Berdasarkan data koperasi diatas, dengan melihat beberapa fakta yang ada sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian
Didalam Undang-Undang Perkoperasian tidak
mengatur secara eksplisit mengenai gaji dan imbalan bagi pengurus dan pengawas. Sehingga
secara penafsiran dapat dikatakan boleh
memberikan gaji dan imbalan dan bisa juga tidak memberikan imbalan. Tetapi sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang
Perkoperasian yang ada;
Jika dikaitkan dengan dalil pemohon Pasal 37 dan
88
pemohon tidak setuju dengan pemberian gaji pengurus dan imbalan pengawas;
b. Meskipun koperasi berdasarkan asas kekeluaragaan tetapi
dalam perkembangannya koperasi saat ini menjadi koperasi yang modern, dimana koperasi mampu bersaing dengan pelaku ekonomi yang lain.
Pengurus dengan curahan pemikiran untuk
mengelola koperasi dan pengawas yang melakukan korektif terhadap pelaksanaan koperasi yang dituntut untuk profesional untuk perkembangan koperasi. sehingga dengan itu pengurus dan pengawas diberi haknya yaitu berupa gaji dan imbalan;
Dari data penulis koperasi memberikan gaji dan
imbalan kepada pengurus dan pengawasnya. Meskipun pemberian gaji dan imbalan dengan bentuk yang berbeda karena didasarkan dari kemampuan masing-masing koperasi. Bahwa dasar mereka memberikan gaji dan imbalan bagi pengurus dan pengawasnya didasarkan pada pengaturan pada koperasi (RAT).
Jika dilihat dari penjabaran diatas maka pengaturan mengenai pemberian gaji dan imbalan pada pengurus dan pengawas
89
koperasi merupakan salah satu aturan main yang ada pada suatu koperasi. mengikat pengurus dan pengawas harus mengelola dan melakukan pengawasan secara profesional untuk kemajuan koperasi. Karena Undang-Undang Perkoperasian hanya mengatur secara abstrak maka sebetulnya koperasi mempunyai hak untuk mengatur koperasinya sendiri. Tetapi harus sesuai dengan prinsip hukum yang ada. Tetapi melihat koperasi yang semakin berkembang mengikuti perkembangan jaman. Menjadikan koperasi modern yang sebetulnya membutuhkan pengaturan yang lebih bisa mencakup segala hal yang ada pada koperasi.
Pengurus dan pengawas koperasi secara hukum merupakan himpunan manusia yang bertindak atas nama badan hukum yaitu koperasi yang terdaftar. Kedudukan hukum pengurus dan pengawas koperasi adalah sebagai seseorang wakil yang bertindak atas nama prinsipal badan hukum yaitu koperasi. Kekuasaan seorang wakil untuk bertindak atas nama prinsipal. Koperasi merupakan badan hukum, dimana badan hukum hanya dapat melakukan perbuatan melalui perantara organ atau seseorang yang duduk sebagai pengurus. Orang atau orang-orang yang menjadi pengurus dan pengawas koperasi bekerja tidak untuk dirinya sendiri melainkan untuk dan atas nama badan hukum yaitu koperasi.
Hubungan hukum antara pengurus dan pengawas merupakan hubungan kepercayaan (fiduciary duties) dan pemberian amanat (legal mandatory) tidak ada atasan dan bawahan. Sehingga
90
tanggungjawab dalam pengelolaan semua ada pada pengurus dan pengawas koperasi. Dalam hal tanggung jawab yang diberikan oleh koperasi kepada pengurus dan pengawas merupakan hubungan kontraktual antara principals dengan agent. Pengurus dan pengawas koperasi memiliki tanggung jawab penuh dan dituntut untuk profesional dalam pengelolaan koperasi. Sehingga wajar bila pengurus mendapatkan gaji dan imbalan untuk pengawas dari apa yang telah dia lakukan untuk kemajuan koperasi. berdasarkan syarat-syarat dewasa ini, tampaknya sangat esensil bahwa seperti dalam hukum perusahaan modern, status hukum dari pada pengurus, kewajiban dan tanggung jawab pejabat koperasi seharusnya ditetapkan dalam Undang-Undang
koperasi.32
Pengaturan keseluruhan mengenai koperasi memang diatur pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Tetapi dalam Undang-Undang Perkoperasian tersebut pengaturan secara khusus mengenai gaji dan imbalan untuk pengurus dan pengawas koperasi memang belum tercantum secara spesifik dalam Pasal, ini merupakan salah satu kekosongan hukum mengenai pemberian gaji dan imbalan. Sehingga ini membuat kerancuan bagi koperasi mengenai bagaimana penerapan pemberian gaji dan imbalan yang dilakukan untuk pengurus dan pengawasnya. Berdasarkan penelitian, setiap koperasi menentukan gaji dan imbalan berdasarkan dari keputusan RAT, sehingga setiap koperasi menerapkan gaji dan
32
91
imbalan berbeda-beda berdasarkan dari kemampuan koperasi itu sendiri. Padahal pengurus dan pengawas dituntut untuk bekerja secara profesional dan diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola koperasi.
Pada hukum responsif, menyebutkan bahwa sifat responsif diartikan sebagai melayani kebutuhan masyarakat. Sifat responsif dapat diartikan sebagai melayani kebutuhan dan kepentingan oleh masyarakat. Nonet dan Selznick lewat hukum responsif, menempatkan hukum dalam sarana respons dalam ketentuan-ketentuan masyarakat. Sesuai dengan sifatnya yang terbuka, maka tipe hukum ini mengedepankan akomodasi untuk menerima perubahan-perubahan sosial demi mencapai keadilan. Hukum responsif merupakan teori tentang profil hukum yang dibutuhkan dalam perubahan masyarakat. Maka hukum responsif dituntut harus terbuka dan harus mengandalkan keutamaan tujuan sosial yang dicapainya. Dapat dikatakan bahwa
hukum hendaknya mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.
Mengutip dari Satjipto Rahardjo, hukum adalah sebuah tataran yang dapat dibagi ke dalam tiga hal, yaitu :
a. tataran transedental,
b. tataran sosial,
92
Sifat pergerakan itu merupakan suatu yang tidak dapat dihilangkan
tetapi sebagai sesuatu yang eksis dan prinsipal.33 Berkembangnya
pemikiran hukum sebagai alternatif pencarian hukum yang ideal. Hukum bisa berfungsi untuk mengendalikan masyarakat dan bisa juga menjadi sarana untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Antara hukum dengan lingkungan terdapat hubungan yang erat, yaitu hubungan interaksi atau tukar menukar antara
keduanya. Dimana ada masyarakat disitu ada hukum ( ubi societas ibi
ius).
Hal ini berarti bahwa, disamping hukum merupakan suatu insitusi yang memberikan pengaruh pada lingkungan ia juga menerima pengaruh serta dampak dari masyarakat. Pernyataan
pokoknya adalah “bagaimana hukum melakukan adaptasi terhadap
perubahan ?”. Hukum tertulis mempunyai kesulitan untuk melakukan
adaptasi yang cukup cepat terhadap perubahan di sekelilingnya atau dengan kata lain, hukum tertulis mudah menciptakan kesenjangan antara peraturan hukum dengan yang diaturnya.
Hukum bukanlah sekedar logika semata, lebih daripada itu hukum merupakan ilmu yang sebenarnya yang harus selalu dimaknai sehingga selalu up to date. Satjipto Rahardjo lebih melihat hukum sebagai objek ilmu daripada profesi, dengan selalu berusaha untuk memahami atau melihat kaitannya hal-hal di belakang hukum.
33
93
Keinginan untuk melihat logika sosial dari hukum lebih besar
daripada logika hukum atau perundang-undangan.34
Dapat dikatakan bahwa perkembangan koperasi di era modern ini membutuhkan pengaturan hukum, yang salah satunya mengenai pemberian gaji dan imbalan bagi pengurus dan pengawas koperasi. Aturan hukum yang berlaku saat ini belum secara spesifik mengatur mengenai pemberian gaji dan imbalan. Meskipun dalam Undang-Undang Perkoperasian dapat dikatakan boleh memberikan gaji dan imbalan dan dijabarkan dalam pengaturan RAT. Dengan kata lain bahwa organisasi tersebut mempunyai hak untuk mengaturnya sendiri dalam pengaturan tiap organisasi koperasi. Ini merupakan hukum yang diperoleh dalam koperasi dapat merespon kebutuhan yang ada. Sebetulnya RAT merupakan hukum yang mengatur dan menyelesaikan dalam organisasi koperasi.
Tetapi meskipun hukum tidak hanya Undang-Undang yang dibuat oleh legislatif, pengaturan hukum mengenai pemberian gaji dan imbalan bagi pengurus dan pengwas Koperasi haruslah mengikuti perkembangan Koperasi saat ini. Undang-Undang Perkoperasian harus bisa merespon perkembangan dan kebutuhan di masyarakat yang maju. Tuntutan untuk pengurus dan pengawas koperasi untuk menjalankan atau mengelola koperasi serta tanggung jawab yang mengharuskannya untuk profesional. Maka pengaturan gaji pengurus dan imbalan
34
94
pengawas haruslah ada dan diselaraskan pada Koperasi yang ada di Indonesia.
Melihat pada hukum responsif dimana hukum harus selalu mengikuti atau dapat menjawab kebutuhan yang ada pada masyarakat. Dengan kata lain Undang-Undang Perkoperasian harus up to date dalam hal pemberian imbalan pagi pengurus dan pengawas koperasi. Dengan pengaturan pemberian gaji dan imbalan tertera pada peraturan perundang-undanagan maka membuat keseimbangan diantara koperasi yang ada di Indonesia. Maka akan terwujudnya keadilan dengan adanya pengaturan yang pasti mengenai gaji pengurus dan imbalan pengawas koperasi. Hukum harus melihat kedepan, melihat bagaimana perkembangan koperasi saat ini yang mampu bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya yang pengurus dan pengawas dituntut untuk mengelola koperasi secara profesional dan juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalankan koperasi.