• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran bernomor genap 2 sampai 14) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 15 HST, persentase polong bernas , persentase polong hampa dan berat 1000 biji . Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 30 HST , 45 HST sdan berat biji perplot netto.

4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 2,4 dan 6) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 15 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 30 HST dan 45 HST.

Rata-rata tinggi tanaman kedelai pada beberapa varietas pada umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Beberapa Varietas pada Umur 15, 30, dan 45 HST

Pengaruh Varietas Tinggi Tanaman (cm)

Simbol Varietas 15 HST 30 HST 45 HST

V1 Anjasmoro 14,96 a 25,70 62,18

V2 Detam-1 16,24 b 26,49 64,21

BNJ0,05 0,75 -

-Keterangan: Angka yang diikuti oleh hurur yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ)

Tabel 7 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi pada umur 15 HST dijumpai pada varietas Detam-1(V2) yang berbeda nyata dengan varietas Anjasmoro (V1). Sedangkan umur 30 dan 45 HST tanaman tertinggi dijumpai pada varietas Detam-1 (V2) namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan varietas Anjasmoro (V1).

27

Rata-rata tinggi tanaman dari beberapa varietas pada umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 15, 30 dan 45 HST Pada Berbagai Varietas.

Varietas Detam-1 memberikan hasil yang lebih baik pada tinggi tanaman dibanding varietas Anjasmoro, hal ini diduga karena pengaruh sifat genetik tanaman yang berbeda dari masing-masing varietas dan dalam beradaptasi pada lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Simatupang (1997) menyatakan bahwa perbedaan pertumbuhan suatu varietas dipengaruhi oleh kemampuan suatu varietas beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya, meskipun secara genetis ada varietas yang memiliki potensi hasil yang baik, tetapi karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tumbuhnya dapat juga menurunkan hasil produksi.

4.2.2. Persentase Polong Bernas dan Hampa (%)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8 dan 10) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap persentase polong bernas dan

persentase polong hampa. Rata-rata persentase polong bernas dan polong hampa tanaman kedelai pada beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa Tanaman Kedelai pada Beberapa Varietas

Pengaruh Varietas Persentase Polong Bernas

Persentase Polong Hampa

Simbol Varietas % Arsin√× % Arsin√×

V1 Anjasmoro 69,11 86,55 b 20,89 13,45 a

V2 Detam-1 66,04 82,94 a 23,95 17,06 b

BNJ0,05 2,15 2,15

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5 % (uji BNJ)

Tabel 8 menujukkan bahwa persentase polong bernas tertinggi dijumpai pada varietas Anjasmoro (V1) yang berbeda nyata dengan varietas Detam-1 (V2). Sedangkan pada persetase polong hampa tertinggi dijumpai pada varietas Detam-1 (V2) namun berbeda nyata dengan varietas Anjamoro (V1) .

Rata-rata persentase polong bernas dan hampa dari beberapa varietas dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Persentase Polong Bernas Tanaman Kedelai Pada Berbagai Varietas. 86.55 82.94 81.00 82.00 83.00 84.00 85.00 86.00 87.00 Anjasmoro Detam-1 P e rs e n ta se P o lo n g B e rn a s (% ) Varietas

29

Hal ini diduga akibat respon fisiologi yang berbeda dari suatu genetis dan faktor lingkungandalam proses pembentukkan protein dan lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) menjelaskan bahwa jumlah daun yang lebih banyak dapat meningkatkan kloroplas (sebagai tempat difusi CO2 ke dalam daun) yang sangat menentukan peningkatan laju fotosintesis. Proses fotosintesa ini digunakan tanaman untuk proses pertumbuhan dan proses pada vase generatif akan dialokasikan untuk pembentukan pati (karbohidrat) pada suatu tanaman.

Gambar 5. Persentase Polong Hampa Tanaman Kedelai Pada Berbagai Varietas. Tingginya persentase polong hampa diduga karena pada tiap varietas memiliki karakter tersendiri dalam beradaptasi dengan lingkungan. Walaupun unsur hara yang tersedia pada tanah tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Agustin (1994) yang menyatakan bahwa semakin komponen pertumbuhan dan produksi setiap varietas disamping tergantung pada sifat genetik juga dipengaruhi oleh faktor interaksi lingkungan yang selalu terdapat perbedaan respon genotip

13.45 17.05 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Anjasmoro Detam-1 P e rs e n ta se P o lo n g H a m p a ( % ) Varietas

pada tempat tumbuhnya masing-masing varietas sehingga memberikan tingkat produksi yang berbeda.

Keragaman akibat faktor lingkungan dan keragaman genetik umumnya berinteraksi satu sama lain dalam mempengaruhi penampilan fenotipe tanaman. Faktor genetik tidak akan memperlihatkan sifat yang dibawanya kecuali dengan adanya faktor lingkungan yang diperlukan. Selama proses pengisian biji, pengangkutan fotosintesa dari bagian vegetatif terutama daun sangat besar (Dachlan, 2008).

4.2.3. Berat 1000 Biji Kering (g)

Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 12) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap berat 1000 biji kering.

Rata-rata berat 1000 biji kering tanaman kedelai pada beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Berat 1000 Biji Kering Tanaman Kedelai pada Beberapa Varietas.

Pengaruh Varietas Berat 1000 Biji Kering (g)

Simbol Varietas

V1 Anjasmoro 153,03 b

V2 Detam-1 134,20 a

BNJ0,05 10,56

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ)

Tabel 9 menunjukkan bahwa berat 1000 biji kering terberat dijumpai pada varietas Anjasmoro (V1), dimana varietas Anjamoro berbeda nyata dengan varietas Detam-1 (V2). Rata-rata berat biji kering dari beberapa varietas dapat dilihat pada gambar 6.

31

Gambar 6. Berat 1000 Biji Kering Tanaman Kedelai Pada Berbagai Varietas Hal ini diduga karena faktor genetis yang berbeda dan faktor lingkungan yang memiliki karakter dalam beradaptasi dari tempat tumbuhnya sehingga dapat memberikan hasil yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Adrianus (2012) mengemukakan bahwa faktor genetik tanaman merupakan salah satu penyebab perbedaan antara satu tanaman dengan tanaman lain, sehingga tiap varietas memberikan hasil yang berbeda dan juga daya serap unsur hara yang berbada pula.

Dartius (1990) menambahkan bahwa dengan semakin banyaknya bobot tanaman maka radiasi surya yang diterima akan semakin besar. Hal ini menyebabkan fotosintesa yang dihasilkan dan proses fotosintesis akan semakin banyak, fotosintesa yang dihasilkan tersebut akan berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan sangat erat hubungannya dengan produksi biji. Semakin berat bobot kering tanaman maka produksi biji yang dihasilkan pun akan semakin banyak.

4.2.4. Berat Biji Kering Per Plot Netto (g)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji perplot netto.

Rata-rata berat biji kering per plot netto tanaman kedelai pada beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Berat Biji kering Per Plot Netto Tanaman Kedelai pada Beberapa Varietas

Pengaruh Varietas

Berat Biji Kering Per Plot (g)

Simbol Varietas

V1 Anjasmoro 122,87

V2 Detam-1 109,52

Tabel 10 Menunjukkan bahwa berat biji kering per plot netto terberat dijumpai pada varietas Anjasmoro (V1) namun tidak berbeda nyata dengan varietas Detam-1 (V2).

Hal ini diduga akibat perbedaan faktor genetik antara satu varietas dengan varietas lainnya. Dachlan (2008) menjelaskan bahwa diakibatkan oleh adanya variasi genetik yang berbeda sehingga gen-gen yang beragam dari masing-masing varietas divisualisasikan dalam karakter-karakter yang beragam. Faktor genetik tidak akan memperlihatkan sifat yang dibawanya kecuali dengan adanya faktor lingkungan yang baik dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.

4.3. Interaksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapatnya interaksi yang nyata antara pupuk kandang dan bebrapa varietas terhadap semua pengamatan yang diteliti. Hal ini berarti perbedaan sifat tanaman kedelai akibat berbedanya dosis pupuk kandang yang diberikan.

33

Dokumen terkait