• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.4. Pengaruh Kadar Kadmium dalam Beras terhadap Kadar

Hasil penelitian menunjukkan Kadar kadmium dalam beras terbukti secara signifikan memiliki korelasi (p value = 0,021 < 0,05) dengan kadar kadmium dalam urine penduduk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2014. Dengan nilai (r = 0,339), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kadar kadmium dalam beras dan kadar kadmium pada urine menunjukkan kekuatan hubungan yang sedang dan berpola positif . Hasil analisis multivariat diketahui kadar kadmium dalam beras memiliki pengaruh dengan kadar kadmium dalam urine pada penduduk di Kabupaten Musi Rawas dengan nilai p = 0,011 < 0,05. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium diketahui kadar kadmium dalam beras berada pada kisaran 0,013 mg/kg sampai dengan 0,019 mg/kg dan kadar kadmium dalam beras lebih rendah daripada kadar kadmium dalam air berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.

Analisis peneliti kadar kadmium dalam air lebih tinggi daripada kadar kadmium dalam beras adalah karena Logam berat dalam lingkungan perairan berbentuk ion-ion bebas, pasangan ion organik dan dan ion kompleks. Kelarutan logam dalam air di kontrol oleh pH air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel badan air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur. Air merupakan media yang diperlukan untuk melarutkan hara serta translokasi di dalam tanah dan pada tanaman, kemungkinan bahwa aliran air mengatur masuknya unsur-unsur ke dalam jaringan tanaman, demikian juga mengatur konsentrasinya pada tanaman. Apabila terdapat

hara yang diserap secara pasif melalui aliran massa, semua molekul pada hara yang terkandung dalam air akan terserap. Selain itu, proporsi hara dalam air juga akan tercermin dalam jaringan tanaman. Tingkat penyerapan air telah ditemukan tidak berpengaruh pada penyerapan Cd. Unsur-unsur kimia di dalam tumbuh-tumbuhan dibagi dalam beberapa kategori berdasarkan kelimpahan dan kerunutannya. Unsur- unsur runut terbagi dua. Pertama adalah unsur runut essensial yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses metabolismenya meskipun unsur ini dapat bersifat toksik jika konsentrasinya melebihi ambang batas yang diperlukan (Co, Cu, Mn, Mo, dan lain-lain). Kedua adalah unsur runut non essensial yang belum diketahui peranan biologi pada proses kehidupan tumbuhan sehingga diharapkan tidak ada di dalam tumbuhan tersebut (Cd, Cr, Pb Hg, dan lain-lain).

Distribusi kadmium pada tumbuhan mempunyai karakter yang stabil dan tidak tergantung pada konsentrasi dalam tanah. Bagian tumbuhan yang mengakumulasi kadmium paling besar yaitu pada akar, sedangkan pada organ vegetatife dan reproduksi jumlahnya jauh lebih sedikit. Alasan mengapa akar mampu mengakumulasi kadmium paling tinggi, karena kadmium disimpan dalam vakuola sel-sel akar, sehingga menggurangi toksisitas, dan ini merupakan respon alami tumbuhan terhadap zat toksik.

Kadmium masuk ke dalam jaringan tanaman dari air dan tanah yang diabsorpsi melalui akar yang kemudian ditimbun dalam daun, sedangkan kadmium dari udara tertahan pada permukaan daun, yang jumlahnya cukup besar pada daun yang permukaannya kasar ataupun daun yang berbulu.

Setiap tanaman memiliki perbedaan sensitivitas terhadap logam berat dan setiap tanaman juga memperlihatkan kemampuan yang berbeda dalam mengakumulasi logam berat.

Logam Cd bersifat toksik dan tidak dibutuhkan oleh tanaman sehingga dapat menghambat proses kerja dari unsur yang berperan dalam tanaman.Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tanaman dibagi menjadi 3 proses yang bersinambung yaitu penyerapan oleh akar, translokasi di dalam tumbuhan yaitu setelah logam dibawa masuk ke dalam sel akar selanjuntnya logam diangkut oleh jaringan pengangkut, dan lokasi logam pada jaringan yaitu menimbun logam pada organ tertentu seperti di akar untuk kadmium. Gugus fungsi dalam jaringan tanaman yang berfugsi sebagai pengikat logam adalah gugus amina (-NH2), gugus karboksil(- COOH), juga gugus sulfidril (-SH) yang terdapat dalam protein. Disamping itu dalam jaringan tanaman terdapat dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin dengan gugus hidroksil (-OH). Gugus-gugus polar ini diduga bereaksi dengan logam berat . Penyerapan kontaminan bersamaan dengan penyerapan nutrien dan air oleh akar tumbuhan dan trans-lokasi atau akumulasi senyawa itu kebagian tumbuhan seperti akar, batang dan daun. kadmium dalam jaringan tumbuhan berada dalam urutan akar lebih besar dari batang, dan batang lebih besar dari daun.

Jika logam kadmium terdapat dalam jumlah banyak maka pH akan berpengaruh terhadap absorpsi kadmium oleh tanaman. Berdasarkan hal tersebut jika pH rendah akan menyebabkan kandungan kadmium meningkat dan biomasa

menurun. Pada tanaman padi dan gandum penyerapan kadmium menurun ketika pH tanah dinaikkan dari 5,5 menjadi 7.5 dan sementara tanamanan padi tumbuh optimal pada pH 5,5 – 7 sehingga penyerapan kadmium pada tanamanan padi menurun. Jumlah kadmium terserap kedalam tanaman dipengaruhi juga oleh umur tanaman semakin lama umur tananaman kesempatan umtuk menyerap logan kadmium semakin besar, tanaman padi mempunyai umur 3-4 bulan sehingga kesempatan untuk menyerap logam kadmium juga lebih kecil.

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Suzuki and Iwao (1982), yang menganalisis kandungan Cd di dalam jaringan tanaman padi menemukan konsentrasi Cd paling banyak pada daun dan batang namun jumlahnya pada bahagian biji sangat kecil Keadaan ini sesuai dengan pendapat Alloway dalam darmono (1995) Setiap tanaman memiliki perbedaan sensitivitas terhadap logam berat dan setiap tanaman juga memperlihatkan kemampuan yang berbeda dalam mengakumulasi logam berat. dan sesuai dengan marthini (2005) bahwa distribusi kadmium pada tumbuhan mempunyai karakter yang stabil dan tidak tergantung pada konsentrasi dalam tanah. Bagian tumbuhan yang mengakumulasi kadmium paling besar yaitu pada akar, sedangkan pada organ vegetatife dan reproduksi jumlahnya jauh lebih sedikit. Alasan mengapa akar mampu mengakumulasi kadmium paling tinggi, karena kadmium disimpan dalam vakuola sel-sel akar, sehingga menggurangi toksisitas, dan ini merupakan respon alami tumbuhan terhadap zat toksik.

Hal ini juga di dukung menurut pendapat Clarke (1981) Hasil autopsi di USA menunjukkan bahwa absorpsi kadmium dalam tubuh mayarakat umum secara rata-

rata 30 mg, yang didistribusikan dalam ginjal 33 %, hati 14 %, paru-paru 2 %, dan pankreas 0,3 %, sisanya diekskresikan melalui saluran urine.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Laegreid dalam widowati (2008) dalam Charlena (2004), pemasukan Cd melalui makanan adalah 10-40 mg/hari, sedikitnya 50% diserap oleh tubuh.

Penelitian yang mendukung dilakukan oleh Witaya (2007) 88,0 % responden yang mengkonsumsi beras lokal di daerah yang terkontaminasi kadmium dari air irigasi memiliki kadar kadmium urine > 5 µg / g.

Dokumen terkait