• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.2.3 Pengaruh interaksi dosis pupuk dan media tanam

Dari seluruh parameter yang diamati, parameter yang dijadikan acuan akhir adalah berat kering total karena menunjukkan biomassa utama dari tanaman yang merupakan resultante atau hasil akhir dari proses ekofisiologis, melibatkan faktor lingkungan (ekologis) dan fisiologis. Biomassa yang sesungguhnya adalah ketika sudah terbebas dari air karena air adalah unsur proses.

Pada Tabel 24 kombinasi antara perlakuan dosis yang paling tinggi 120 ppm dengan perlakuan media yang paling tinggi subsoil campur kompos 20% (D5M3) menempati urutan ke dua pada hasil uji Duncan setelah perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm dan media subsoil campur kompos 20% (D1M3). Walau demikian kenyataan ini menguntungkan karena berarti bibit Salam tidak membutuhkan dosis pupuk NPK yang terlalu tinggi untuk mencapai pertumbuhan yang bagus karena dengan kombinasi perlakuan D1M3 saja (dosis pupuk 0 ppm

dengan media subsoil campur kompos 20%) sudah dapat memberikan pertumbuhan yang bagus.

Pada 5 kombinasi perlakuan terbawah pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa semuanya terdiri dari perlakuan M1 subsoil. Berapapun perlakuan dosis pupuk yang diberikan, mulai dari D1 0 ppm hingga D5 120 ppm, hasil berat kering total yang diberikan tetap tidak terlalu bagus dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Hal ini berarti bahwa pengaruh penambahan pupuk anorganik tidak terlihat signifikan terhadap pertumbuhan bibit Salam. Berbeda halnya dengan media yang ditambahkan kompos. Media yang ditambahkan kompos baik 10% maupun 20% menempati bagian atas dari tabel. Hal ini menunjukkan bahwa kompos lebih mempengaruhi pertumbuhan bibit Salam.

Tanah subsoil merupakan tanah yang unsur haranya terbatas karena sebagian besar berada dalam kondisi terikat dan mempunyai struktur tanah yang rapat sehingga akar tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman juga terganggu. Penambahan kompos pada media subsoil selain menambah unsur hara juga membuat struktur tanah lebih sarang dan porositas tanah bertambah. Dengan demikian akar tanaman dapat bergerak dengan lebih leluasa menyerap unsur hara dan mempunyai ruang tumbuh yang lebih luas.

Pengetahuan mengenai penanaman dengan menggunakan tanah subsoil sangat diperlukan karena Indonesia sebagai daerah yang beriklim basah banyak terdapat tanah subsoil yang merupakan suatu tantangan dalam penanaman. Penggunaan tanah subsoil juga dapat menjadi alternatif media untuk pembibitan. Dibantu dengan kompos maka tanah subsoil dapat menjadi media pembibitan yang baik.

4.2.4 Regresi

Dari hasil regresi (Lampiran 26-42) dapat dilihat bahwa pengaruh media terhadap pertumbuhan bibit Salam untuk parameter tinggi, diameter, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berat kering akar, berat kering total dan nisbah pucuk akar mempunyai nilai r lebih besar dari 0,8 dan mendekati 1 sehingga artinya pengaruh media terhadap pertumbuhan bibit sangat erat. Untuk

pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit Salam untuk parameter diameter mempunyai nilai r sebesar 0,8752, artinya pengaruh dosis pupuk NPK terhadap bibit sangat erat. Hasil regresi untuk parameter lainnya, nilai r yang diperoleh kurang dari 0,5 hal ini berarti hubungan dosis pupuk NPK dengan pertumbuhan bibit Salam kurang erat.

4.2.5 Mutu bibit 1. Dosis Pupuk NPK

Berdasarkan penilaian mutu bibit pada pupuk dapat disimpulkan bahwa tanpa pupuk NPK bibit Salam dapat tumbuh dengan baik. Penambahan pupuk justru berefek negatif karena tanah yang digunakan adalah tanah subsoil yang bersifat masam dan ketersediaan unsur haranya terbatas karena sebagian besar berada dalam keadaan terikat, bukan tersedia, sehingga ketika ditambahkan pupuk NPK maka tingkat kemasaman tanah bertambah (Lampiran 24). Dalam kondisi demikian unsur hara makro menjadi terikat sehingga sulit untuk diserap tanaman. Disamping itu, ketika memupuk dengan pupuk anorganik (NPK) unsur hara yang terkandung didalamnya akan segera diserap oleh tanaman atau bibit sehingga ketika kekurangan harus ditambahkan kembali. Dalam konsep ini memupuk adalah menambahkan makanan dalam tanaman atau bibit, ketika tidak diberi tambahan pupuk maka tanaman akan kekurangan.

Hasil penilaian mutu bibit sebagai akibat pemupukan dengan pupuk NPK pada dosis 0 ppm (D1), 30 ppm (D2), 60 ppm (D3), 90 ppm (D4), 120 ppm (D5) masing-masing memiliki nilai sebesar 21, 6, 12, 20, 20.

2. Pengaruh Media Tanam

Pupuk kompos mengandung mikroba biodegradator yang menghasilkan enzim-enzim yang berfungsi untuk melepaskan ikatan unsur hara dari tidak tersedia menjadi tersedia. Proses ini melibatkan materi biologi (kompos dan mikroba) dan materi geologi (subsoil). Proses ini sering disebut proses biogeokimia.

Dalam hal ini konsep pemberian media (bahan organik) ke dalam tanah lebih cenderung ditujukan untuk membangkitkan mikroba untuk berperan didalam

menyediakan unsur hara sedang kompos dapat juga digunakan sebagai makanan bagi perbanyakan mikroba dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Oleh karena itu aerasi media yang mengandung kompos lebih baik daripada subsoil murni. Hasil penilaian terhadap mutu bibit nampak bahwa semakin besar jumlah kompos yang diberikan semakin baik pula pertumbuhan bibitnya seperti yang ditunjukan oleh nilai mutu bibit pada media subsoil (M1), subsoil campur kompos 10% (M2) dan subsoil campur kompos 20% (M3) masing-masing memiliki nilai sebesar 3, 23, 30. Dengan demikian penambahan kompos ke dalam tanah subsoil sebanyak 10-20% merupakan cara memupuk tanah subsoil, bukan tanaman, agar penyediaan unsur hara dapat berlangsung terus menerus melalui proses biogeokimia.

3. Pengaruh Interaksi Dosis Pupuk NPK dan Media Tanam

Dalam perlakuan kombinasi antara pupuk NPK dan bahan organik (kompos) diharapkan ada percepatan pertumbuhan awal yang dilakukan oleh pupuk NPK dan pertumbuhan berkelanjutan yang diberi oleh kompos. Namun dalam kenyataannya interaksi tersebut lebih didominasi oleh penambahan kompos (20%). Hal ini tercermin dari penilaian mutu bibit yaitu perlakuan terbaik pada kombinasi D1M3 yang diikuti oleh D5M3, D3M3, D2M3, D4M3 dengan nilai mutu bibit masing-masing sebesar 30, 25, 25, 25, 24. Dari hasil tersebut nampak bahwa dosis pupuk NPK sebesar 20% (M3) sangat menentukan pertumbuhan bibit Salam.

Dari hasil penilaian mutu bibit tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk pembibitan Salam jika menggunakan tanah subsoil harus ditambahkan bahan organik seperti kompos sebanyak 20%.

Dokumen terkait