• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada zaman dahulu perkembangan korporasi berupa pembentukan kelompok yang terjadi seperti dalam masyarakat Asia Kecil, Yunani, dan masyarakat Romawi. Dalam perkembangannya, kelompok-kelompok tersebut di Romawi membentuk suatu organisasi yang dalam banyak hal mirip fungsinya dengan korporasi seperti yang sudah kita kenal sekarang. Bergerak di bidang penyelenggaraan kepentingan umum, keagamaan, militer, dan perdagangan. Organisasi ini memiliki kekayaan yang terpisah dari anggotanya. Pada masa ini mulai dikenal perbedaan kedudukan individu yang terlepas dari organisasi.55

Pada abad pertengahan yang ditandai dengan mulai menurunnya kekuasaan Romawi, di mana masa depan perdagangan pun mulai suram karena pada masa itu tidak mungkin melakukan suatu usaha / perdagangan tanpa didukung oleh perlindungan militer dan tertib sosial. Sehingga pada masa itu di Eropa perkembangan korporasi lebih ditandai dengan adanya Dewan Gereja yang dipengaruhi oleh hukum Romawi. Gereja ini memiliki kekayaan yang terpisah

55

Muladi, Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, (Jakarta : Prenada Media Group, 2010), hlm.34.

dengan kekayaan para anggotanya dan berbeda dengan subjek hukum manusia. Gereja sebagai suatu korporasi pertama kali diperkenalkan oleh Paus Innocent IV (1243-1254). Gereja sebagai suatu korporasi memberikan suatu sumbangan yang sangat besar terhadap the concept of corporate personality, yaitu dalam bentuk kota praja yang dapat menyelenggarakan pemerintahan secara umum. Pada abad ini (abad XIV) mulai dikenal apa yang disebut quasi corporate character dengan adanya bentuk kota praja. 56

Pada abad ke XIII dan XIV, pada kota-kota bagian utara Italia telah terdapat apa yang menjadi cikal bakal kemunculan korporasi, di mana pada kota-kota tersebut sudah terdapat dua bentuk kontrak kerja sama yang agak berbeda dengan Hukum Romawi Lama yang dikenal dengan istilah societas, yaitu disebut

Commanditaire Venootschap dan Venootschap onder Firma yang di Indonesia dikenal sebagai CV dan Firma yang merupakan salah satu bentuk korporasi.57

Harold F. Lusk et al. dalam bukunya yang berjudul Business Law, sehubungan dengan sejarah perkembangan korporasi sebagai subjek hukum, menyatakan:58

“The general idea is very old that a corporation is a fictious legal person distinct from the actual persons who compose it. The romans recognized the corporation, and in England the corporate form was used extensively even before A.D. 1600, although most early characters were granted to municipalities or to ecclesiastical, educational, or charitable bodies.”

Pernyataan Harold F. Lusk itu apabila diterjemahkan maka kira-kira adalah sebagai berikut :

56Ibid., hlm. 35 57Ibid., hlm. 38. 58

“Gagasan umum yang sangat tua memahami bahwa korporasi adalah suatu badan hukum fiktif yang berbeda dari individu-individu yang sebenarnya membentuk korporasi tersebut. Orang Romawi telah mengenal korporasi, dan di Inggris korporasi telah sering digunakan secara luas bahkan sebelum 1600 SM, walaupun bentuk yang paling awal berkenaan dengan kota atau gerejawian, badan pendidikan, dan atau badan amal.”

Perkembangan korporasi pada permulaan zaman modern dipengaruhi oleh bisnis perdagangan yang sifatnya semakin kompleks. Misalnya, Inggris sejak abad XIV sudah menjadi pusat perdagangan wol dan tekstil yang diekspor ke daratan Eropa. Kemudian pada tahun 1599 dibentuk The English East India Company yang diresmikan oleh Ratu Elizabeth I pada tahun 1600. Sebelumnya, perkembangan korporasi ditandai dengan didirikannya beberapa usaha dagang di beberapa Negara seperti The Muscovy Company pada tahun 1555 yang merupakan wadah usaha dagang bangsa Rusia. Pada tahun 1581 dibentuk The Turkey or Levant Company sebagai usaha dagang bangsa Turki. Pembentukan beberapa usaha dagang / perusahaan ini merupakan cikal bakal korporasi pada zaman sekarang ini.59

Pada zaman Raja James I (1566-1625) di Inggris mulai dikenal korporasi sebagai subjek hukum (legal person), yang berbeda dengan manusia. Akan tetapi, bentuk korporasi tersebut merupakan awal dari bentuk korporasi yang bersifat modern di Inggris yang dikenal dengan nama Hudson’s Bay Company yang diresmikan oleh Raja Inggris pada tahun 1670, yang beroperasi di Kanada, dan

yang mempunyai hak monopoli di bidang perdagangan sebagai salah satu sumber dana dari pemerintah kolonial Inggris.60

Dengan adanya perkembangan akibat Revolusi Industri di Inggris, maka perkembangan di bidang teknologi industri pemintalan benang dan revolusi di bidang tenaga dengan ditemukannya mesin uap, memerlukan suatu modal yang besar dengan dengan organisasi yang mapan serta perangkat hukum untuk mengontrolnya, maka pada tahun 1855 mulai dikenal adanya pembatasan terhadap pertanggungjawaban korporasi. Pada tahun 1862, korporasi memakai nama untuk asosiasinya dan di belakang nama tersebut sebagai tanda adanya pembatasan terhadap pertanggungjawaban korporasi dicantumkan kata ”limited”.61

Di Amerika tahun 1795, tepatnya di North Carolina, didirikan korporasi yang pendiriannya didasarkan kepada prinsip hukum yang berlaku pada saat itu. Korporasi tersebut bergerak di bidang penyelenggaraan kepentingan umum. Kemudian, pada tahun 1799 di Massachusetts dibentuklah korporasi di bidang penyediaan air bersih dan pada tahun 1811, New York menjadi negara bagian yang pertama kali memperkenalkan korporasi yang bersifat umum yang bergerak di bidang manufaktur.62

Kemudian, Perancis pada tahun 1807 memasukkan korporasi dalam kodifikasi Code de Commerce.63

60

Ibid.

Hal tersebut tidak terlepas dari hukum Hukum

61Ibid., hlm. 37 62

M. Natsir Said, Hukum Perusahaan di Indonesia (Perorangan), (Bandung : Alumni, 1987), hlm. 3.

63

Romawi yang dikenal dengan Corpus Iuris Civilis. Corpus Iuris Civilis

peninggalan Romawi tersebut terdiri dari 4 buku:64

1. Institusional (lembaga). Buku I ini memuat tentang lembaga-lembaga yang ada pada masa kekaisaran Romawi, termasuk di dalamnya Consules Mercatorum (pengadilan untuk kaum pedagang).

2. Pandecta. Buku II ini memuat asas-asas dan adagium hukum, seperti “asas facta sun servanda (berjanji harus ditepati); asas partai otonom (kebebasan berkontrak); unus testis nullus testis

(satu saksi bukanlah saksi), dan lain-lain.

3. Codex. Memuat uraian pasal demi pasal yang tidak memisahkan antara hukum perdata dan hukum dagang.

4. Novelete. Berisi karangan atau cerita.

Di Eropa sendiri, perkembangan pesat hukum dagang yang erat kaitannya dengan korporasi, sebenarnya telah dimulai sejak abad pertengahan kira-kira dari tahun 1000 sampai tahun 1500. Asal mula perkembangan hukum ini dapat dihubungkan dengan tumbuh dan berkembangnya kota-kota dagang di Eropa Barat. Pada zaman itu, di Italia dan Perancis Selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan seperti Genoa, Florence, Venesia, Marseille, Barcelona, dan lain-lain.65

64

Mulhadi, Hukum Perusahaan : Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 11

65

Hukum Romawi (Corpus Iuris Civilis) ternyata tidak dapat menyelesaikan seluruh perkara-perkara yang timbul di bidang perdagangan. Oleh karena itu, di kota-kota Eropa Barat disusun peraturan-peraturan hukum baru yang berdiri sendiri, di samping Hukum Romawi yang berlaku.66

Hukum yang berlaku dan berdiri sendiri ini berlaku hanya bagi pedagang dan hubungan-hubungan perdagangan, sehingga lebih populer disebut “Hukum Pedagang” (Koopmansrecht). Kemudian, pada abad ke-16 dan ke-17 sebagian besar kota di Prancis mulai menyelenggarakan pengadilan-pengadilan istimewa, khusus menyelesaikan perkara-perkara di bidang perdagangan (pengadilan pedagang).67

Hukum pedagang ini awalnya belum merupakan unifikasi (berlakunya satu sistem hukum untuk seluruh daerah), karena berlakunya masih bersifat kedaerahan. Tiap-tiap daerah mempunyai hukum pedagang sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu sama lainnya. 68

Kemudian, disebabkan pesatnya perkembangan dalam dunia perdagangan dan eratnya hubungan antar daerah, ditambah dengan banyaknya konflik-konflik dagang yang menemui jalan buntu di masa itu, telah mendorong keinginan untuk membentuk satu kesatuan hukum (unifikasi) di bidang perdagangan yang berlaku untuk seluruh daerah.69

Pada abad ke-17 di Prancis, masa pemerintahan Raja Louis XIV, Menteri Keuangan Prancis pada saat itu yang bernama Colbert membuat suatu peraturan

66

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), hlm. 307.

67Ibid.

68Ibid.

69

yaitu Ordonance du Commerce. Peraturan ini mengatur hukum pedagang itu sebagai hukum untuk golongan tertentu yakni kaum pedagang. Ordonance du Commerce ini dalam tahun 1681 disusul dengan suatu peraturan lain yakni

Ordonnance de la Marine, yang mengatur hukum perdagangan laut untuk para pedagang di kota pelabuhan.70

Pada tahun 1807, di Prancis selain adanya Code Civil des Francais yang merupakan hukum perdata Prancis, telah dibuat juga suatu kitab undang-undang hukum dagang tersendiri yaitu Code de Commerce yang merupakan kodifikasi dari hukum dagang yang dipisahkan dari hukum perdata yang dikodifikasikan dalam Code Civil.71

Code de Commerce memuat peraturan-peraturan yang timbul dalam kegiatan perdagangan semenjak abad pertengahan. Dasar dari penyusunan Code de Commerce ini antara lain adalah : Ordonannace du Commerce (1673) dan

Ordonnance de la Marine (1681) tersebut.72

Di Romawi, ditemukan adanya sebuah pengadilan khusus bagi para pedagang yang dinamakan Consules Mercatorum, yang kemudian oleh hukum dagang Perancis diambil alih dengan nama Judge et Consuls. Hakim-hakim

Consules Mercatorum diambil dari pedagang itu sendiri. Badan pengadilan itu berdiri sendiri, terpisah dari badan peradilan umum lainnya. Lembaga penyelesaian sengketa dagang ini mirip dengan “ Arbitration” (pertama kali

70Ibid.

71Ibid., hlm. 308. 72

diperkenalkan di Amerika) yang memang lebih populer diberlakukan saat ini dalam hubungan-hubungan dagang atau bisnis yang berskala internasional.73

Sebenarnya, masuknya pengaruh hukum Romawi dalam hukum dagang Perancis ini disebut dengan gejala Resepsi Hukum Romawi. Pemisahan hukum perdata dan hukum dagang di Perancis adalah masuk akal disebabkan adanya perbedaan strata sosial dan golongan-golongan masyarakat yang berbeda, yang tidak persis sama dengan keadaan di Belanda.

74

Sedangkan di Amerika Serikat, korporasi dahulunya dipandang sebagai realitas sekumpulan manusia yang diberikan hak sebagai unit hukum untuk tujuan tertentu. Pada tahun 1909, korporasi dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana yaitu pada Putusan Supreme Court dalam kasus New York Central and Hudson River R.R.v. United States.75

73

Mulhadi, Op.Cit., hlm. 13.

74Ibid.

75

Mahmud Mulyadi, Feri Antoni Surbakti, Politik Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Korporasi, (Jakarta : PT. SOFMEDIA, 2010), hlm. 20.

Dokumen terkait