• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.2. Pengaruh Konflik Peran Ganda terhadap Stres Kerja pada Tenaga

Kepulauan Riau

5.2.1. Pengaruh Konflik Peran Berdasarkan Waktuterhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 102 orang responden ada sebanyak 70 orang (68,6%) yang mengalami konflik peran berdasarkan waktu. Dan dari 70 orang tersebut ada 56 orang (41,9%) yang mengalami stres tinggi.

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan analisis statistik uji Chi Square yang digunakan diperoleh nilai probabilitas variabel konflik peran berdasarkan waktusebesar 0,001 (p˂0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel konflik peran berdasarkan waktudengan variabel stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Ini sejalan dengan penelitian Gustia (2011) pada 73 perawat wanita di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konflik peran bedasarkan waktu dengan stres kerja.

Hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda variabelkonflik peran berdasarkan waktuberpengaruh terhadap variabel stres kerja (p˂0,05) . Hal ini berarti stres kerja yang dialami pekerja wanita diPT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, dipengaruhi oleh konflik peran berdasarkan waktu yang dialami pekerja itu sendiri.

Hasil uji regresi logistik berganda juga menunjukkan dari ketiga variabel konflik peran ganda, konflik peran berdasarkan waktu yang mempunyai pengaruh

paling kuat untuk memengaruhi terjadinya stres kerja pada pekerja wanita PTKarwikarya Wisman Graha Tanjungpinang dengan nilai sig=0,005 dan OR sebesar 15,256dari pada konflik peran berdasarkan tekanan dan konflik peran berdasarkan perilaku.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Huffman (2004) pada 100 pegawai yang bekerja di kantor polisi dan kantor pemadam kebakaran di bagian barat daya Negara Amerika Serikat dan Asra (2013) pada 50 perawat wanita di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang menemukan bahwa konflik peran ganda yang dialami perawat wanita paling besar pada aspek konflik berdasarkan waktu, yakni berkaitan dengan jumlah jam kerja, waktu bersama dengan keluarga, dan waktu bersama anak-anak. Waktu kerja yang panjang menyulitkan karyawan untuk bersama keluarga dan dalam melaksanakan aktifitas di rumah.

PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar pekerjanya adalah wanita. Dari 142 orang wanita yang bekerja terdapat 102 orang (71,83%) yang telah menikah dan masih memiliki suami dan anak-anak. Dari 102 orang pekerja ada 72 orang (70,6%) memiliki usia anak terkecil kurang atau 5 tahun. Mereka bekerja secara full-time dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB.

Wanita yang bekerja menghabiskan rata-rata 7 sampai 9 jam dalam satu hari atau 42 sampai 54 jam dalam satu minggu di tempat kerja. Jadi mereka hanya memiliki sisa waktu dua pertiga dari wanita yang tidak bekerja. Waktu ini harus ia atur untuk pengasuhan anak, mengurus suami, bersosialisasi dengan keluarga besar

dan lingkungan sosial serta untuk mengurus diri sendiri. Peran ini tidak berkurang meskipun mereka bekerja. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah terbaginya waktu dan perhatian antara urusan di rumah dan urusan pekerjaan di tempat kerja (Hochschid, 1989 dalam Rosiana, 2007). Penyeimbangan tanggung jawab ini dapat menjadi konflik jika tidak sesuai dengan harapan dan akhirnya dapat mengakibatkan stres kerja bagi wanita bekerja, karena selain menghabiskan banyak waktu dan energi, tanggung jawab ini memiliki tingkat kesulitan pengelolaan yang tinggi (Triaryati, 2003).

Kesulitan lain bertambah dirasakan oleh beberapa karyawan yang memiliki tempat tinggal agak jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja, bahkan ada dari antara mereka tinggal di pulau yang berbeda dan harus menggunakan transportasi laut.Banyaknya pesanan barang dari konsumen baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri seperti Malaysia, Singapore dan Hongkong, tidak jarang mengakibatkan para pekerja wanita ini harus bekerja lembur apalagi untuk untuk bulan-bulan tertentu seperti saat menjelang lebaran dan tahun baru imlek. Waktu kerja lembur dimulai pukul 17.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya waktu untuk keluarga serta waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga yang masih belum terselesaikan saat berangkat bekerja.

Triaryati, 2003 menjelaskan sumber utama konflik peran ganda yang dihadapi oleh wanita bekerja pada umumnya adalah usahanya dalam membagi waktu atau menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarganya.Karena itu, ketika seorang wanita bekerja pada saat sudah berkeluarga dan memiliki anak ada baiknya

jika semua ini dijalani atas persetujuan bersama dengan suami. Agar tetap dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang ibu dan sebagai pekerja yang baik harus diperhatikan dalam mengatur waktu. Saat berada di tempat kerja, pekerja wanita hendaknya fokus dengan pekerjaannya. Tetapi ketika jam kerja sudah berakhir dan sudah berada di rumah, fokus pekerja wanita adalah di keluarga bukan di pekerjaan lagi. Ini bertujuan mengurangi konflik peran yang dirasakan pekerja wanita yang sudah berkeluarga.

5.2.2. Pengaruh Konflik Peran Berdasarkan Tekananterhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Hasil penelitian menunjukkan dari 102 orang responden, ada sebanyak 56 orang (54,9%) yang mengalami konflik peran berdasarkan tekanan tinggi dan ada sebanyak 48 orang (85,7%) yang mengalami konflik berdasarkan tekanan mengalami stres kerja tinggi.

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan analisis statistik uji Chi Square yang digunakan diperoleh nilai probabilitas pada variabel konflik peran berdasarkan tekanan sebesar 0,001 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel konflik peran berdasarkan tekanan dengan variabel stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Ini sejalan dengan penelitian Gustia (2011) pada 73 perawat wanita di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi yang mendapati bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara konflik peran berdasarkan tekanan terhadap stres kerja.

Selanjutnya berdasarkan hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda variabel konflik peran berdasarkan tekanan juga berpengaruh terhadap variabel stres kerja (p˂0,05) . Ini berarti stres kerja yang dialami pekerja wanita di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, juga dipengaruhi oleh konflik peran berdasarkan tekanan yang dialami pekerja itu sendiri.

Menurut Burke et. al, 1980 dalam Greenhaus dan Beutell, 1985, penggunaan sebagian besar waktu untuk melakukan salah satu peran juga dapat mengakibatkan ketegangan, seperti jam kerja yang panjang serta adanya kerja lembur dapat menyebabkan konflik berdasarkan waktubegitu juga konflik berdasarkan tekanan.

Ini terjadi karena wanita secara ilmiah mengandung dan melahirkan anak sehingga tuntutan terhadap kewajiban memelihara anak menjadi lebih kuat dibanding laki-laki. Tuntutan peran keluarga membuat wanita harus lebih banyak memberikan perhatian kepada anak dan suami. Disisi lain tuntutan pekerjaan mereka harus menyelesaikan pekerjaan sesuai yang telah ditargetkan perusahaan sehingga dibutuhkan kecepatan dan ketelitian.Selain itu karena mereka memiliki anak-anak yang masih kecil, sulit mendapatkan orang untuk menjaga dan merawat anak mereka selama bekerja di perusahaan. Belum lagi jika ada dari antara anak-anak yang sakit, membuat mereka cemas selama jam kerja.

Tuntutan wanita yang bekerja untuk luwes dalam menyeimbngkan pemenuhan kewajiban dan tugasnya sebagai pekerja dan ibu rumah tangga memungkinkan terjadinya perasaan tertekan dan beban pikiran (Triaryati, 2003) .

5.2.3. Pengaruh Konflik Peran Berdasarkan Perilakuterhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan analisis statistik uji Chi Square yang digunakan diperoleh nilai probabilitas pada variabel konflik peran berdasarkan perilaku sebesar 0,001 (p˂0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel konflik peran berdasarkan perilaku dengan variabel stres kerja pada tenaga kerja wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Ini sejalan dengan penelitian Gustia (2011) pada 73 perawat wanita di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi yang mendapati bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara konflik peran berdasarkan perilaku terhadap stres kerja.

Hasil penelitian menunjukkan dari 102 orang responden, ada sebanyak 41 orang (40,2%) yang mengalami konflik peran berdasarkan perilaku tinggi dan ada sebanyak 33 orang (80,5%) yang mengalami konflik berdasarkan perilaku mengalami stres kerja tinggi. Namun dari 61 orang (59,8%) yang mengalami konflik peran berdasarkan perilaku rendah terdapat 28 orang (49,7%) yang mengalami stres kerja tinggi. Hal ini karena stres kerja yang dialami pekerja wanita bukan hanya disebabkan oleh konflik peran ganda melainkan dapat juga oleh sebab yang lain.

Selanjutnya berdasarkan hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda variabel konflik peran berdasarkan perilaku juga berpengaruh terhadap variabel stres kerja (p˂0,05) . Hal ini berarti stres kerja yang dialami pekerja wanita

di PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, juga dipengaruhi oleh konflik peran berdasarkan perilaku yang dialami pekerja itu sendiri.

Saat berada di rumah seorang tenaga kerja wanita dalam berurusan dengan anggota keluarganya yaitu suami, anak-anak dan anggota keluarga lainnya, diharapkan bertindak dengan kehangatan, pengasuhan, peka dan penuh kesabaran. Namun di tempat kerja seorang tenaga kerja wanita diharapkan agresif, logika, dan objektif dalam melakukan tugas-tugas yang ditetapkan perusahaan. Jika pekerja wanita tidak mampu melakukan penyesuaian perilaku maka ia akan mengalami konflik peran(Greenhaus dan Beutell, 1985).

5.3. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja

Dokumen terkait