• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.4. Pembahasan

4.4.3. Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham

Di dalam Islam diperbolehkan untuk berhutang, namun untuk hal-hal yang

bersifat positif. Misalnya untuk membeli sebuah barang yang dijadikan modal

untuk menciptakan penghasilan. Dengan kata lain membeli asset kemudian

digunakan untuk menghasilkan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan

pertumbuhan perusahaan. Namun, tambahan dari hutang tersebut tidak diboleh

disyaratkan, karena itu termasuk ke dalam riba.

4.4.3. Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham

H3 = Rasio profitabilitas berpengaruh terhadap return saham

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.10 dapat disimpulkan

bahwa rasio profitabilitas (X3) dengan menggunanakan alat ukur ROA terhadap

return saham menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia dengan

124

yang lebih kecil dari α (0,005 < 0,05) maka H3 diterima.

ROA berpengaruh positif terhadap return saham dikarenakan ROA dapat

memberikan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba

bersih dari optimalisasi penggunaan aktiva yang dimiliki untuk operasional

perusahaan kepada pengguna laporan keuangan khususnya investor. Kinerja

keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva akan berdampak

terhadap harga saham serta pemegang saham. ROA yang semakin tinggi

menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham

akan mendapatkan keuntungan dikarenakan meningkatnya harga saham maupun

return saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa informasi yang diberikan ROA

berpengaruh positif terhadap return saham dan investor dapat menilai kinerja

keuangan melalui ROA untuk pengambilan keputusan berinvestasi.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai ROA

maka Return yang akan diperoleh investor juga semakin tinggi, hal ini sejalan

dengan teori yang diungkapkan oleh Arista (2012) bahwa semakin besar ROA

maka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dari

segi penggunaan aktiva. Semakin besar nilai ROA maka semakin baik perusahaan

menggunakan aktivanya untuk mendapat laba, hal ini membuat investor menjadi

tertarik untuk membeli saham perusahaan serta berdampak pada harga saham

yang meningkat dan diikuti dengan pengembalian return Saham yang tinggi.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Anisa (2015), Putra & Dana (2016), dan Sorongan (2016) yang menyatakan

125

Namun bertolak belakang dengan penelitian dari Wagiyem (2013), Adeputra

&Wijaya (2015), Kurniawan (2017) dan Methasari (2017) yang menunjukkan

Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap Return Saham.

Adanya pengaruh positif dari profitabilitas terhadap return saham

perusahaan sub sektor farmasi menunjukkan bahwa semakin besar tingkat

profitabilitas perusahaan semakin besar pula return saham. Hal ini sesuai dengan

data yang diperoleh dalam penelitian ini. Ketika di tahun 2015, rata-rata

profitabilitas perusahaan menurun menjadi 11,90 rata-rata return saham

perusahaan sub sektor farmasi pun juga mengalami penurunan dari sebesar -0,22.

Dan pada tahun 2016 rata-rata profitabilitas mengalami penigkatan sebesar 12,00,

rata-rata return saham perusahaan sub sektor farmasi pun mengalami penigkatan

menjadi 0,59. Hal tersebut telah dibuktikan dari hasil penelitian perusahaan

farmasi yang terdaftar di BEI periode tahun 2013-2017 bahwa ROA berpengaruh

positif signifikan terhadap return saham. Meihat kondisi tersebut maka akan

memberikan sinyal baik bagi para investor untuk dapat membuat keputusan

berinvestasi pada perusahaan yang bersangkutan agar dapat mendapatkan

keuntungan yang optimal sesuai yang diharapkan investor.

Meihat kondisi tersebut maka akan memberikan sinyal baik bagi para

investor untuk dapat membuat keputusan berinvestasi pada perusahaan yang

bersangkutan agar dapat mendapatkan keuntungan yang optimal sesuai yang

diharapkan investor.

Dari hasil penelitian ini perusahaan sebaiknya tetap mempertahankan

126

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk

operasional perusahaan. Meningkatkan ROA berarti disisi lain juga meningkatkan

pendapatan bersih perusahaan yang berarti nilai penjualan juga akan meningkat.

Perusahaan yang nilai penjualannya meningkat, akan mendorong ter jadinya

peningkatan laba yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam kondisi

baik. Kondisi seperti ini akan mudah untuk menarik investor, karena para investor

lebih suka berinvestasi pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi.

Jika ROA tinggi maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para investor,

karena dengan ROA tinggi me nunjukkan kinerja perusahaan tersebut baik, maka

investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya yang berupa surat ber

harga atau saham. Dengan permintaan saham yang banyak maka harga saham

akan meningkat dan return sahampun akan ikut meningkat. Dengan semakin

meningkatnya dividen yang diterima oleh para pemegang saham akan menjadi

daya tarik tersendiri untuk tetap menanamkan sahamnya dan para calon investor

untuk menanamkan sahamnya ke dalam perusahaan tersebut. Hal ini akan

mendorong peningkatan harga saham yang pada akhirnya akan meningkatkan

return saham yang akan diterima para investor.

Didalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang membahas tentang adanya

hubungan yang erat antara keta’atan kepada Allah dengan karunia yang kita peroleh. Al-Fadhl tampaknya bisa kita peroleh jika kita ta’at dan patuh pada Allah

SWT. Salah satunya yang tercantum pada Q.S Al-Jumu’ah ayat 10:

ُِ ض قُاَذِإَ ف

َُلُاًيِْ ثَكَُهللَّاُاو ر كْذاَوُِهللَّاُِلْ ضَفُْن ِ مُاو غَ تْ باَوُِضْرَْلأاُ ِفيُاو ر ِ شَتْ ناَفُ ة َلاه صلاُِتَي

ُْم كهلَع

َُنو حِلْف ت

﴿

۰۱

127

Artinya:“ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyakbanyak supaya kamu beruntung.”( Q.S Al-Jumu’ah :10)

Al-Syaukani menjelaskan makna ayat ini dengan mengatakan, apabila

engkau telah selesai melaksanakan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi

untuk perdagangan (tijarat) dan melakukan transaksi-transaksi lainnya, sesuai

dengan apa yang engkau butuhkan untuk memenuhi urusan kehidupanmu. Dan

carilah karunia Allah dalam bentuk rizqi yang memang dikaruniakan Allah buat

hambanya. Dalam konteks ayat, fadhl Allah adalah keuntungan-keuntungan

(al-arbah) di dalam mu’amalat dan usaha-usaha (makasib) yang telah kita lakukan. Pada kata selanjutnya, makna Berzikirlah kamu dengan zikir yang banyak

dimaknai dengan banyak bersyukur kepada Allah atas segala petunjuk yang

diberikannya baik dalam bentuk kebaikan ukhrawi ataupun kebaikan duniawi.

Makna lain az-zikr adalah alhamd (pujian), tasbih (mensucikan Allah) dan

al-takbir (membesarkan Allah) serta al-istighfar (memohon ampun). Orang-orang

yang melakukan kebaikan di atas, kendati dalam aktivitas bisnisnya yang cukup

sibuk misalnya, akan memperoleh kemenangan (al-falah) yaitu kesuksesan hidup

di dunia dan di akhirat. (Al-Syaukani, 2004:828)

Di dalam ayat tersebut telah dijelaskan cara mendapatkan keuntungan bagi

umat Islam. Apabila perusahaan mencari keuntungan sesuai dengan yang

dianjurkan Islam, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan keberkahan.

Dalam ajaran Islam memperoleh profit yang banyak diperbolehkan

asalkan tidak merugikan orang lain. Diriwayatkan Rasulullah Shallallahu „alaihi

128

او رَ باَدَ تُ َلََوُاو ضَغاَبَ تُ َلََوُاو شَجاَنَ تُ َلََوُاو دَساََتُُ َلَ

ُ

ُاو نو كَوٍُوْ عَ بُِعْ يَ بُىَ لَعُْم ك ضْعَ بُْعِ بَيُ َلََو

ُِهللَّاَُداَبِع

ُ

ُ ه ل ذَْيَُ َلََوُ ه مِلْظَيُ َلَُِمِلْس مْلاُو خَأُ مِلْس مْلاًُنااَوْخِإ

ُ

ُ ه رِقَْيُُ َلََو

ُ

Artinnya: “Janganlah engkau saling hasad, saling menaikkan penawaran barang

(padahal tidak ingin membelinya), saling membenci, saling

merencanakan kejelekan, saling melangkahi pembelian sebagian lainnya. Jadilah hamba-hamba Allâh yang saling bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya. Tidaklah ia menzhalimi saudaranyanya, tidak pula ia membiarkannya dianiaya orang lain dan tidak layak baginya untuk menghina saudaranya.” [HR. Bukhâri, no.

5717 dan Muslim, no. 2558]