• Tidak ada hasil yang ditemukan

merupakan hal yang penting. Penegakan hukum atau istilahnya "Law Enforcement” merupakan serangkaian upaya, proses, dan aktivitas untuk menjadikan hukum berlaku sebagaimana mestinya. Menurut Satjipto Rahardjo, memberikan pengertian penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Keinginan-keinginan-keinginan hukum dalam hal ini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan.101

Undang Kekuasaan Kehakiman maupun Undang-Undang Mahkamah Agung mengatur syarat pembentukan pengadilan khusus bahwa landasan hukumnya haruslah

101

Satjipto Rahardjo, 1984, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Bandung: Sinar Baru, hal.24

122

Undang. Hal ini tertuang pada Pasal 27 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu :

(1) Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.

(2) Ketentuan mengenai pembentukan pengadilan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam undang-undang.

Pada Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum, juga menegaskan prosedur pembentukan pengadilan khusus dengan Undang-Undang, bahwa di lingkungan peradilan umum dapat dibentuk pengadilan khusus yang diatur dengan undang-undang.

Berikut Pengadilan Khusus yang ada di Indonesia : a. Pengadilan Pidana Anak 102

Pengadilan Pidana Anak diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dapat dikatakan bahwa Pengadilan Pidana Anak adalah pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan Peradilan Umum. Istilah peradilan pidana anak merupakan terjemahan dari istilah The Juvenile Justice System, yaitu suatu istilah yang digunakan dalam sejumlah institusi yang tergabung dalam pengadilan, yang meliputi polisi, jaksa penuntut umum

102

123

dan penasehat hukum, lembaga pengawasan, pusat-pusat penahanan anak, dan fasilitas pembinaan anak.103

Pembentukan Pengadilan Pidana Anak harus tetap memperhatikan masa depan dari anak tersebut, sebab anak dalam pengadilan ini merupakan subyek tindak pidana. Para penegak hukum dan juga pengadilan harus menempatkan kedudukan anak yang bermasalah tersebut pada kedudukan khusus, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak, khususnya pada faktor psikologis, faktor biologis dan faktor sosial anak. Pengadilan anak diselenggarakan dengan tujuan untuk mendidik kembali dan memperbaiki sikap dan perilaku anak, sehingga ia dapat meninggalkan perilaku buruknya yang selama ini telah dilakukannya. Perlindungan anak yang diusahakan dengan memberikan bimbingan dan pendidikan dalam rangka rehabilitas dan resosialisasi, menjadi landasan peradilan pidana anak.104

Berdasarkan Konvensi Hak Anak yang kemudian diadopsi dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, ada empat prinsip umum perlindungan anak

103

Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Yogyakarta: Genta Publishing, hal. 35

104

Maidin Gultom, 2013, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, Bandung: Refika Aditama, hal. 2

124

yang menjadi dasar bagi setiap negara dalam

menyelenggarakan perlindungan anak:105 1) Prinsip Non-diskriminasi

Semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini ada dalam Pasal 2 ayat (1)

Konvensi Hak Anak, bahwa negara-negara pihak

menghormati dan menjamin hak-hak yang ditetapkan dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada di wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan-pandangan lain, asal usul kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri atau dari orang tua walinya yang sah.

2) Prinsip Kepentingan Terbaik bagi Anak

Prinsip kepentingan terbaik bagi anak, tercantum dalam Pasal 3 ayat (1) Konvensi Hak Anak, bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah maupun swasta, lembaga peradilan, lembaga pemerintah atau badan legislatif, maka kepentingan terbaik bagi anak harus

105

125

menjadi pertimbangan utama. Prinsip kepentingan terbaik

bagi anak berisi penegasan kepada semua

penyelenggaraan perlindungan anak bahwa pertimbangan dalam pengambilan keputusan menyangkut masa depan anak, bukan dengan ukuran orang dewasa, apalagi berpusat kepada kepentingan orang dewasa.

3) Prinsip Hak Hidup, Kelangsungan Hidup dan

Perkembangan

Prinsip hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan tercantum dalam Konvensi Hak Anak, Pasal 6 ayat (1), bahwa negara-negara pihak mengakui bahwa setiap anak memiliki hak yang melekat atas kehidupan. Dalam Konvensi Hak Anak ayat (2), bahwa negara-negara pihak akan menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak.

4) Prinsip Penghargaan terhadap Pendapat Anak

Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak tercantum dalam Pasal 12 ayat (1) Konvensi Hak Anak, bahwa negara-negara pihak akan menjamin anak-anak yang

mempunyai pandangan sendiri memperoleh hak

menyatakan pandangan-pandangan secara bebas dalam semua hal yang memengaruhi anak, dan pandangan

126

tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan kematangan anak.

Pembentukan undang-undang yang baik, harus

disertakan dasar-dasar filosofis, yuridis, dan sosiologis 1) Dasar Filosofis

Filosofis adalah pandangan hidup bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, sehingga untuk menjaga harkat dan martabatnya seorang anak berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus, terutama perlindungan hukum dalam sistem peradilan anak.

2) Dasar Sosiologis

Perwujudan pelaksanaan lembaga peradilan pidana anak dapat menguntungkan atau merugikan mental, fisik dan sosial anak. Faktor penyebab adalah keadaan sosial ekonomi yang kurang kondusif, pengaruh globalisasi dalam bidang komunikasi dan informasi, hiburan, perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan gaya hidup.faktor intern dari keluarga seperti kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang serta pengawasan dari orang tua, wali atau orang

127

tua asuh terhadap anak, sehingga anak mudah terpengaruh oleh pergaulan yang negatif di lingkungan masyarakat.

3) Dasar Yuridis

Pasal 28 ayat (2) UUD 1945,Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum . Prinsip perlindungan hukum terhadap anak harus sesuai dengan konvensi hak-hak anak, sebagaimana telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang pengesahan Convention on The Right of Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak),

Hakim yang mengadili pengadilan anak adalah Hakim yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi. Hakim yang memeriksa dan mengadili dalam perkara anak adalah Hakim Tunggal, tetapi Ketua Pengadilan Negeri dalam hal tertentu dapat menunjuk Hakim Majelis jika ancaman pidana atas tindak pidana yang

128

dilakukan anak yang bersangkutan lebih dari lima tahun dan sulit pembuktiannya.

b. Pengadilan Niaga106

Pengadilan Niaga merupakan lembaga peradilan yang berada di bawah lingkungan Peradilan Umum yang mempunyai kewenangan absolut untuk Memeriksa dan memutuskan permohonan pernyataan pailit, Memeriksa dan memutus permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan

Memeriksa perkara lain di bidang perniagaan yang

penetapannya ditetapkan dengan undang-undang, misalnya sengketa di bidang HaKI.

1) Dasar Filosofis

Memelihara kesinambungan pembangunan nasional dalam

rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, kehidupan perekonomian nasional perlu diusahakan tetap dapat berkembang dengan wajar.

2) Dasar Sosiologis

Akibat krisis moneter yang terjadi di Indonesia telah

memberi pengaruh tidak menguntungkan terhadap

perekonomian nasional, sehingga menimbulkan kesulitan

106 Lihat Perpu No. 1 Tahun 1998 kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 (LNRI 1999 No. 135 dan TLN No. 3778).

129

besar terhadap dunia usaha, penyelesaian utang piutang di kalangan dunia usaha, sebagai upaya pemulihan kegiatan usaha pada khususnya dan perkembangan perekonomian nasional pada umumnya. Menciptakan kepastian hukum bagi kepentingan dunia usaha dalam mengatasi persoalan yang mendesak, yaitu penyelesaian utang piutang secara adil, cepat, terbuka, dan efektif.

3) Dasar Yuridis

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 . Menciptakan kepastian hukum bagi kepentingan dunia usaha dalam mengatasi persoalan yang mendesak, yaitu penyelesaian utang piutang secara adil, cepat, terbuka, dan efektif, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Tentang Kepailitan.Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang Kepailitan, Undang-undang tentang Kepaititan (Faillissements-Verordening, Staatsblad 1905 Nomor 217 juncto Staatsblad 1906 Nomor 3481).

130

Pemeriksaan perkara di Pengadilan Niaga dilakukan oleh hakim tetap, yaitu para hakim yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung untuk menjadi hakim Pengadilan Niaga. Majelis hakim untuk pengadilan niaga terdiri hakim karier dan hakim ad hoc. Salah satu syarat menjadi hakim di pengadilan niaga, baik itu hakim karie maupun hakim ad hoc adalah lulus program pelatihan khusus sebagai hakim pada Pengadilan Niaga sesuai dengan ketentuan pada Pasal 283 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Pengadilan Niaga. Sistem beracara di Pengadilan Niaga yang tidak mengenal banding.

c. Pengadilan HAM 107

Pengadilan HAM ini merupakan jenis pengadilan yang khusus untuk mengadili kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan genosida adalah setiap

perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk

menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :108

1) Membunuh anggota kelompok.

2) Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok.

107

Lihat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 (LNRI 2000 No.208, TLN No. 4026).

108

131

3) Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.

4) Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok.

5) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:109

1) Pembunuhan 2) Pemusnahan 3) perbudakan

4) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa 5) Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan

fisik lain secara sewenang - wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional

6) Penyiksaan

7) Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara

8) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional

9) Penghilangan orang secara paksa 10) Kejahatan apartheid.

109

132

Pengaturan yang sifatnya khusus ini didasarkan atas karakteristik kejahatan yang sifatnya extraordinary sehingga memerlukan pengaturan dan mekanisme yang seharusnya juga sifatnya khusus. Harapan atas adanya pengaturan yang sifatnya khusus ini adalah dapat berjalannya proses peradilan terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM yang berat secara kompeten dan fair. Efek yang lebih jauh adalah putusnya rantai impunity atas pelaku pelanggaran HAM yang berat dan bagi korban, adanya pengadilan HAM akan mengupayakan adanya keadilan bagi mereka. Majelis hakim untuk pengadilan HAM terdiri dari dua hakim karier dan tiga hakim ad hoc.

1) Dasar Filosofis

Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapa pun.

2) Dasar Sosiologis

Menjamin pelaksanaan hak asasi manusia serta memberi perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan aman kepada perorangan ataupun masyarakat, perlu segera dibentuk suatu Pengadilan Hak Asasi Manusia untuk menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia yang berat,

133

telah diupayakan oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dinilai tidak memadai.

3) Dasar Yuridis

Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) UUD 1945, Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia untuk menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia yang berat telah diupayakan oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dinilai tidak memadai, sehingga tidak disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menjadi undang-undang, dan oleh karena itu Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tersebut perlu dicabut. Undang-Undang-undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua Atas Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Urgensi pemerintah membuat UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM sebagai dasar hukum penuntutan pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM berat kategori

134

kejahatan terhadap kemanusiaan di Indonesia, antara lain adalah :

1) Perlindungan hukum atas pelanggaran HAM berat

2) Memutus mata rantai praktik impunity atas pelanggaran HAM berat

3) Menjawab persoalan atas pelanggaran HAM berat kategori kejahatan terhadap kemanusiaan yang bersifat

recurrent maupun yang muncul sebagai burning issues

yang dihadapi Indonesia

4) Sebagai upaya untuk mengisi kekosongan peraturan hukum.

d. Pengadilan TIPIKOR110

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (disingkat Pengadilan Tipikor) adalah Pengadilan Khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan satu-satunya pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana korupsi, Tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya adalah tindak pidana korupsi, dan Tindak pidana yang secara tegas dalam undang-undang lain ditentukan sebagai tindak pidana korupsi.

1) Dasar Filosofis

Mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera

berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945,

110 Lihat Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (LNRI 2000 no. 137, TLN No. 4250).

135

pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu pemberantasan tindak pidana korupsi perlu

ditingkatkan secara profesional, intensif, dan

berkesinambungan karena korupsi telah merugikan keuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunan nasional.

2) Dasar Sosiologis

Lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi.

3) Dasar Yuridis

Berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, perlu dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang independen dengan tugas dan wewenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

136 e. Pengadilan Hubungan Industrial111

Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan peradilan umum yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial. bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus mengenai perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan mengenai perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Majelis hakim untuk Pengadilan Hubungan Industrial terdiri dari satu Hakim sebagai Ketua Majelis dua Hakim ad hoc. Pasal 86 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial menjelaskan bahwa dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan diikuti dengan perselisihan pemutusan hubungan kerja, maka Pengadilan Hubungan Industrial wajib memutus terlebih dahulu perkara perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan.

1) Dasar Filosofis

Hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan perlu diwujudkan secara optimal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

111 Lihat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (LNRI 2004 No. 6, TLN No. 4356)

137

2) Dasar Sosiologis

Dalam era industrialisasi, masalah perselisihan hubungan industrial menjadi semakin meningkat dan kompleks, sehingga diperlukan institusi dan mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang cepat, tepat, adil, dan murah.

3) Dasar Yuridis

Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 28 D ayat (1) dan ayat (2) UUD Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan–

ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

138

Pekerja/Serikat Buruh dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

f. Pengadilan Perikanan112

Pengadilan khusus perikanan dibentuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di perairan indonesia seperti perlindungan biota laut, pencurian ikan ilegal yang sangat merugikan negara.

1) Dasar Filosofis

Perairan yang berada di bawah kedaulatan dan yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia serta laut lepas berdasarkan ketentuan internasional, mengandung sumber daya ikan dan lahan pembudidayaan ikan yang potensial, merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa yang diamanahkan pada Bangsa Indonesia yang memiliki Falsafah Hidup Pancasila dan UUD

1945, untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. 2) Dasar Sosiologis

Sebagai bentuk pelaksanaan pembangunan nasional berdasarkan Wawasan Nusantara, pengelolaan sumber daya ikan perlu dilakukan sebaik-baiknya berdasarkan keadilan dan pemerataan dalam pemanfaatannya dengan

112 Lihat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (LNRI 2004 No. 11, TLN No. 4433).

139

mengutamakan perluasan kesempatan kerja dan

peningkatan taraf hidup bagi nelayan, pembudidayaan ikan, dan/atau pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan, serta terbinanya kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya.

3) Dasar Yuridis

Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 33 UUD Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan yang berlaku hingga sekarang belum menampung semua aspek pengelolaan sumber daya ikan dan kurang mampu mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum serta perkembangan teknologi dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, dan oleh karena itu perlu diganti.

g. Peradilan syari’at Islam (Mahkamah Syar’iyah)

Peradilan syari’at Islam merupakan pengadilan yang ada di Aceh dan merupakan bagian dari sistem peradilan nasional dalam lingkungan peradilan agama yang dilakukan oleh Mahkamah Syar’iyah. Peradilan ini diatur pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Mahkamah Syar’iyah merupakan pengadilan bagi setiap orang yang beragama Islam dan berada di Aceh. Mahkamah Syar’iyah berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan

140

perkara yang meliputi bidang ahwal al-syakhsiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata), dan jinayah (hukum pidana) yang didasarkan atas syari’at Islam.Mahkamah Syar’iyah terdiri atas Mahkamah Syar’iyah kabupaten/kota sebagai pengadilan tingkat pertama dan Mahkamah Syar’iyah Aceh sebagai pengadilan tingkat banding. Hakim Mahkamah Syar’iyah diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung. Dalam hal adanya perkara tertentu yang memerlukan keahlian khusus, Ketua Mahkamah Agung dapat mengusulkan pengangkatan hakim ad hoc pada Mahkamah Syar’iyah kepada Presiden

Hukum acara yang berlaku pada Mahkamah Syar’iyah adalah hukum acara yang diatur dalam Qanun Aceh. Qanun Aceh adalah peraturan perundang-undangan sejenis peraturan daerah provinsi yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat Aceh. Pasal 131 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh menjelaskan bahwa Mahkamah Syar’iyah Aceh dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah Agung untuk perkara yang menyangkut nikah, talak, cerai, dan rujuk diselesaikan oleh Mahkamah Agung dan juga dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.

141

1) Dasar Filosofis

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa. Aceh merupakan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa terkait dengan salah satu karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang tinggi.

2) Dasar Sosiologis

Masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang tinggi bersumber dari pandangan hidup yang berlandaskan syari’at Islam yang melahirkan budaya Islam yang kuat, sehingga Aceh menjadi daerah modal bagi

perjuangan dalam merebut dan mempertahankan

kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu juga Bencana alam gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh telah menumbuhkan solidaritas seluruh potensi bangsa Indonesia untuk membangun

kembali masyarakat dan wilayah Aceh serta

menyelesaikan konflik secara damai, menyeluruh, berkelanjutan, dan bermartabat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

142

3) Dasar Yuridis

Syari’at Islam di bidang hukum memuat norma hukum yang mengatur kehidupan bermasyarakat/bernegara dan norma hukum yang mengatur moral atau kepentingan individu yang harus ditaati oleh setiap orang. Dasar hukum adalah kepres No. 11 Tahun 2003, adalah perubahan nama pengadilan agama menjadi Mahkamah Syar’iyah dan Pengadilan Tinggi Agama menjadi Mahkamah Syar’iyah Provinsi dengan penambahan kewenangan yang akan dilaksanakan secara lengkap

Tabel 3.6 Dasar Hukum dan Majelis Hakim Pengadilan Khusus

No Pengadilan Khusus Dasar Hukum Kewenangan

1. Pengadilan Anak UU No. 11 Tahun 2012 Perkara pidana dalam hal

perkara anak nakal