• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Moderasi Komite Audit terhadap Hubungan Konvergensi IFRS, Probabilitas Kebangkrutan, Komisaris

2.10 Pengembangan Hipotesis

2.10.2 Pengaruh Moderasi Komite Audit terhadap Hubungan Konvergensi IFRS, Probabilitas Kebangkrutan, Komisaris

Independen, Auditor Switching dan Tenure Audit Terhadap ARL

Penelitian-penelitian terdahulu (Puasa et al.,2014; Mohamad-Noret al., 2010; Apadore & Noor, 2013; dan Shukeri & Islam, 2012) menyatakan potensi masalah dalam proses pelaporan keuangan adalah mungkin menjadi tidak tertutupi dan terpecahkan dengan komite audit yang besar. Hal ini timbul jika ukuran komite yang besar meningkatkan sumber-sumber tersedia kepada komite audit dan memperbaiki kualitas kekeliruan. Ukuran komite audit harus cukup optimal untuk bekerja secara efisien supaya hasil akhirnya menjadi laporan asli yang penting dan menghasilkan laporan tepat waktu (Mohamad-Nor et al., 2009). Fungsi pokok dari komite audit adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Marihot & Doddy, 2007)

51 Universitas Sumatera Utara

dalam (Rahadianto, 2012). Dengan adanya komite audit dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit internal (Nuratama, 2011). Menurut Kent & Stewart (2008) dalam Prawinandi(2013) yang melakukan penelitian di Australia menunjukkan bahwa keberadaan komite audit mempengaruhi kualitas pengungkapan dalam laporan keuangan yang disusun berdasarkan IFRS, yang mana di dalamnya termasuk mandatory disclosure. Keberadaan komite audit diduga mempengaruhi konvergensi IFRS terhadap ARL. Proses penyesuaian standar laporan keuangan ke IFRS menyebabkan lamanya proses audit terhadap laporan keuangan. Pengungkapan dalam laporan keuangan berdasarkan IFRS, akan membuat semakin lamanya proses penyusunan laporan keuangan. Di lain sisi, bila komite audit menjalankan perannya secara baik maka temuan dalam laporan keuangan menjadi semakin sedikit sehingga dapat mempersingkat pelaksaan audit, begitu juga sebaliknya.Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis atas pengaruh moderasi komite audit terhadap hubungan konvergensi IFRS dengan ARL sebagai berikut.

Mekanisme internal corporate governance perusahan merupakan hal yang menjadi perhatian utama pada setiap perusahaan.Perusahaan yang memiliki mekanisme corporate governance yang baik dapat menciptakan pengendalian internal dan sistem informasi yang memadai sehingga mampumenyediakan informasi laporan keuangan yang lebih berkualitas dan tepat waktu.Mekanisme internal corporate governance yang menjadi fokus pada penelitian kali ini adalah

52 Universitas Sumatera Utara

komite audit.Shukeri & Nelson (2011) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketepatan waktu laporan keuangan dan komite audit. Penelitian berikutnya oleh Mohamad-Nor et al. (2010) menemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara ketepatan waktu laporan keuangan dan komite audit, yang artinya semakin banyaknya anggota komite audit akan menyebabkan ketepatan waktu laporan keuangan yang lebih pendek. Komite audit yang yang memiliki anggota dengan kompetensi dibidang akuntansi dan keuangan diharapkan akan lebih efektif. Hal ini disebabkan karena anggota yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan keuangan akan lebih mudah dalam mendeteksi adanya manipulasi yang dilakukan manajemen. McMullen & Raghunandan (1996) membuktikan bahwa komite audit dengan kompetensi yang baik dapat mengurangi jumlah perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan kehadiran seorang ahli akuntansi ataupun keuangan dalam komite audit akan meminimalisir tingkat kesalahan pelaporan keuangan. Ketika anggota komite audit menemukan adanya perusahaan yang terindikasi kesulitan keuangan, maka auditor akan melakukan penundaan terhadap pelaporan keuangan, karena auditor memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses audit dan juga auditor memerlukan data tambahan yang diperlukan untuk dapat menghasilkan opini yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut (Setyahadi, 2012).Berdasarkan hal ini maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut.

Pengawasan dan nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris harus bertujuan untuk kepentingan perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan. Dalam menjalankan fungsinya melakukan pengawasan dewan komisaris

53 Universitas Sumatera Utara

membentuk komite audit sebagai perpanjangan tangan yang memiliki fungsi khusus berkaitan dengan informasi keuangan. Dalam komposisi dewan komisaris, terdapat komisaris independen.Komisaris independen meminta auditor untuk melaporkan keuangan lebih tepat waktu sehingga informasi laporan keuangan menjadi lebih berkualitas, sehingga dapat menghindari ARL yang lama.Laporan keuangan merupakan informasi yang disajikan manajemen yang kemudian dinilai oleh auditor eksternal. Dengan demikian dapat dikatakan komite audit berfungsi sebagai penghubung antara perusahaan dengan auditor eksternal.Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan komite audit memiliki perhatian khusus dalam menentukan eksternal auditor untuk melakukan pekerjaan audit. Komite audit akan melakukan seleksi dan memilih auditor eksternal yang berintegritas tinggi serta melakukan monitoring terhadap pekerjaan auditor eksternal dan auditor internal. Atas dasar inilah maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut.

Auditor switching merupakan pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan.Pergantian tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang berasal daari klien dan auditor. Mardiyah (2002) dalam Wijayani & Januarti (2011) terdapat dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti KAP yaitu faktor klien (client-related factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, dan IPO dan faktor auditor (auditor-related factors), yaitu fee audit dan kualitas audit. Komite audit memiliki tugas yang erat kaitannya dengan penelaahan terhadap risiko yang dihadapi perusahaan, dan juga ketaatan terhadap peraturan. Seperti yang dikatakan pada hipotesis sebelumnya, komite audit memiliki perhatian khusus dalam menentukan auditor eksternal untuk

54 Universitas Sumatera Utara

melakukan pekerjaan audit. Komite audit akan melakukan seleksi dan memilih auditor eksternal yang berintegritas tinggi serta melakukan monitoring terhadap pekerjaan auditor eksternal. Apabila komite audit tidak puas terhadap kinerja auditor eksternal, maka pihak komite audit atas seizin dewan komisaris bisa melakukan pergantian KAP dan merekomendasikan calon auditor independen yang akan mengaudit laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang melakukan auditor switching akan mengalami ARL, dimana ketika perusahaan tidak melakukan pergantian auditor maka auditor sebelumnya hanya akan melanjutkan penugasan karena sudah memahami industri dan bisnis klien, serta pengendalian internal sehingga proses audit yang dilaksanakan akan semakin cepat (Lee & Jahng, 2008). Berdasarkan hal ini maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut. Penelitian Geiger & Raghunandan (2002) mengungkapkan bahwa kegagalan audit lebih tinggi terjadi pada tahun-tahun awal masa audit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Carcello & Naggy (2004) yang menemukan potensi penyimpangan pelaporan keuangan lebih besar terjadi pada tenure Kantor Akuntan Publik (KAP) yang relatif pendek, yakni kurang dari 3 tahun. Semakin panjang tenure audit mengakibatkan auditor akan semakin banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai karakteristik klien serta operasional bisnis kliennya. Namun di sisi lain, masa perikatan audit perusahaan yang cukup lama akan membuat auditor kekurangan sifat objektifitas dan keahlian skeptisme, yang akan membuat menurunnya kualitas audit (Carcello & Naggy, 2004). Komite audit memiliki fungsi mengevaluasi kinerja Kantor Akuntan Publik (KAP). Keberadaan komite audit yang merupakan implementasi dari GCG nantinya akan

55 Universitas Sumatera Utara

bertugas melakukan pengawasan pada pihak manajemen dan auditor eksternal untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pembentukan komite audit diharapkan mampu memonitor hubungan auditor eksternal dengan pihak manajemen perusahaan, sehingga independensi auditor tetap terjaga. Namun, adanya tenure audit, akan membuat perusahaan mengalami ARL, dimana ketika perusahaan tidak melakukan pergantian auditor maka auditor sebelumnya hanya akan melanjutkan penugasan karena sudah memahami industri dan bisnis klien, serta pengendalian internal sehingga proses audit yang dilaksanakan akan semakin cepat dan sebaliknya (Lee & Jahng, 2008).Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis atas pengaruh moderasi komite audit terhadap hubungan Konvergensi IFRS, Probabilitas Kebangkrutan, Komisaris Independen, Auditor Switching dan Tenure Audit dengan ARL sebagai berikut.

Hipotesis 2 : Komite Audit Memoderasi Hubungan Konvergensi IFRS, Probabilitas Kebangkrutan, Komisaris Independen, Auditor Switching dan Tenure Audit terhadap ARL.

Dokumen terkait