• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Majalah Hajabella terhadap Gaya Hidup dengan Imitasi Budaya Populer Berhijab sebagai Variabel Intervening

HASIL PENELITIAN

4.5. Analisis Multivariat

4.5.3. Pengaruh Majalah Hajabella terhadap Gaya Hidup dengan Imitasi Budaya Populer Berhijab sebagai Variabel Intervening

Pengaruh variabel Majalah Hijabella terhadap gaya hidup dengan variabel imitasi budaya populer berhijab sebagai variabel mediasi (intervening) dalam hal ini disebut simple mediation menggunakan uji Sobel Test, yaitu strategi product of coefficient.

Tabel 4.19 Pengaruh Majalah Hijabella terhadap Gaya Hidup dengan Imitasi Budaya Populer Berhijab Sebagai Variabel Mediator

DIRECT AND TOTAL EFFECTS

Coeff s.e. t Sig(two)

b (YX) 0,6172 0,284 21,7252 0,0000

b (MX) 0,5469 0,258 21,1832 0,0000

b (YM.X) 0,4855 0,569 8,5293 0,0000

b (YX.M) 0,3517 0,403 8,7347 0,0000

INDIRECT EFFECT AND SIGNIFICANCE USING NORMAL DISTRIBUTION

Value s.e. z Sig(two)

Effect 0,2655 0,0336 7,9044 0,000

BOOTSTRAP RESULTS FOR INDIRECT EFFECT

Data s.e. LL 95 CI UL 95 CI

0,2655 0,0356 0,2009 0,3406 Sumber : Hasil estimasi (Lampiran 5)

Berdasarkan tabel di atas hasil uji mediasi dapat dilihat bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen signifikan, setelah mengontrol variabel mediator, yaitu dengan koefisien sebesar 0,3517 dan signifikansi 0,0000. Koefisien variabel Majalah Hijabella (X) menurun terhadap variabel gaya hidup (Y) namun tetap signifikan setelah memasukan variabel mediasi (intervening) (M) kedalam model persamaan regresi serta tidak menjadi nol (c’≠ 0), sehingga dinyatakan terjadi partial mediation variabel Majalah Hijabella (X) terhadap gaya hidup (Y) melalui mediator imitasi budaya populer berhijab (M) (Kenny, 2008; Preacher and Hayes, 2004).

Pengujian signifikansi indirect effect dengan Sobel test diperoleh nilai z = 7,9044 dan p = 0,0000. Karena z-value dalam harga mutlak > 1,96 dan tingkat

signifikansi statistik z (p-value) < 0,05, hal ini memberikan makna indirect effect atau pengaruh tidak langsung variabel independen terhadap variabel dependen melalui mediator signifikan pada taraf α=0,05. Hasil ini memberikan gambaran bahwa variabel Majalah Hijabella (X) berpengaruh terhadap gaya hidup (Y) setelah dimediasi variabel imitasi budaya populer berberhijab (M). Dengan kata lain, semakin baik (daya tarik pesan, daya tarik fisik, frekuensi terbit) Majalah Hijabella maka semakin cepat terjadi imitasi budaya populer berhijab yang mana hal ini akan mempercepat perubahan gaya hidup. Sebaliknya, jika kualitas Majalah Hijabella meliputi (daya tarik pesan, daya tarik fisik, frekuensi terbit) semakin tidak baik maka imitasi budaya populer berhijab semakin lambat yang mana hal ini akan memperlambat perubahan gaya hidup.

Adapun pengujian signifikansi indirect effect dengan bootstrapping diperoleh estimasi true indirect effect yang berkisar antara 0,2009–0,3406 pada 95% confidence interval. Karena nol tidak terkandung dalam confidence interval tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa indirect effect signifikan pada taraf signifikansi 5%. Hal ini sejalan dengan hasil Sobel test, indirect effect Majalah Hijabella (X) berpengaruh terhadap gaya hidup (Y) setelah dimediasi oleh variabel imitasi budaya populer berhijab (M) pada taraf pengujian α=0,05. Dengan demikian hipotesis dapat diterima.

PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Majalah Hijabella terhadap Imitasi Budaya Populer Berhijab

Majalah Hijabella menjadi sangat populer di Indonesia selama beberapa tahun terakhir memanfaatkan pertumbuhan industri busana Muslim yang menargetkan perempuan muda muslim. Hal ini dapat dilihat berdasarkan umur responden sebagai pembaca Majalah Hijabella yang sangat intens, yaitu sebanyak 190 orang (62,5%) berumur 19-20 tahun dan sejalan dengan fokus utama majalah ini, yaitu membantu pembaca mempelajari iman dan meningkatkan kesadaran tentang gaya hidup berdasarkan Islam.

Pengaruh Majalah Hijabella ini sejalan dengan pendapat responden tentang pandangannya atas penggunaan hijab modern, yaitu sebanyak 110 orang (36,3%) menyatakan “Tren hijab modern saat ini kreatif berdampak baik penggunanya karena bisa membuat banyak wanita muslim ingin menggunakan jilbab bukan karena atas dasar paksaan”. Sedangkan berdasarkan daya tarik fisik, yaitu tampilan, penataan, tema dan kualitas gambar sebagian besar responden menyatakan sangat tidak setuju, artinya dari beberapa sisi ini responden merasa perlu diupayakan untuk ditata lebih baik atas keberadaan Majalah Hijabella. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mulyana (2007:353-399) menyatakan bahwa komunikasi non verbal melalui komunikasi visual untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pembaca.

Hasil penelitian relevan dengan pendapat Boove dalam Liliweri (1992: 75) mengemukakan media massa cetak (dalam hal ini majalah) yang baik harus memiliki daya tarik, antara lain; (a) daya tarik pesan, (b) daya tarik fisik, (c) daya tarik kuantitas, (d) massa cetak tersebut dan jumlah halaman yang tersedia,dan (e) daya tarik dengan menggunakan teknik propaganda.

Kehadiran Majalah Hijabella tidak dapat dipungkiri membawa hadirnya kebudayaan massa atau dalam istilah lainnya disebut dengan kebudayaan populer (pop culture). Fiske (dalam Barnard, 2011: 41) mengatakan bahwa budaya populer merupakan kebudayaan baru yang tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan media informasi sebagai konsekuensi dari lahirnya globalisasi. Budaya populer menjadi kajian yang menarik dalam kaitannya dengan perkembangan media massa. Budaya populer menyuguhkan kenyataan bahwa kebudayaan selalu lahir dan berkembang menurut masa dan peradaban dunia.

Berdasarkan hasil uji secara statistik bivariat atau analisis tabel silang variabel Majalah Hijabella berhubungan positif dan signifikan dengan imitasi budaya populer (p<0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik secara multivariat variabel Majalah Hijabella berpengaruh positif dan signifikan terhadap imitasi budaya populer berhijab (p<0,05). Hal ini memberikan makna jika kualitas Majalah Hijabella ditingkatkan meliputi (daya tarik pesan, daya tarik fisik, dan frekuensi terbit), maka hal ini akan menyebabkan perubahan tingkat imitasi budaya populer berhijab.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Budiono (2013) menyimpulkan bahwa media massa yang dijadikan rujukan perempuan berhijab adalah media internet, dimana kemudahan akses menjadi daya tariknya. Hijab

yang dipakai oleh para perempuan muslim digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu, menunjukkan identitas diri, dan sebagai media ekspresi diri. Pesan utama yang ingin dinyatakan oleh para perempuan berhijab ini adalah bahwa selain melaksanakan perintah agama, mereka juga bisa tampil modis dan fashionable, serta tetap aktif dengan berbagai macam kegiatan tanpa terganggu hijab yang mereka pakai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Cangara (2006:119-122) meyatakan bahwa media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Demikian juga dengan pendapat Bungin (2008:73 dan 258) yang mengungkapkan bahwa media massa sebagai institusi yang menebarkan informasi berupa pesan berita, peristiwa atau produk budaya yang mempengaruhi dan merefleksikan suatu masyarakat. Media massa juga merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal.

5.2. Pengaruh Imitasi Budaya Populer Berhijab terhadap Gaya Hidup

Imitasi budaya populer berhijab dalam Majalah Hijabela terkait dengan motif dan mode. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Gabriel Tarde dalam Ahmadi (2007:52) bahwa perilaku imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil karena dipengaruhi oleh faktor motif dan mode. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden merespon motif dan mode dengan alasan; setelah membaca majalah tersebut menjadi termotivasi meniru tren fashion hijab modern dalam kehidupan sehari-hari, mempengaruhi untuk mengimitasi tren mode hijab yang

ditampilkan, dan tertarik untuk mengetahui informasi tren fashion hijab yang terbaru. Namun menurut sebagian responden menyatakan sangat tidak setuju setelah membaca Majalah Hijabella, membuat percaya diri untuk mengimitasi tren fashion hijab modern dan penggunaan hijab modern karena adanya perintah agama.

Pengaruh imitasi budaya populer berhijab ini didukung pendapat responden melalui wawancara tentang harapannya atas penggunaan hijab modern, yaitu sebanyak 116 orang (38,2%) menyatakan “Hindari fashion hijab masa kini yang bertentangan dengan syariat, karena kerudung juga hijab wanita muslim yang bersifat sederhana”, dan ada juga yang menyatakan bahwa “Niat perempuan yang menggunakan busana hijab tidak sekedar mengikuti tren, namun melaksanakan kewajiban muslimah dan semuanya kembali kepada penggunanya. Powell (2003) menjelaskan bahwa hijab bukan lagi sebagai lambang ibadah, tetapi lambang orang yang bermode saja. Maksudnya, kalau berhijab, menjadi orang yang berpakaian sesuai dengan mode terakhir. Hijab tidak punya hubungan dengan ketaatan beragama lagi, karena siapa saja bisa berhijab dan sebagian besar lebih khawatir bagaimana penampilannya jika berhijab daripada nilai ketaatan agamanya. Artikel tersebut mencerminkan pendapat yang biasa terhadap adanya imitasi kebudayaan populer, yaitu : bahwa jika ada sesuatu (dalam hal ini hijab modern) yang populer, arti agama atau sejarah sudah hilang (Raleigh, 2004:11-12).

Menurut Rakhmat (2005:216) teori peniruanlah yang dapat menjelaskan mengapa media massa begitu berperan dalam menyebarkan mode berpakaian, fashion, gaya berbicara, atau berperilaku tertentu lainnya. Menurut Gerungan

(2004:64) dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide, dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat. Dengan demikian, seseorang itu dapat lebih melebarkan dan meluaskan hubungan-hubungannya dengan orang lain. Selanjutnya menurut Gabriel Tarde dalam Ahmadi (2007:52), perilaku imitasi adalah seluruh kehidupan sosial yang sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil.

Berdasarkan hasil uji secara statistik bivariat atau analisis tabel silang variabel imitasi budaya populer berhijab berhubungan positif dan signifikan dengan gaya hidup (p<0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik secara multivariat variabel imitasi budaya populer berhijab berpengaruh positif dan signifikan terhadap gaya hidup (p<0,05). Hal ini memberikan makna jika variabel imitasi budaya populer berhijab meliputi (motif, dan mode) meningkat maka hal ini akan menyebabkan perubahan gaya hidup.

Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Suryanah (2010) menyimpulkan bahwa media dalam hal ini memang sangat memiliki pengaruh yang kuat dalam mempengaruhi khalayaknya, sehingga khalayak penikmat media mengimitasi sesuatu yang dianggapnya menarik dan menjadi suatu kebudayaan populer atau kebudayaan yang sedang tren saat ini .

Menurut Chaney (2003:167-183) praktik gaya hidup bisa dilihat dari bagaimana penampakan luar seseorang. Bisa dilihat dari fashion dan cita rasa yang berhubungan dengan apa yang disediakan oleh industri-industri budaya, seperti : mobil, pakaian, makanan, bahkan nasehat. Selain itu, juga dapat dilihat dari perabotan, tata krama, perkembangan teknologi representasi, seperti:

komputer, HP (hand phone), televisi, dan semua barang-barang atau jasa yang menjadi ikon pada era modern sekarang ini.

5.3. Pengaruh Majalah Hijabella terhadap Gaya Hidup dengan Variabel

Dokumen terkait