• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perkembangan Agama dalam Hukum Adat

Dalam dokumen Ilmu Hukum Adat (Halaman 170-173)

URGENSI HUKUM ADAT DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

C. Pengaruh Perkembangan Agama dalam Hukum Adat

berlaku secara yuridis formal belum tentu dianggap adil walaupun hukum adat dianggap sebagai hukum yang hidup. Hal ini dikarenakan ada beberapa hukum adat yang diberlakukan secara paksa oleh penguasa adat maupun hukum yang diberlakukan secara kolektif dan ada pula hukum adat oleh masyarakat sendiri.

C. Pengaruh Perkembangan Agama dalam Hukum Adat

Peraturan adat istiadat pada hakikatnya sudah berlangsung sejak zaman kuno maupun zaman pra-hindu. Pada zaman pra-hindu ini merupakan beberapa adat dari Melayu Polinesia yang telah hidup dalam masyarakat. Setelah zaman ini, muncullah kebudayaan adat dari hindu, Islam hingga kebudayaan Kristen yang berhasil mempengaruhi adat istiadat sebelumnya dan menguasai tatanan kehidupan masyarakat. Maka kebudayaan serta adat istiadat ini adalah sumber akulturasi dari aturan-aturan adat istiadat zaman sebelum hindu yang menyatu dengan akulturasi dari peraturan-peraturan adat istiadat dari kebudayaan hindu, Islam dan Kristen.

Pengaruh agama dalam perkembangan hukum adat telah berlangsung lama sebelumnya hingga menimbulkan penyatuan kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan. Pada awal perkembangannya yang dimulai dengan masuknya agama hindu di Indonesia pada sekitar abad ke-8 yang hanya memiliki pengaruh dipulau Jawa, Sumatera dan Bali. Pada zaman hindu ini mulai berkembang berbagai macam kerajaan yang menganut agama dan ajaran hindu serta budha yang sebelumnya disebarkan oleh para pedagang dari China hingga terbentuklah beberapa kitab-kitab hukum kuno aliran hindu maupun budha. Adanya kitab-kitab maupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan raja-raja atau para sultan terdahulu tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah memiliki sistem hukum adat masing-masing yang khas. Selain itu adanya prasasti hingga bangunan candi juga membuktikan adanya hukum maupun perturan yang telah dianut masyarakat setempat. Seperti halnya pada zaman pra-hindu ini yang banyak dipengaruhi oleh agama hindu secara keseluruhan dan sebagaian

dipengaruhi agama budha, sehingga nampak adanya beberapa pembagian kasta dalam bidang pemerintahan maupun peradilan. Hingga berakhirlah zaman pra-hindu yang ditandai dengan wafatnya Raja Hayam Wuruk serta Mahapatih Gajah Mada dan raja terakhir Kertabumi tahun 1478. Kekuasaan Kerajaan Majapahit runtuh yang diakibatkan oleh perpecahan antara para pemimpin serta terjadinya perang saudara dan perebutan kekuassan ditanah Jawa telah diambil alih oleh Kerajaan Demak.

Setelah zaman pra-Hindu, maka muncullah zaman Islam pada abad ke 14 hingga permulaan abad 15. Agama Islam mulai disebarkan oleh para pedagang dari Arab, Gujarat, Iran maupun Malaka melaui berbagaia jalur seperti halnya dari barat oleh pedagang dari Aceh dan Minangkabau, jalur utara oleh pedagang dari Aceh, Malaka dan China, jalur selatan oleh pedagang dari Cirebon dan Banten. Pengaruh dari agama Islam ini dapat diketahui dengan adanya hukum dibidang perkawinan serta perwakafan yang telah dilaksanakan dalam masyarakat. Adanya pemimpin agama disuatu masyarakat adat hanya sebagai penyerta dalam pemerintahan desa yang melakukan tugas kepengurusan dan penyelenggaraan acara keagamaan, misalnya perkawinan maupun perceraian.

Demikian juga masuknya agama Kristen yang dibawa oleh para pedagang barat sebagai pendeta, zending maupun misionaris yang meluas secara damai diberbagai kepulauan. Peraturan-peraturan hukum agama Kristen yang lebih banyak memberikan pengaruh pada hukum keluarga hukum perkawinan resepsik. Hal ini menunjukkan bahwa hukum adatnya dalam kaitan resepsi lebih mendalam jika dibandingkan dengan resepsi agama lainnya.

Perkembangan pada masuknya agama pada hukum adat dilingkungan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai fakto yang mendukung penyebarannya. Jika diamati, bahwa hukum adat memiliki sifat keagamaan yakni magis-religius. Berbagai aliran kepercayaan yang anut inilah berdasarkan ketuhanan termasuk animisme (kepercayaan pada benda-benda yang memiliki jiwa) dan dinamisme (kepercayaan pada benda-benda yang mampu bergerak). Sehingga

hukum adat tersebut memiliki corak menyerupai agama yang dianut setiap masyarakat.

Adanya berbagai teori pertautan antara hukum agama dan keberlakuan hukum adat yang telah didominasi oleh agama hindu, Islam dan Kristen. Teori-teori yang merujuk pada hubungan agama dan hukum adat tersebut antara lain:

1. Teori Receptio in Complexu

Teori yang ditemukan oleh Van de Berg bahwa adat istiadat serta hukum adat dalam masyarakat merupakan resepsi dari agama yang telah dipercaya masyarakatnya secara keseluruhan. Maka masyarakat tersebut memiliki hukum adat yang sesuai dengan hukum agamanya. Jadi masyarakat beragama hindu menganut hukum hindu, masyarakat beragama Islam menganut hukum Islam begitu pula dengan masyarakat beragama Kristen menganut hukum Kristen. Pemerintahan Belanda dalam hal penyusunan peraturan perundang-undangan menggunakan teori Receptio in Complexu sebagai landasan seperti Reglement of Het Beleid

der Regeering van Nederland Indie (Staatsblad 1854 nomor 129 dan Staatsblad 1855 nomor 2). Namun, apabila tidak ditemukan dasar

pengaturan dalam hukum agama atau berselisihan oleh asas-asas yang diakui secara umum maka pedoman yang digunakan adalah hukum perdata Eropa.

2. Teori Receptive

Teori yang dikemukakan seorang pakar Snouck Hurgronje berserta Van Vollenhoven menjadi suatu pertentangan oleh teori Receptio in Complexu. Teori Receptive ini menyatakan bahwa hukum adat adalah hukum yang berlaku dimasyarakat terlepas dari hubungan agama penganutnya. Hukum adat maupun hukum agama merupakan dua patokan hukum yang berbeda atau bertolak belakang namun bisa jadi saling berhadapan satu sama lain. Jadi, tidak seluruhnya hukum agama diterima kedalam hukum adat, namun diketahui hanya beberapa hal yang mampu

masuk menjadi bagian hukum adat, seperti halnya hukum keluarga dan hukum perkawinan serta hukum kewarisan.

Dengan demikian dimungkinkan terjadinya konflik diantar hukum adat dan hukum agama yang terjadi, maka hal inilah penyebab pertentangan keberadaan teori Receptio in Complexu. Asas-asas dalam teori ini adalah asas konkordasi dan asas penundukan. Asas konkordasi menyebutkan bahwa hukum yang berlaku disuatu wilayah tertentu juga berlaku diwilayah lain. Sedangkan asas penundukan ialah subyek hukum pada hukum tertentu yang berlaku dikarenakan kehendak kepentingan secara sukarela maupun terpaksa.

3. Teori Receptio a Contrario

Pencetus teori ini adalah Prof. Hazairin setelah periode kemerdekaan Indonesia. Bahwa pemurnian dan pemilihan hukum agama dinilai salah, hal ini dikarenakan bahwa hukum adat sendiri merupakan kesusilaan yang bersumber pada hukum agama secara keseluruhan. Hubungan antara agama dan hukum adat akan berlaku apabila tidak bertentangan satu sama lain dalam lingkungan masyarakat.

Teori-teori tersebut memberikan pengertian yang berbeda, sebagian memberikan aturan kebiasaan masyarakat yang sudah menjadikan kesepakatan pengakuan bersama-sama maupun sebuah pengaruh mekanisme hukum agama anutan masyaratakat.

Dalam dokumen Ilmu Hukum Adat (Halaman 170-173)