• Tidak ada hasil yang ditemukan

C Batas untuk tidak digunakan lagi :

HASIL PENELITIAN

5.2 Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin Mengelola Vaksin

5.2.3 Pengaruh Supervisi terhadap Kepatuhan

(OR:2,7; 95% CI=1,40-5,23).

5.2.3 Pengaruh Supervisi terhadap Kepatuhan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi sebanyak 68,6% pada kategori tidak baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa supervisi terhadap petugas pengelola vaksin meliputi; (pembinaan, bimbingan, dan pengawasan) belum sepenuhnya dilaksanakan oleh organisasi.

Hasil wawancara terhadap petugas sebagian besar mengungkapkan bahwa kegiatan supervisi dilakukan secara khusus ada namun tidak rutin. Selama ini supervisi dilakukan satu kali dalam sebulan terkait dengan kegiatan minilokakarya di Puskesmas dan yang melakukan supervisi bisa kepala puskesmas atau penanggung jawab program tentunya setelah ada pemberitahuan dari kepala puskesmas, mengenai metode supervisi dengan melihat langsung pelayanan, juga melihat laporan dan tanya jawab kalau ada masalah pada saat disupervisi. Menurut petugas kesehatan supervisi belum sesuai dengan yang diharapkan, belum dilakukan secara rutin, dan materi supervisi kurang jelas. Kepala puskesmas belum sepenuhnya mampu menemukan masalah dan belum mengikutsertakan petugas kesehatan dalam proses pemecahan masalah serta tidak diikuti umpan balik terhadap temuan supervisi.

Beberapa petugas kesehatan yang tidak disupervisi namun patuh dalam mengelola vaksin, hal ini merupakan tugas dan tanggungjawabnya dalam mengelola vaksin. Sedangkan petugas kesehatan yang tidak patuh dan menyatakan supervisi

baik, salah satu penyebab ketidakpatuhan ini adalah pengalaman kerja yang masih baru.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan supervisi terhadap petugas pengelola vaksin secara berkesinambungan melalui aktivitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi serta membina hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.

Menurut Azwar (2000), supervisi adalah kegiatan untuk memberikan bimbingan dan pembinaan oleh kepala Puskesmas melalui pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah segera diberikan petunjuk dan bimbingan

atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Demikian juga dengan Depkes RI (1996), supervisi sebagai suatu kegiatan pembinaan, bimbingan atau

pengawasan oleh pengelola program terhadap pelaksanaan di tingkat administrasi yang lebih rendah dalam rangka menetapkan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Hanafi (1997) tujuan supervisi adalah peningkatan dan pemantapan pengelola upaya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan dan pemanfaatan pengelola sumber daya di semua tingkat administrasi dalam rangka pembinaan pelaksanaan upaya kesehatan, penigkatan dan pemantapan pengelola program–program disemua tingkat administrasi dalam rangka pembinaan upaya kesehatan.

Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai

x

2=2,208; p=0,137>p=0,05, menunjukkan ada hubungan yang tidak signifikan antara supervisi dengan kepatuhan. Hasil uji statistik multivariat supervisi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan dengan probabilitas p=0,032<p=0,05 dan nilai Exp (B) sebesar 10,278. Hal ini bermakna bahwa petugas kesehatan mendapat supervisi mempunyai peluang 10 kali patuh dalam mengelola vaksin dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat supervisi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Ilyas (2002) bahwa supervisi merupakan proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai. Selanjutnya Ilyas mengungkapkan bahwa kualitas supervisi sangat penting dalam melakukan pembinaan pada personil kesehatan. Penilaian manfaat supervisi yang diterima bawahan menjadi motif untuk mendorong mereka bekerja lebih giat. Demikan juga dengan pendapat Gibson et al. (2003), bahwa secara organisasi supervisi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja individu untuk mencapai tujuan organisasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa secara eksternal faktor-faktor yang memengaruhi perilaku dalam melakukan tindakan dipengaruhi oleh faktor supervisi.

5.3 Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa petugas kesehatan pengelola vaksin lebih banyak pada kategori tidak patuh, yaitu sebanyak 64,7%. Hasil

penelitian ini sesuai dengan latar belakang sebelumnya yang mengungkapkan petugas kesehatan dalam pengelolaan vaksin belum sepenuhnya patuh dalam mengelola vaksin. Salah satu penyebab belum optimalnya pengelolaan vaksin ini adalah secara internal pengetahuan petugas yang masih rendah tentang pengelolaan vaksin, sebagian besar belum mengikuti pelatihan dan secara eksternal minimnya supervisi dari pimpinan serta fasilitas pendukung yang belum sepenuhnya dioperasikan dengan baik.

Beberapa negara berkembang melaporkan hal yang sering terjadi dalam pengelolaan vaksin seperti ; temperatur yang tidak sesuai pada saat penyimpanan dan pengiriman, paparan terhadap suhu yang terlalu rendah (freezing temperatur), lemari pendingin tanpa thermometer, tidak melakukan pencatatan suhu lemari pendingin secara teratur, penyimpanan bahan-bahan lain selain vaksin seperti makanan dan minuman, dan tidak menyingkirkan vaksin-vaksin yang disimpan pada suhu yang kurang tepat.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mavimbe dan Bjune (2007) di Mozambique menyimpulkan bahwa bahwa sebagian besar petugas vaksin memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyimpanan vaksin, tidak mengetahui tentang uji kocok (shake test) dan tidak mengetahui kisaran suhu yang dianjurkan untuk penyimpanan vaksin.

Hasil penelitian Kristini (2008) menyimpulkan bahwa kepatuhan seperti pengetahuan dan sikap petugas pengelola vaksin merupakan salah satu faktor efektf

tidaknya kinerja petugas dalam pengelolaan vaksin dan ditemukan sebagian besar petugas pengelola vaksin memiliki pengetahuan kurang mengenai penyimpanan vaksin. Hasil penelitian Suryanti (2008) menyimpulkan bahwa kepatuhan petugas meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pengelolaan vaksin belum sepenuhnya sesuai dengan prosedur.

Berdasarkan hasil monitoring cold chain maka perlu dilakukan upaya pengecekan ulang terhadap fasilitas cold chain, dan suku cadangnya per periode secara kontinu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, perlu adanya petugas khusus cold chain yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat bertanggung jawab sepenuhnya dalam pengelolaan cold chain dan diberikan kesempatan pada petugas untuk mengikuti pelatihan tentang cold chain bagi petugas pengelola vaksin, serta perlu memperbaiki atau mengganti fasilitas yang rusak untuk penyimpanan vaksin sesuai standar.

.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait