• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT DAN JENIS DIVERSIFIKASI Tingkat Diversifikasi: Rendah

2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.2 Pengaruh Pembelajaran Organisasi terhadap Kinerja

Organisasi yang bersedia untuk melakukan eksperimen dan mampu belajar dari pengalaman-pengalamannya akan lebih sukses dibandingkan dengan organisasi yang tidak melakukannya (Wheelen and Hunger, 2002:9). Sejalan dengan yang diungkapkan Marquardt (1996:15) dimana semakin muncul kesadaran bahwa perusahaan harus dapat meningkatkan kapasitas pembelajarannya jika ingin meraih kinerja yang optimal dalam lingkungan dengan perubahan teknologi, sosial, ekologi, dan persaingan yang sangat cepat.

Demikian pula yang dinyatakan oleh Luthans (1998:44) bahwa agar sukses dan memperoleh keunggulan bersaing, organisasi sekarang dan yang akan datang harus menjadi organisasi yang belajar.

Sebuah organisasi yang beroperasi dengan pembelajaran organisasi akan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Lei et al. (1999) menjelaskan pentingnya pembelajaran organisasi untuk memperoleh keunggulan bersaing. Berdasarkan penelitian DeGeus tentang 27 perusahaan yang telah berdiri dalam jangka waktu lama, diketahui bahwa perusahaan-perusahaan tersebut dapat berumur panjang karena memiliki sensitifitas pada lingkungan, organisasi yang padu dan identitas yang kuat, toleransi pada cara-cara baru, serta manajemen keuangan yang konservatif (Fulmer et al., 1998).

Penelitian yang dilakukan oleh López et al. (2005) memberikan hasil yang mendukung pandangan bahwa pembelajaran organisasi memiliki kontribusi positif baik pada inovasi dan daya saing serta pada kinerja keuangan. López et al. (2005) menemukan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran organisasi terhadap kemampuan inovasi dan daya saing perusahaan, secara statistik pembelajaran organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, dan kemampuan inovasi dan daya saing berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Hal ini disebabkan organisasi yang berorientasi pada pembelajaran akan menyebabkan organisasi mampu dengan cepat menyusun kembali sumberdayanya untuk fokus pada peluang atau ancaman yang ada. Pembelajaran organisasi akan memberi nilai kepada pelanggan sebab pembelajaran fokus pada pemahaman dan secara efektif memuaskan kebutuhan pelanggan sekarang dan potensial melalui produk, jasa, dan cara-cara baru dalam menjalankan bisnis. Hal ini tentu saja secara langsung menyebabkan kinerja superior, seperti produk baru yang lebih sukses,

retensi pelanggan yang lebih baik, serta pertumbuhan dan profit yang lebih tinggi (Slater and Narver, 1995; Lukas et al., 1996; Hurley and Hult, 1998; Bontis et al., 2002). Kemampuan pembelajaran organisasi, melalui pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik, akan memfasilitasi perubahan perilaku yang akan membawa pada perbaikan kinerja (Fiol and Lyles, 1985; Senge, 1990; Garvin, 1993; Lei et al., 1999).

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Khandekar and Sharma (2006) bertujuan menunjukkan peran pembelajaran organisasi yang semakin penting bagi kinerja perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa pembelajaran organisasi, dengan melalui aktivitas sumberdaya manusia, memiliki hubungan positif terhadap kinerja keuangan. Korelasi antara pengukuran kinerja dengan pembelajaran organisasi ditemukan positif dan signifikan. Hal ini disebabkan SDM memegang peranan utama dalam membangun dan mempertahankan filosofi pembelajaran organisasi, dimana SDM merancang sistem dan proses. Sistem dibutuhkan untuk menempatkan dimana pembelajaran dibutuhkan. Ide-ide hanya muncul dari individu, sehingga pembelajaran organisasi dibutuhkan pada tingkat individu, kelompok, dan organisasi (Crossan et al., 1999; Nonaka and Takeuchi, 1995). Sehingga aktivitas manajemen harus difokuskan dan diedarkan di sekitar pengembangan sumber pengetahuan organisasi (Rastogi, 1998). Rastogi (1998) merasa bahwa pengetahuan karyawan berperan penting pada kekuatan tenaga kerja.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Prieto and Revilla (2006) yang berjudul Learning Capability and Business Performance: a Non-Financial and Financial Assessment bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh positif antara kemampuan pembelajaran dengan kinerja bisnis baik kinerja keuangan

maupun non-keuangan. Dengan menggunakan data dari 111 perusahaan di Spanyol, digunakan alat analisis path untuk melihat pengaruh masing-masing variabel yakni kemampuan pembelajaran, kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan. Penelitian ini kemudian menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara kemampuan pembelajaran baik dengan kinerja non keuangan maupun dengan kinerja keuangan. Kemampuan pembelajaran organisasi secara tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui kinerja non keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya kinerja non-keuangan dimana kemampuan pembelajaran organisasi dapat meningkatkan kinerja keuangan dapat melalui mediasi kinerja non-keuangan. Selanjutnya kemampuan pembelajaran organisasi berperan penting dalam mempengaruhi kompetensi yang dibutuhkan untuk proses operasional perusahaan, produk dan nilai layanan, dan selanjutnya menentukan potensi perusahaan dalam menciptakan nilai yang lebih baik bagi stakeholders membentuk kondisi yang lebih cepat untuk mencapai kinerja keuangan.

Sedangkan Collie (2002) menemukan bahwa pembelajaran organisasi meningkatkan pembelajaran individu dan kelompok melalui berbagai struktur dan fungsi, yang menciptakan budaya belajar. Budaya belajar memungkinkan organisasi untuk meningkatkan kinerja dan memperoleh keunggulan bersaing. Perguruan tinggi harus memiliki struktur dan proses yang mendorong pengembangan individu dan mengawasi kemajuan institusi. Perguruan tinggi juga harus mendukung peningkatan kerjasama, khususnya pada tingkat fakultas, yang berarti peningkatan kinerja.

Dill (1999) mempelajari karakteristik organisasi dari pembelajaran organisasi akademik dan menemukan bahwa dengan meningkatkan perhatian

pada tangungjawab akademik, universitas harus lebih terampil dalam menciptakan ilmu pengetahuan baru untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar dan dengan demikian menyesuaikan perilakunya dengan ilmu pengetahuan baru tersebut. Dill (1999) menyimpulkan adanya bukti penting yang mendukung pernyataan bahwa lingkungan baru akan mendukung proses adaptasi pada struktur dan pengelolaan organisasi untuk mencapai perbaikan kegiatan belajar mengajar.

Selanjutnya, Smylie (1996) melakukan penelitian untuk menguji implementasi partisipasi guru dalam pengambilan keputusan terhadap prestasi siswa dan peningkatan kualitas pengajaran dengan mediasi variabel organisasional berupa otonomi guru, akuntabilitas dan profesionalitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat variabel antara yaitu kesempatan pembelajaran organisasi (organizational learning opportunities) dan peningkatan kualitas pengajaran (instructional improvement). Semakin tinggi partisipasi guru dalam pengambilan keputusan akan semakin meningkat kesempatan pembelajaran organisasi, serta semakin tinggi kesempatan pembelajaran organisasi akan meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa.

Penelitian Said (2002) mengkaji pengaruh faktor-faktor strategis yang mempengaruhi kualitas layanan dan kinerja perguruan tinggi di Indoensia. Faktor-faktor strategis yang digunakan adalah pembelajaran organisasi, kemampuan analisis pasar, kepemimpinan teknologi, pemberdayaan karyawan, dan kepuasan kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor strategis yang signifikan berpengaruh langsung terhadap kinerja perguruan tinggi adalah pembelajaran organisasi, kemampuan analisis pasar dan kualitas layanan,

sedangkan faktor strategis lain seperti kepemimpinan teknologi, pemberdayaan karyawan dan kepuasan kerja terbukti tidak berpengaruh terhadap kinerja.

Penelitian Sukirno (1999) menguji hubungan antara partisipasi dosen dalam pengambilan keputusan terhadap hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan kesempatan pembelajaran organisasi dan kualitas pengajaran sebagai variabel antara. Dengan menggunakan dosen akuntansi pada PTS di Yogyakarta sebagai sampel penelitian maka ditemukan bahwa partisipasi dosen akuntansi dalam pengambilan keputusan berhubungan positif dengan hasil belajar mahasiswa, partisipasi dosen akuntansi dalam pengambilan keputusan berhubungan positif dengan kesempatan pembelajaran organisasi, kesempatan pembelajaran organisasi berhubungan positif dengan peningkatan kualitas pengajaran, kualitas pengajaran berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa, dan kesempatan pembelajaran organisasi dan peningkatan kualitas pengajaran secara bersama-sama sebagai variabel antara memiliki pengaruh positif pada hubungan dengan partisipasi dosen akuntansi dalam pengambilan keputusan dengan hasil belajar mahasiswa.

Kumar (2005) menguji pengaruh tiga tingkatan pembelajaran yakni pembelajaran tingkat organisasi, tim, dan individu terhadap kinerja keuangan dan pengetahuan pada perguruan tinggi swasta di Malaysia. Kumar menemukan bahwa pembelajaran tingkat organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dan pengetahuan. Pembelajaran tingkat tim (kelompok) hanya berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengetahuan dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan pembelajaran tingkat individu hanya berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan individu anggota organisasi harus diperoleh dan dibagi diantara anggota organisasi. Kesuksesan pembelajaran organisasi terjadi ketika pembelajaran individu dibagi melalui dialog positif dan tranformasi kepada individu lainnya dengan dukungan dari institusi.

Dokumen terkait