• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel lingkungan seperti suhu, salinitas, kedalaman, kecerahan, DO dan pH dapat memengaruhi disribusi dari makrozoobentos. Pengaruh variabel lingkungan pada masing-masing bulan penelitian dari Mei-Oktober 2011 disajikan pada Gambar 9. Dan Gambar 10. Grafik ordinasi triplot CCA menunjukkan pengaruh variabel lingkungan yang berbeda-beda terhadap masing-masing genus di setiap bulan penelitian.

Hasil analisis dari canonical correspondence analysis (CCA) di Mei 2011 menunjukan 56,42% dari total inertia dalam kelimpahan dan 56,42% dari variansi dalam rata-rata proporsi dan total dari spesies dalam hubungannya dengan variabel lingkungan. Berdasarkan hasil analisis CCA tersebut didapatkan informasi bahwa distribusi dari genus seperti Rhodine sp., Pherusa sp., Arenicola sp., Sigambra sp., Chironomus sp., Magelona sp., Ophelina sp., Tellina sp., Brania sp. dan Dodececaria sp., dipengaruhi oleh kedalaman, dan pH. Jenis makrozoobentos tersebut banyak ditemukan pada Stasiun yang terletak di laut. Distribusi dari Capitella sp., Cossura sp. dan Sternaspis sp. dipengaruhi oleh persentase liat dan debu dengan lokasi stasiun yang terletak di muara sungai. Distribusi dari genus seperti Melita sp., Ampithoe sp., Leptochelia sp. dan Polydora sp. dipengaruhi oleh persentase C-organik, debu dan liat . Jenis makrozoobentos tersebut melimpah di stasiun yang terletak dekat dengan kawasan ekosistem mangrove yang memiliki persentase C-organik dan liat yang tinggi. Apseudes sp., Ceradocus sp. dan Amphicteis sp. dipengaruhi oleh salinitas; sedangkan distribusi genus dari Prionospio sp. dan Parvicardium sp. dipengaruhi persentase pasir, kedua biota tersebut ditemukan melimpah pada stasiun III dan IV dengan karakteristik substrat dasar pasir.

Gambar 9. Ordinasi triplot hubungan antara spesies makrozoobentos dengan parameter fisika-kimia perairan di Pantai Mayangan pada Mei 2011 Hasil analisis dari Canonical Correspondence Analysis (CCA) di Oktober 2011 menunjukan 56% dari total inertia pada kelimpahan dan 56% dari variansi dalam rata-rata proporsi dan total dari spesies dalam hubungannya dengan variabel lingkungan. Berdasarkan hasil analisis CCA tersebut didapatkan informasi bahwa distribusi dari genus seperti Cossura sp., Prionospio sp., Sigambra sp. dipengaruhi oleh suhu, DO dan pH. Jenis ini banyak ditemukan di lokasi stasiun yang terletak di muara sungai. Distribusi dari genus seperti Capitella sp., Sternaspis sp., Arenicola sp., Parvicardium sp., Scoloplos sp. dan Chironomus sp. dipengaruhi oleh kecerahan, persentase pasir dan kedalaman. Jenis makrozoobentos tersebut banyak ditemukan di stasiun yang terletak di laut yang mendapatkan pengaruh dari pantai Pondok Putri dan Pondok Bali serta ditemukan juga di muara sungai. Distribusi dari genus seperti Tellina sp., Solen sp. dan Brania sp. dipengaruhi oleh persentase liat dan debu, ketiga jenis tersebut ditemukan pada stasiun yang memiliki persentase liat

yang tinggi; sedangkan distribusi dari genus seperti Leptochelia sp., Cerithiopsis sp., Ceradocus sp., Apseudes sp., Ophelina sp., Rhodine sp., Magelona sp., Ampithoe sp. dan Amphicteis sp. dipengaruhi oleh persentase C-organik dengan lokasi stasiun yang banyak ditemukan jenis tersebut terletak di dekat kawasan ekosistem mangrove yang memiliki persentase C-organik tinggi karena mendapatkan masukan berupa serasah dari pohon mangrove.

Gambar 10. Ordinasi triplot hubungan antara spesies makrozoobentos dengan parameter fisika-kimia perairan di Pantai Mayangan pada Oktober 2011

4.2. Pembahasan

Makrozoobentos yang ditemukan selama penelitian terdiri atas 41 genera yang termasuk ke dalam 32 famili, 14 ordo dan lima kelas. Kelompok yang paling banyak ditemukan yaitu famili Paratanaidae dari kelas Malacostraca dengan genus Leptochelia sp.. Jika dibandingkan dengan penelitian di luar perairan Indonesia Pantai Mayangan memiliki jenis makrozoobentos yang relatif sedikit. Penelitian

Nebra et al. (2011) di estuari Ebro, Mediterrania ditemukan 214 jenis makrozoobentos yang didominasi oleh kelompok Polychaeta, pada penelitian lain di England & Wales ditemukan 71 jenis makrozoobentos (Murphy & Davy-Bowker 2005). Jika dibandingkan dengan penelitian di dalam perairan Indonesia Pantai Mayangan memiliki jenis makrozoobentos yang cukup tinggi, seperti pada penelitian Fitriana (2005) di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali hanya ditemukan 20 jenis makrozoobentos dari empat kelas yaitu Polychaeta, Crustaceae, Gastropoda dan Pelecypoda. Jenis Polychaeta yang ditemukan pada penelitian ini sebanyak 27 jenis sedangkan pada penelitian lain di Pantai Peniti, Kalimantan Barat ditemukan 34 jenis Polychaeta (Junardi & Wardoyo 2008). Jenis Polychaeta yang ditemukan di Pantai Mayangan, Jawa Barat dengan jenis Polychaeta yang ditemukan di Pantai Peniti, Kalimantan Barat memiliki kesamaan jenis yaitu dengan ditemukannya Paraonis sp., Capitella sp., Cossura sp., Sternaspis sp., Dodececaria sp. dan Prionospio sp. Diduga Pantai Mayangan memiliki kesamaan kondisi ekologis dengan Pantai Peniti di Kalimantan Barat.

Kelompok tipe makan yang paling banyak ditemukan adalah detritus feeder. Biota tersebut mendapatkan sumber makanannya pada lapisan permukaan substrat dasar perairan. Jenis makanan dari biota ini yaitu particle organic matter (POM) (Macdonalds 2010). Kelompok tipe makan selanjutnya yang banyak ditemukan yaitu deposit feeder dari kelas Polychaeta. Pada umumnya kelompok ini banyak dijumpai pada substrat pasir dan lumpur (Fauchald & Jumars 1979). Sumber makanan yang didapatkan oleh kelompok tersebut berasal dari lapisan atas substrat maupun lapisan bawah substrat.

Jenis Polychaeta yang ditemukan lebih beragam dibandingkan dengan kelompok lainnya. Capitella sp. dan Prionospio sp. merupakan jenis Polychaeta yang paling sering ditemukan di seluruh stasiun penelitian. Ukuran makanan Capitella sp. yaitu bahan organik yang terdeposit dalam sedimen, POM dan mikroalga; sedangkan Prionospio sp. lebih menyukai bahan organik yang terdeposit dalam sedimen, POM, mikroalga, diatom dan fitoplankton, kedua biota tersebut merupakan biota yang memiliki tingkat adaptasi yang tinggi, khususnya Capitella sp. yang memiliki sifat oportunistik (Machdar 2010). Capitella sp. tidak memiliki kompetitor potensial untuk persaingan dalam mendapatkan makanan dan ruang serta

mampu mengakumulasi bahan organik (Ergen et al. 2002 in Hadiyanto 2010). Jenis dari Prionospio sp. merupakan biota bentik yang bersifat kosmopolit dan memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas serta mampu hidup pada semua tipe substrat dasar walaupun sebagian besar hidup pada substrat dasar halus, (Rabalais et al. 2001). Taurusman (2010) menemukan jenis Capitella sp. mendominasi stasiun penelitian dengan status perairan hipertrofik sedangkan Prionospio sp. mendominasi stasiun penelitian dengan status perairan eutrofik di Teluk Jakarta. Hal ini menunjukan bahwa Capitella sp. dan Prionospio sp. merupakan bioindikator perairan tercemar bahan organik. Tian et al. (2009) menemukan Capitella capitata sebesar 91 individu dari 112 sampel makrozoobentos dari sembilan lokasi di daerah estuari Cape Cod. Jenis tersebut mendominasi karena terjadinya pengayaan bahan organik pada sedimen dengan masuknya nitrogen di perairan estuari Cape Cod. Pada lokasi penelitian di Pantai Mayangan, jenis Capitella sp. hampir ditemukan di seluruh lokasi penelitian selama enam bulan pengambilan sampel. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa Pantai Mayangan mengalami tekanan ekologis yang cukup tinggi dari pengayaan bahan organik yang masuk ke dalam perairan.

Leptochelia sp. dari kelas Malacostraca memiliki kepadatan tertinggi, khususnya pada stasiun penelitian yang berada di dekat ekosistem mangrove dengan kandungan bahan organik yang tinggi (C-organik) yaitu Stasiun VI dan Stasiun VII. Hal ini menunjukkan bahwa biota tersebut mendapatkan habitat yang sesuai untuk menopang hidupnya, antara lain faktor makanan (detritus) yang tersedia dan faktor predasi serta kompetisi yang rendah. Romimohtarto dan Juwana (2001) menyatakan bahwa kandungan utama bahan organik (detritus) berasal dari daun-daun dan ranting-ranting dari pohon mangrove yang jatuh ke dalam dasar perairan dan telah membusuk. Stasiun VI dan VII dengan persentase tipe substrat dasar lumpur liat yang tinggi memiliki kepadatan makrozoobentos yang paling tinggi jika dibandingkan dengan stasiun penelitian lainnya. Pola yang sama juga ditemukan pada penelitian Franca et al. (2009) di daerah estuari Tagus, Portugal, bahwa pada daerah intertidal dengan substrat dasar lumpur makrozoobentos memiliki kepadatan yang tinggi dibandingkan dengan di daerah subtidal lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makrozoobentos di Pantai Mayangan memiliki nilai indeks keanekaragaman yang rendah hingga sedang. Ada beberapa

faktor yang dapat memengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman jenis di suatu perairan antara lain faktor variasi habitat (niche), stabilitas lingkungan, kompetisi, panjangnya rantai makanan dan ukuran tubuh (Pianka 1966 in Kastoro et al 1999). Indeks keanekaragaman yang rendah dapat disebabkan karena terdapat tekanan ekologis yang tinggi sehingga struktur komunitas dari makrozoobentos terganggu atau tidak seimbang. Hal ini diindikasikan dengan munculnya Capitella sp. yang ditengarai sebagai biota indikator tingginya bahan organik di beberapa stasiun.

Hasil pengelompokan stasiun berdasarkan distribusi jenis makrozoobentos menunjukkan bahwa pengelompokan kedalam tiga grup. Grup A yang terletak di kawasan mangrove memiliki jenis makrozoobentos dengan tipe makan shredders dan deposit feeder seperti Ampithoe sp., Apseudes sp., Ceradocus sp., dan Solen sp.. Jenis ini banyak ditemukan karena mendapatkan makanan (detritus) yang berasal dari serasah mangrove yang jatuh ke dalam perairan. Pada Grup B dan Grup C lebih banyak ditemukan jenis makrozoobentos dari kelompok Polychaeta. Grup B terletak di muara sungai dan dicirikan oleh jenis Cossura sp. dan Ophelina sp.; sedangkan jenis yang menjadi penciri pada Grup C yang terletak di laut dan pantai yaitu Magelona sp. dan Sigambra sp.. Perbedaan jumlah spesies di setiap grup menunjukkan bahwa komunitas makrozoobentos memiiki adaptasi yang spesifik terhadap kondisi lingkungan dan ekologis untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak. Tipe substrat yang berbeda juga merupakan faktor utama yang menentukan adaptasi dan distribusi bentos (Pong-Masak & Pirzan 2006). Ezekiel et al. (2011) menemukan Polychaeta dari jenis Capitella sp., Polydora sp. dan Notomastus sp. yang melimpah pada stasiun yang berlokasi dekat dengan mangrove (Rhizopora sp., Avicenia sp., Nypha frutican) dengan karakteristik substrat dasar lumpur pasir yang berbau serta mendapatkan masukan dari jamban umum secara langsung. Hal ini memperkuat fakta bahwa jenis Capitella sp. merupakan indikator pencemaran suatu perairan dengan bahan organik tinggi. Secara umum jenis makrozoobentos yang memiliki distribusi paling luas di Pantai Mayangan adalah Capitella sp. dan Prionospio sp. dari kelas Polychaeta.

Karakteristik fisika-kimia perairan Pantai Mayangan selama enam bulan pengambilan sampel di delapan lokasi penelitian yaitu dengan kisaran kedalaman antara 0,5-5,5 m, suhu antara 27-35 oC, kecerahan antara 0,20-1,21 m, salinitas

antara 22-39‰, DO antara 1,60-7,6 mg/l, pH antara 6-8,5, kisaran persentase C- organik pada Mei yaitu 0,24%-5,19% dan Oktober yaitu 0,32%-6,54%. Kisaran fisika-kimia perairan di Pantai Mayangan masih mampu menopang kehidupan makrozoobentos. Hal ini didukung oleh beberapa pustaka yang menyatakan bahwa kisaran salinitas yang masih mampu mendukung kehidupan organisme perairan, khususnya fauna makrobentos adalah 15-35‰ (Hutabarat dan Evans 1985). Nilai pH <5 dan >9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan organisme makrobentos (Hynes 1978).

Hasil uji canonical correspondence analysis (CCA) menunjukan bahwa distribusi biota dari kelas Malacostraca seperti Ampithoe sp., Apseudes sp., Ceradocus sp. dan Leptochelia sp. dengan tipe makan detritus feeder, dipengaruhi oleh persentase liat dan persentase C-organik. Peteers et al. (2004) yang menyatakan bahwa detritivor menunjukkan korelasi yang kuat dengan variabel makanan sedimen seperti bahan organik; sedangkan karnivor dan herbivor tidak menunjukan adanya hubungan. Biota tersebut ditemukan melimpah pada stasiun penelitian yang terletak dekat dengan kawasan ekosistem mangrove yaitu stasiun VI dan VII. Distribusi Bivalvia seperti Parvicardium sp. dipengaruhi oleh kedalaman dan persentase pasir karena banyak ditemukan pada stasiun penelitian yang terletak di laut yaitu pada stasiun III dan IV; distribusi Gastropoda seperti Cerithiopsis sp. dipengaruhi oleh persentase C-organik persentase liat dan debu yang hanya ditemukan pada Oktober di Stasiun VII; sedangkan keberadaan larva Insecta seperti Chironomus sp. dan Polychaeta tidak terlalu dipengaruhi oleh parameter fisika-kimia perairan karena ditemukan pada lokasi penelitian yang berbeda-beda setiap waktu penelitian; sementara jenis Polychaeta hampir menyebar di seluruh stasiun penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunitas makrozoobentos di Pantai Mayangan berada pada kondisi yang kurang stabil karena memiliki indeks keanekaragaman yang kecil, indeks keseragaman yang mendekati satu dan indeks dominansi kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa makrozoobentos mendapatkan tekanan ekologis dari masukan bahan organik yang diindikasikan ditemukannya jenis Capitella sp. dan Prionospio sp. pada beberapa stasiun penelitian yang merupakan indikator pencemaran bahan organik. Ditinjau dari struktur komunitas yang tergambarkan saat ini di Pantai Mayangan maka hanya

spesies tertentu yang mampu bertahan hidup dan memiliki keseragaman yang tinggi, sehingga secara keseluruhan tidak ada spesies yang mendominasi. Ditinjau dari variasi spasial dan temporal terdapat perbedaan kepadatan makrozoobentos, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh curah hujan yang berbeda pada setiap bulan penelitian, karakteristik habitata dan kualitas perairan, ketersediaan makanan; serta faktor predasi dan kompetisi antar jenis makrozoobentos.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu :

1. Makrozoobentos yang ditemukan selama penelitian terdiri atas 41 genera yang termasuk ke dalam 32 famili, 14 ordo dan lima kelas. Kelas yang dominan ditemukan selama penelitian adalah Malacostraca dan Polychaeta;

2. Berdasarkan analisis struktur komunitas makrozoobentos maka Pantai Mayangan ditengarai mendapatkan tekanan ekologis yang cukup tinggi khususnya dari masukan bahan organik. Capitella sp. dan Prionospio sp. (dari kelompok Polychaeta) merupakan spesies indikator pencemaran bahan organik yang tinggi ditemukan melimpah pada beberapa stasiun penelitian;

3. Karakteristik stasiun penelitian memiliki pengaruh terhadap distribusi makrozoobentos. Stasiun penelitian yang terletak di kawasan mangrove lebih banyak ditemukan dari kelompok Malacostraca seperti Ampithoe sp., Ceradocus sp., Paramoera sp., Leptochelia sp. dan Apseudes sp.; sedangkan stasiun penelitian yang terletak di laut dan muara sungai lebih banyak ditemukan jenis dari kelompok Polychaeta seperti Capitella sp., Prionospio sp, Magelona sp., Cossura sp. Sigambra sp. dan Sternaspis sp. serta larva Chironomus sp.. Kelompok Bivalvia lebih banyak ditemukan di laut seperti Parvicardium sp. dan Tellina sp;

4. Secara spasial dan temporal terdapat variasi kepadatan makrozoobentos, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi di delapan stasiun selama enam bulan penelitian.

Dokumen terkait