• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perubahan KBD Terhadap Kelas Umur dan Bonita

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.3 Pengaruh Perubahan KBD Terhadap Kelas Umur dan Bonita

Menurut surat keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No 143 tahun 1974, tanaman jati yang berumur di bawah 40 tahun dengan kepadatan bidang dasar 0,05 – 0,3 atau dengan kata lain lebih kecil dari atau sama dengan 0,3 dan tanaman jati yang berumur di atas 40 tahun dengan KBD 0,3 – 0,5 termasuk ke dalam kelas hutan TJBK. Sedangkan menurut buku Pedoman Penyusunan RPKH Perum Perhutani, tanaman jati yang berumur di atas 40 tahun (KU V ke atas) dengan KBD lebih kecil dari atau sama dengan 0,6 sudah termasuk ke dalam kelas hutan TJBK.

Untuk melihat besar atau kecilnya potensi tegakan jati yang ada di KPH Nganjuk, maka diperlukan data kerapatan bidang dasar (KBD) setiap petak dan anak petak. Dari rata-rata KBD yang diperoleh, dapat dilihat pengaruh perubahannya terhadap kelas umur. Seperti yang disajikan pada Gambar 3 (BH Trtik) dan Gambar 4 (BH Brebek).

Perubahan KBD Terhadap KU 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40

KU I KU II KU III KU IV KU V KU VI KU VII KU VIII KU IX KU X

Kelas Umur KBD 1975 1985 1995 2005 rata-rata

Gambar 3 Grafik perubahan KBD rata-rata terhadap kelas umur (Tritik). Dari Gambar 3 di atas dapat terlihat pengaruh perubahan KBD rata-rata tegakan terhadap kelas umur (KU) di BH Tritik. Pada tahun risalah 1975 terlihat bahwa KBD rata-rata tertinggi dimiliki kelas umur yang muda yaitu pada KU II sebesar 1,10 dan yang paling rendah diluar kelas umur yang masak tebang (KU VIII ke atas) yaitu pada KU VI sebesar 0,67. Di tahun risalah berikutnya (1985) KBD rata-rata yang dimiliki setiap kelas umur selalu lebih tinggi daripada tahun risalah 1975, dimana KBD rata-rata tertinggi yaitu pada KU II sebesar 1,22 dan yang paling rendah pada KU VII yaitu sebesar 0,69. Kemudian pada tahun risalah 1995 malah menunjukkan KBD rata-rata yang lebih kecil pada setiap kelas umurnya daripada tahun risalah sebelumnya, dimana KBD rata-rata tertinggi dimiliki oleh kelas umur yang sudah masak tebang (KU IX) yaitu sebesar 1,22, sedangkan KBD rata-rata yang paling rendah pada KU VI dan KU VII yaitu masing-masing sebesar 0,83. Pada tahun risalah terakhir (2005) hampir semua KBD rata-rata yang dimiliki oleh semua KU lebih rendah dibanding pada tahun risalah sebelumnya (1995). KBD rata-rata tertinggi di tahun risalah 2005 adalah pada KU II yaitu sebesar 1,17 dan untuk KBD rata-rata yang paling rendah adalah pada KU I yaitu sebesar 0,65.

38 Perubahan KBD Terhadap KU 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

KU I KU II KU III KU IV KU V KU VI KU VII KU VIII KU IX KU X

KBD 1975 1985 1995 2005 rata-rata

Gambar 4 Grafik perubahan KBD rata-rata terhadap kelas umur (Brebek). Bila melihat perubahan KBD rata-rata yang terjadi di BH Brebek (Gambar 4), keadaan yang ada di bagian hutan ini tidak berbeda jauh dengan keadaan di BH Tritik. Pada tahun risalah 1975 KBD rata-rata tertinggi dimiliki oleh kelas umur muda juga yaitu pada KU II sebesar 1,09, sedangkan yang paling rendah pada KU V yaitu sebesar 0,77. Di tahun risalah 1985 KBD rata-rata yang tertinggi juga dimiliki oleh KU II yaitu sebesar 0,91, dan untuk KBD rata-rata yang paling rendah dimiliki oleh KU VI yaitu hanya sebesar 0,6. Kemudian di tahun risalah 1995 KBD rata-rata yang paling tinggi yaitu pada KU I sebesar 0,93, sedangkan KBD rata-rata yang paling rendah pada KU IV yaitu sebesar 0,87. Pada tahun risalah terakhir (2005) untuk KBD rata-rata tertinggi masih pada KU II yaitu sebesar 1,10, kemudian KBD rata-rata yang paling rendah dimiliki oleh kelas umur muda yaitu pada KU I sebesar 0,63. Di BH Brebek ini kelas umur muda (KU I – III) selalu memiliki KBD rata-rata yang paling tinggi, sedangkan KBD rata-rata yang paling rendah justru dimiliki kelas umur tua (KU IV – VI) terkecuali pada tahun risalah terakhir.

Idealnya bila kelas umur suatu tegakan semakin tua, maka perubahan KBD rata-rata yang terjadi akan semakin tinggi pada setiap tahun risalahnya. Akan tetapi yang terjadi di KPH Nganjuk adalah tidak setiap pada kelas umur yang

Perubahan KBD Terhadap BONITA 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 BONITA KBD 1975 1985 1995 2005 rata-rata lebih tua selalu memiliki KBD rata-rata yang lebih tinggi terutama untuk KU III ke atas. Begitu pula dengan keadaan dari tahun risalah awal hingga tahun risalah akhir, KBD rata-rata yang dimiliki dari periode awal hingga akhir tidak selalu menunjukkan angka yang selalu lebih baik. Hal ini diduga disebabkan oleh gangguan hutan yang tinggi terutama untuk di periode akhir (1995 – 2005).

Dari data perubahan KBD rata-rata yang diperoleh, juga dapat dilihat pengaruhnya terhadap tingkat kesuburan tempat tumbuh atau Bonita. Sudah semestinya apabila semakin tinggi Bonita yang dimiliki oleh suatu tegakan maka semakin tinggi pula KBD rata-ratanya. Berikut ini adalah grafik perubahan KBD rata-rata selama 30 tahun terhadap Bonita yang ada di BH Tritik (Gambar 5) dan di BH Brebek (Gambar 6).

Gambar 5 Grafik perubahan KBD rata-rata terhadap bonita (BH Tritik). Dari Gambar 5 di atas dapat terlihat KBD rata-rata tertinggi pada tahun risalah awal (1975) adalah pada Bonita 4,5 yaitu sebesar 1,07, dan yang paling rendah pada Bonita 1,5 yaitu sebesar 0,35. Kemudian pada tahun risalah 1985 KBD rata-rata tertinggi yaitu pada Bonita 3 sebesar 1,12, sedangkan yang paling rendah pada bonita 1,5 yaitu sebesar 0,70. Pada tahun risalah berikutnya yaitu tahun 1995 KBD rata-rata yang paling tinggi pada Bonita 3,5 yaitu sebesar 1,03,

40

Perubahan KBD Terhadap BONITA

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 BONITA KBD 1975 1985 1995 2005 rata-rata sementara KBD rata-rata yang paling rendah pada Bonita 1,5 yaitu sebesar 0,40. Di tahun risalah terakhir (2005) terlihat bahwa keadaannya lebih buruk dibandingkan pada tahun-tahun risalah sebelumnya, hal ini dapat dilihat pada KBD rata-rata yang dimiliki oleh Bonita 3 sampai 4,5 selalu lebih rendah dibandingkan tahun-tahun risalah sebelumnya. Pada tahun risalah 2005 ini KBD rata-rata tertinggi yaitu pada Bonita 5 sebesar 1,21, sementara KBD rata-rata yang paling rendah pada Bonita 1,5 yaitu sebesar 0,53. Dilihat secara keseluruhan perubahan KBD rata-rata terhadap Bonita yang terjadi di BH Tritik tidak seperti yang diharapkan, yaitu pada Bonita yang lebih tinggi seharusnya memiliki KBD rata-rata yang lebih tinggi, terutama pada tahun risalah terakhir yang hampir selalu mengalami penurunan dan merupakan KBD rata-rata yang paling rendah di Bonita 3 sampai 4,5.

Gambar 6 Grafik perubahan KBD rata-rata terhadap bonita (BH Brebek). Grafik perubahan KBD rata-rata terhadap bonita yang terjadi di BH Brebek dapat dilihat pada Gambar 6. Perubahan yang terjadi disini lebih sering ke arah penurunan dari tahun risalah awal (1975) ke tahun risalah akhir (2005). Pada tahun risalah 1975 KBD rata-rata yang tertinggi dimiliki oleh bonita 2,5 dan bonita 3 yaitu masing-masing sebesar 1,06, sementara yang paling rendah dimiliki oleh bonita 1,5 yaitu sebesar 0,24. Di tahun risalah 1985 KBD rata-rata tertinggi pada bonita 3,5 yaitu sebesar 1,01, dan yang memiliki KBD rata-rata terkecil

adalah bonita 1,5 yaitu sebesar 0,30. Kemudian di tahun risalah berikutnya (1995) KBD rata-rata yang paling tinggi dimiliki oleh bonita 5 sebesar 1,00, dan yang paling rendah dimiliki oleh bonita 1,5 sebesar 0,37. Pada tahun risalah 2005 KBD rata-rata yang paling tinggi yaitu pada bonita 3 sebesar 0,76, sedangkan yang paling rendah yaitu pada Bonita 1,5 sebesar 0,38. Di tahun risalah terakhir ini hampir di setiap bonita selalu memiliki KBD rata yang lebih rendah dari rata-rata KBD selama 30 tahun dan dari tahun-tahun risalah sebelumnya, hal ini menunjukkan kondisi di tahun risalah terakhir mengalami kerusakan terutama pada bonita yang tinggi.

Dokumen terkait