitrah tersebut ia nodai dengan menjerumuskan dirinya pada perilaku yang tak terpuji, seperti mabuk, judi, mencuri, zina, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk senantiasa mencari ilmu, bahkan bagi mereka yang giat mencari ilmu mendapatkan berbagai insentif dari Allah Swt, seperti diangkat derajatnya,28 dimudahkan baginya jalan menuju surga serta mendapatkan perlindungan selama mencari ilmu.29
Secara alamiah setiap manusia mempunyai kecendrungan untuk mengetahui sesuatu, rasa ingin mengetahui tersebut muncul sebagai akibat adanya keinginan untuk mengoptimalkan potensi berpikiran guna mendapatkan ilmu pengetahuan. Menurut Ibnu Khaldun30 manusia berpikir karena mempunyai dorongan alamiah, bahkan binatang pun mempunyai dorongan alamiah untuk mendapatkan apa yang dituntut oleh alam yakni mempertahankan kehidupan dari kepunahan.
Semakin majunya peradaban manusia, maka seiring dengan itu semakin maju pula pola pikir yang ada pada mereka. Penemuan-penemuan yang merupakan barang asing tidak lagi demikian. Kemajuan ilmu pengetahuan membuat zaman semakin maju dan canggih, tanpa disadari ilmu telah memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia.
Untuk melihat lebih jauh pengaruh yang diberikan ilmu kepada manusia terlebih dahulu kita lihat fungsi ilmu itu sendiri. Secara filosofi fungsi ilmu dapat dirumuskan sebagai berikut:
32Niscaya Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (al-Mujadalah: 11)
33Rasulullah bersabda: barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, ia berada di jalan Allah (HR Tirmidzi)
30
Nurcholish Madjid, 1994. Khajanah Intelektual Islam, Jakarta, bulan Bintang, hal 308
33
1. Fungsi deskriptif: menerangkan dan menggambarkan satu objek atau masalah, baik sebab ataupun esensinya sehingga dapat dipelajari oleh peneliti.
2. Fungsi Mengembangkan: melanjutkan hasil penemuan yang telah ada untuk menemukan penemuan-penemuan atau ilmu yang baru, baik bersifat menyalahi yang lama atau mengembangkannya.
3. Fungsi prediksi: meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk menanggulanginya
4. Fungsi Kontrol: dengan tercapinuya gambaran dan ramalan suatu objek atau masalah, manusia akan dapat mengembalikan masalah tersebut untuk keselamatan, kenikmatan, dan lainnya dalam kehidupan.31
Dengan merujuk kepada fungsi-fungsi ilmu di atas dapatlah dikatakan bahwa telah terbuka peluang untuk mengetahui beberapa hal dari ilmu yang berpengaruh pada manusia.
Pada fungsi pertama, ilmu memberi kemudahan bagi ilmuan-ilmuan yang bergerak di bidang penelitian untuk mempelajari objek atau masalah yang sudah dijelaskan itu.
Pada fungsi kedua terlihat jelas pengaruhnya pada manusia agar selalu
maju dan berkembang, ini sesuai dengan ungkapan “even the best can be
improved”. Adalah suatu yang sudah baik itu pada dasarnya masih dapat
ditingkatkan.
35 Utyartanta, Epistenmologi, Intisari Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Kanisius, 1970, h. 11-12.
Sedangkan pada fungsi ketiga ilmu memberi informasi penting untuk menghindarkan diri dari mara bahaya yang akan menimpanya. Contoh: Ketika akan terjadi letusan gunung berapi, orang akan bersiap-siap untuk mengantisipasinya dengan meninggalkan daerah yang berdekatan dengan gunung itu. Demikian pula ketika orang hendak bepergian, dengan adanya badan meteorologi yang membidangi cuaca, maka orang dapat menentukan kapan saat yang tepat untuk bepergian. Ini adalah berkat fungsi ilmu tersebut.
Agama Islam banyak menjelaskan dan menerangkan bahkan mengakui bahwa apa yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan akan bermanfaat dan memberikan pengaruh kehidupn manusia, oleh karena itulah setiap individu diharuskan untuk menuntut ilmu sebagaimana dijelaskan di atas. Tim DEPAG RI di dalam bukunya menjelaskan sebagaimana yang dikutip oleh Drs. Muhaiman, MA :
“Ilmu Pengetahuan merupakan instrument untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah Swrt., yaitu mensejahtrakan diri dan manusia lain guna mencapai ridho-Nya. Kesejahtraan itu dapat diperoleh jika manusia mengelola sumber-sumber alam (natural resources) dengan mengetahui hukum-hukum dan aturan-aturan yang memungkinkan manusia dapat mengelola dan memanfaatkan bumi dengan baik. (QS. 31: 10). Hal ini akan terjadi bila manusia berbekal ilmu pengetahuan.32
Ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi kurun ini, secara bertahap tapi pasti membuktikan bahwa ayat-ayat al-Qur‟an benar dan mengagumkan. Baik
berupa bentuk tulisan yang paling perimutif dengan bahan-bahan yang amat sederhana (daun lontar, pelepah korma, tulang belulang, kulit-kulit hewan dean
36
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Triganda Karya, 1993), h. 82.
35
lain sebagainya) pada abad-abad yang bergemerlapan oleh cahaya ilmu pengetahuan kini dengan bertolak pada puncak pengetahuan, manusia telah menulis berjuta-juta buku, menciptakan pena yang bagus dan mudah dibawa, lalu diciptakan juga mesin tik, mesin cetak, yang dapat menyelesaikan beribu-ribu kata dalam waktu yang sangat singkat.
Akan tetapi pada sisi lain kemajuan ilmu dan teknologi kadang kala akan membawa dampak negatif pada kehidupan itu sendiri. Dari fenomena-fenomena alam kita lihat betapa kemajuan ilmu pengetahuan menjadi motivator bagi manusia khususnya bagi mereka yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan kelompoknya itu, untuk membuat kerusakan-kerusakan di muka bumi dengan ilmu yang dimilikinya.
Prof. Dr. Hamka dalam bukunya menegaskan bahwa pengaruh ilmu pengetahuan telah meliputi dunia barat, dan di sana pengaruh agama telah berkurang, orang mau yang konkrit, tidak mau yang abstrak lagi. Adapun di negeri timur, gelombang itu sama juga. Tetapi bukan karena ilmu pengetahuan
sudah maju pula, hanyalah karena suka jadi “pak tiru” belaka, sehingga yang
dikatakan oleh sosiolog terkenal Ibnu Khaldun “Bangsa yang kalah, ketagihan
meniru kepada bangsa yang menang”.33
Kini telah jelas bahwa pada satu sisinya ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaaat bagi kehidupan manusia akan tetapi pada sisi lain ia akan menjadi bencana apabila disalah gunakan, oleh karena itu benarlah ungkapan yang
mengatakan: “Ilmu tanpa bimbingan agama adalah buta”. Maka dari itu majunya
suatu ilmu dan teknologi yang memasuki zaman modern, maka diharapkan dengan modal keimanan yang kuat dapat membentengi diri dari pengaruh-pengaruh negatif yang timbul akibat kemajuan ilmu itu khususnya yang kita lihat pada dunia barat, sehingga kita tidak terbawa arus kepada penyalahgunaan ilmu pengetahuan, akan tetapi dengan anugrah yang diberikan Allah itu kita lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
37 BAB III
HADIS HADIS TENTANG KEUTAMAAN ILMU DAN ULAMA
A. Teks Hadis dan Terjemah
Adapun dalam bab ini, penulis hanya menghadirkan hadis-hadis yang berkaitan dengan keutamaan ilmu dan ulama, penulis hanya mengkaji hadis-hadis dalam kitab-kitab al-Kutub al-Sittah, sebagai berikut:
Imam Bukhari no hadis 100
1
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba. Ia mencabutnya dari hamba-Nya, tetapi mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama (mematikan mreka), sehingga tidak tersisa orang berilmu akhirnya orang-orang mengambil pemimpin yang bodoh, maka mereka ditanya, mereka member fatwa dengan tidak berdasarkan ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan orang lain.”
1
Imam Bukhari no hadis 7307
1
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil (menghilangkan) ilmu
sekaligus sesudah diberikan-Nya, melainkan mengambil dengan mewafatkan ahli ilmu (ulama) berrsama ilmunya. Maka tinggallah orang-orang bodoh, mereka diminta fatwanya, lalu mereka berfatwa menurut kemauan sendiri. Sebab itu, mereka tersesat dan menyesatkan mereka.”
Imam Muslim no hadis 4829
2
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba Ia mencabutnya dari manusia-Nya, tetapi mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama (mematikan mreka), sehingga tidak tersisa orang berilmu, akhirnya orang-orang mengambil pemimpin yang
1 Bukhori , Shohih al-Bukhari, Kitab I’itishom, hal. 59
2
39
bodoh, maka mereka ditanya, mereka memberi fatwa dengan tidak berdasarkan ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan orang lain”
Imam Muslim no hadis 246
3
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil (menghilangkan) ilmu
dari manusia secara tiba-tiba akan tetapi dengan mengangkat (mewafatkan) ulama maka diangkatnya ilmu beserta mereka (ulama) dan menyisakan pada manusia seorang pemimpin yang bodoh dan tidak memiliki ilmu dan dia (pemimpin yang bodoh) nyesat menyesatkan
Imam Ahmad Ibnu Hanbal no hadis 6511
3
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba Ia mencabutnya dari manusia-Nya, tetapi mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama (mematikan mereka), sehingga tidak tersisa orang berilmu, akhirnya orang-orang mengambil pemimpin yang bodoh, maka mereka ditanya, mereka memberi fatwa dengan tidak
berdasarkan ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan orang lain”4
Imam Ahmad Ibnu Hanbal no hadis 6787
5
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil (menghilangkan) ilmu
dari manusia setelah memuliakan mereka hanya kepdanya, akan tetapi dengan perginya (wafatnya) para ulama, sebagaimana keduanya (ilmu dan ulama) perginya ulama dengan beserta ilmunya, sehingga tinggallah orang yang tidak memiliki ilmu maka mereka ditanya, mereka memberi fatwa dengan tidak berdasarkan ilmu maka mereka
tersesat dan menyesatkan orang lain”
Imam Ahmad Ibnu Hanbal no hadis 6788
4
Ahmad (Baqi Musnad Al-Mukatsirin), hal. 290
5
41
6
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba. Ia
mencabutnya dari hamba-Nya, tetapi mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama (mematikan mereka), sehingga tidak tersisa orang berilmu akhirnya orang-orang mengambil pemimpin yang bodoh, maka mereka ditanya, mereka memberi fatwa dengan tidak
berdasarkan ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan orang lain”.
Imam Ahmad Ibnu Hanbal no hadis 6896
7
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil (menghilangkan) ilmu
dari manusia setelah mereka menginginkannya hilang akan tetapi dengan perginya (wafatnya) para ulama, sebagaimana keduanya (ilmu dan ulama) perginya ulama dengan beserta ilmunya, sehingga tinggallah orang yang tidak memiliki ilmu maka mereka ditanya, mereka memberi fatwa dengan tidak berdasarkan ilmu maka mereka
tersesat dan menyesatkan orang lain”
Imam Ibnu Majah no hadis 52
6
Imam Ahmad bin Hanbal (Baqi Musnad Al-Mukatsirin), hal. 514
7
8
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba. Ia
mencabutnya dari hamba-Nya, tetapi mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama (mematikan mereka), sehingga tidak tersisa orang berilmu akhirnya orang-orang mengambil pemimpin yang bodoh, maka mereka ditanya, mereka memberi fatwa dengan tidak
berdasarkan ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan orang lain” Imam Tirmidzi no hadis 2661
9
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba Ia mencabutnya dari manusia-Nya, tetapi mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama (mematikan mereka), sehingga tidak tersisa orang berilmu, akhirnya orang-orang mengambil pemimpin yang bodoh, maka mereka ditanya, mereka memberi fatwa dengan tidak berdasarkan ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan orang lain”
8
Sunan Ibn Majah, Miqaddimah, hal. 296.
9
43
Imam Ad-Daromi no hadis 241
10
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba. Ia
mencabutnya dari hamba-Nya, tetapi mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama (mematikan mereka), sehingga tidak tersisa orang berilmu akhirnya orang-orang mengambil pemimpin yang bodoh, maka mereka ditanya, mereka memberi fatwa dengan tidak
berdasarkan ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan orang lain”
B. Syarah Hadis Tentang Keutamaan Ilmu dan Ulama
“
Lihatlah dan periksalah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul SAW, lalu tulislah karena aku takut lenyap ilmu kerena meninggalnya ulama. Dan jangan anda terima, kecuali hadis Rasul SAW dan sebarkanlah ilmu (hadis) dan adakan majlis-majlis ilmu supaya orang yang tidak mengetahui dapat mengetahunya, lantaran tidak lenyap ilmusehingga dijadikannya barag rahasia” (H. R Darimi)
10
I.mam Ad-Darimi, Muqaddimah, hal 244
11
(Tulislah). Dari kalimat ini dapat diartikan, bahwa ini adalah awal
mula penulisan Nabi, karena sebelumnya umat masih bergantung pada hafalan. Pada saat Umar bin abdul Aziz merasa khawatir akan hilangnya ilmu dengan meninggalnya para ulama, maka ia berpendapat bahwa penulisan ilmu berarti usaha untuk melestarikan ilmu itu sendiri12.
(13
(Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan
jalan mencabutnya) atau menghapus ilmu dari lubuk hati sanubari. Rasulullah
mengucapkan hadis ini pada saat haji wada‟, sebagaimana hadis yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dari hadis Abu Umamah, bahwa saat haji
wada‟ Nabi bersabda, “Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu
tersebut.” Arabi berkata, “Bagaimanakah cara ilmu diangkat atau dipunahkan?
12
Ibnu Hajar al- Asqalani.,Fath al-Bari Syarah Shahih al- Bukhari, (Riyad: Maktabah Darussalam 1997). Cet ke-1, h.235
45
Beliau bersabda, “Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama (orang yang
menguasai ilmu tersebut.”
. Dalam riwayat Muslim disebutkan .
. Dalam riwayat Abu al-Aswad pada kitab Al I’tisham karangan Imam
Bukhari disebutkan (mereka memberikan fatwa dengan pendapatnya),
begitu pula dengan hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim.
Hadis ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadis ini juga dijadikan alasan oleh jumhur ulama untuk mengatakan, bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada seorang mujtahid lagi.
C. Asbabul Wurud
Asbabul Wurud hadis merupakan suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebab-sebab Rasulullah mengungkapkan sabdanya. Adapun urgensi sebab Wurud terhadap hadis adalah sebagai salah satu jalan untuk memahami kandungan hadis. Jika diperhatikan semua ini terdapat manfaatnya, diantaranya, dapat mentaksis arti yang lain, membatasi arti yang mutlak, menunjukan perincian terhadap yang mujmal, menjelaskan kemuskilan, dan menjauhkan „illat suatu hukum, maka dengan memahami sebab wurud hadis dapat
mudah memahami apa yang dimaksud atau yang terkandung suatu hadis tersebut.14
Imam Ahmad dan At-Thabrani meriwayatkan dari hadis Abu Umamah,
berkata: “Selesai melakukan haji wada‟ nabi bersabda: “Ambilah ilmu sebelum ia
ditarik atau diangkat!” Seorang Arab badawi (udik) bertanya: “Bagaimana ilmu itu diangkat?” Beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya hilangnya ilmu
adalah hilangnya ulama15”.
Dalam riwayat lain dari Abu Umamah, orang itu bertanya: “bagaimana
mungkin ilmu itu terangkat, padahal ditengah-tengah kami selalu ada mushaf
(al-Qur‟an), sedangkan kami mempelajarinya dan kami mengetahuinya, serta kami
ajarkan pula kepada anak-anak dan istri-istri kami, demikian pula kepada para
pelayan kami.” Rasulullah mengangkat kepalanya. Dan beliau bersabda: “Inilah
Yahudi dan Nasrani dikalangan mereka ada mushaf, tetapi mereka tidak mempelajarinya, tatkala para nabi datang kepada mereka.
Ibnu Hajar berkata: “hadis masyhur dari riwayat Hisyam. Dan dalam
riwayat lain bunyinya:… ”Sehingga tak ada lagi hidup seorang alim pun.”
Ini menunjukan betapa mulianya kedudukan ulama dalam pandangan agama. Kematian ulama berarti suatu kerugian bagi umat. Maka kemuliaan ilmu dan kepentingannya harus dirasakan oleh seseorang yang menuntutnya, dan orang yang mengamalkannya maka hidupkan ilmu-ilmu Islam dengan memelihara
kitabullah dan sunah Rasul-Nya serta berusaha mengamalkannya, agar ia tetap
14
Mudzir Suparta dan Utang Ranu Wijaya. Ilmu Hadis. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)
15
Ibnu Hamzah al Husaini, Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis- Hadis Rasul ( Jakarta: kalam mulia, 1996), h. 55.
47
menjadi teladan dan panutan. Jangan tanyakan perihal kepada orang bodoh, karena bila mereka berfatwa tanpa mengerti ilmu yang sebenarnya, mereka justru akan menyesatkan (umat) dari jalan lurus.
48