• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merupakan suatu tinjauan umum terhadap perangkat hukum lingkungan Internasional yang mengatur tentang pencemaran

lintas batas akibat kebakaran hutan dan peran organisasi Internasional dalam mengatasi pencemaran lintas batas akibat kebakaran hutan serta sikap negara-negara korban pencemaran lintas batas.

BAB IV: Alternatif Penyelesaian Sengketa Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan;

Merupakan Pembahasan dari inti permasalahan, yaitu Bentuk-bentuk penyelesaian sengketa dalam hukum lingkungan internasional, penyelesaian sengketa menurut hukum lingkungan internasional dan hukum lingkungan nasional, penyelesaian sengketa internasional terkait dengan pencemaran lintas batas akibat kebakaran hutan.

BAB V: Penutup;

Berisi kesimpulan dari keseluruhan uraian materi pembahasan dan disertai dengan beberapa saran yang memungkinkan akan bermanfaat untuk lingkungan hidup.

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP

A. Pengertian Ekologi

Segala sesuatu di dunia ini erat hubungannya satu dengan yang lain, antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan hewan, antara manusia dengan tumbuhan-tumbuhan dan bahkan antara manusia dengan benda-benda mati sekalipun. Begitu pula antara hewan dengan hewan, antara hewan dengan tumbuh-tumbuhan, antara hewan dengan manusia dan antara hewan dengan benda-benda mati di sekelilingnya. Akhirnya tidak terlepas pula halnya dengan tumbuh-tumbuhan saling mempengaruhi. Pengaruh antara satu komponen dengan lain komponen ini bermacam-macam bentuk dan sifatnya. Begitu pula reaksi sesuatu golongan atas pengaruh dari yang lainnya juga berbeda-beda.8

Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, ahli biologi Jerman pada tahun 1869. Arti kata oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan logos bersifat telaah atau studi. Jadi ekologi adalah ilmu tentang rumah atau Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu yang membahas tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya tersebut dinamakan ekologi. Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi.

8 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Edisi Kedelapan Cetakan kedelapan belas, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2005, hlm.1

tempat tinggal makhluk. Ekologi didefinisikan sebagai “ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.9

Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan, ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan serta jalin menjalinnya segenap unsur-unsur hidup.

Menurut ekolog De Bel mengemukakan, bahwa ekologi adalah suatu

”study of the total impact of man and other animals on the balance of nature”,

dan menurut Otto Soemarwoto defenisi ekologi adalah “ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.

10

1. Studi ekologi sosial, sebagai suatu ilmu terhadap relasi sosial yang berada di tempat tertentu dan dalam waktu tertentu dan yang terjadinya oleh tenaga-tenaga lingkungan yang bersifat selektif dan distributif;

Ekologi atau ilmu yang mempelajari tata hubungan jasad-jasad hidup (termasuk manusia) dengan alam lingkungan sekitarnya mengungkapkan, bahwa dalam ekosistem (co-system) semua subsistem (sistem kelengkapan) itu serba terhubungan satu sama lain dalam posisi dan kondisi saling mempengaruhi.

Studi-studi ekologi meliputi berbagai bidang, seperti:

2. Studi ekologi manusia sebagai suatu studi tentang interaksi antara aktivitas manusia dan kondisi alam;

3. Studi ekologi kebudayaan sebagai studi tentang hubungan timbal-balik antara variabel habitat yang paling relevan dengan inti kebudayaan;

4. Studi ekologi fisis sebagai suatu studi tentang lingkungan hidup dan sumber daya alamnya;

9 Syamsul Arifin, Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia, Medan, Universitas Sumatera Utara Press, 1993, hlm.52

5. Studi ekologi biologis sebagai suatu studi tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup, terutama hewan dan tumbuh-tumbuhan dan lingkungannya.

Hal yang paling penting dari ekologi ini ialah konsep ekosistem. Ekosistem ialah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam sistem ini, semua komponen bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan terjadi disebabkan adanya arus materi dan energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem itu. Keteraturan ekosistem menunjukkan adanya keseimbangan tertentu dari ekosistem.11

Ada dua bentuk ekosistem yang penting. Yang pertama adalah ekosistem alamiah (natural ecosystem) dan yang kedua adalah ekosistem buatan (artificial

ecosystem) hasil kerja manusia terhadap ekosistemnya. Di dalam ekosistem

alamiah akan terdapat heterogenitas yang tinggi dari organisme hidup disana

Keseimbangan sistem merupakan syarat bagi stabilitas fungsi setiap komponen sistem. Setiap komponen sistem hanya dapat berfungsi dengan baik, jika keseimbangan itu tidak terjadi secara drastis. Perubahan keseimbangan yang bersifat mendadak, drastis dan tidak menentu akan mengacaukan fungsi setiap komponen sistem. Hal ini juga berlaku bagi ekosistem. Makhluk hidup terutama manusia hanya dapat hidup atau menjalankan fungsi dengan sebaik-baiknya jika keseimbangan itu terjaga.

11 Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung, Penerbit Alumni, 1992, Hlm.3

sehingga mampu mempertahankan proses kehidupan di dalamnya dengan sendirinya. Sedang ekosistem buatan akan mempunyai ciri kurang heterogenitasannya sehingga bersifat labil dan untuk membuat ekosistem tersebut tetap stabil, perlu diberikan bantuan energi dari luar yang juga harus diusahakan oleh manusianya, agar terbentuk suatu usaha maintenance atau perawatan terhadap ekosistem yang dibuat itu.

Berdasarkan konsep tersebut, maka perlindungan ekosistem tidak sama artinya dengan perbuatan menghentikan pertumbuhan atau membuat keseimbangan menjadi statis, melainkan adalah bagaimana menciptakan suatu keseimbangan yang dinamis (dynamic equilibrium), yaitu suatu keseimbangan menjadi statis melainkan adalah bagaimana menciptakan suatu keseimbangan yang memungkinkan manusia terus melanjutkan pembangunannya. Kadang-kadang perubahan itu besar, Kadang-kadang-Kadang-kadang kecil. Perubahan itu dapat terjadi secara alamiah, maupun sebagai akibat perbuatan manusia.12

Manusia pada mulanya (yang masih primitif seperti pada zaman batu) hidup dalam lingkungan yang alamiah, tidak banyak yang merombak alam atau lingkungan sekitarnya sehingga terjadilah lingkungan buatan atau tidak alamiah. Makin banyak manusia merombak lingkungan atau sistem ekologis, makin timbul Dalam proses ekosistem global, perubahan ini yang disebabkan oleh proses alamiah seperti; letusan gunung, kebakaran hutan, dan lain-lain. Masalah lingkungan yang kini dihadapi manusia adalah masalah yang timbul dari akibat kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan hidupnya.

12 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan, Bandung, 1991, hlm. 20

masalah lingkungan yaitu, menurunnya mutu lingkungan jika tidak melakukan usaha pencegahan dan pemeliharaan lingkungan sedini mungkin.13

B. Pencemaran Lingkungan yang Bersifat Lintas Batas

Usaha penanggulangan masalah lingkungan memang telah ditingkatkan. Banyak penemuan baru untuk memanfaatkan lingkungan sehingga lingkungan tetap terjaga. Dengan demikian, perlindungan terhadap kekekalan lingkungan hidup manusia secara global menjadi tujuan utama konferensi internasional mengenai lingkungan hidup di Stockholm dalam tahun 1972 dan konferensi-konferensi sesudahnya.

Dalam ekosistem global tidak akan mengenal adanya batas-batas yurisdiksi atau kewilayahan. Bumi sebagai suatu wadah berdiamnya umat manusia yang dipisahkan oleh batas-batas negara pada kenyataannya adalah merupakan bola raksasa yang disatukan oleh atsmosfer di udara, biosfer di daratan dan hidrosfer di lautan. Dengan kondisi fisik bumi yang demikian telah menyebabkan suatu peristiwa lingkungan yang terjadi pada satu negara akan berdampak ke negara lain, bahkan juga pencemaran dapat terjadi melintasi batas-batas benua.

Terjadinya pencemaran yang melintasi batas-batas negara ini tidak saja membawa pengaruh terhadap kondisi lingkungan, akan tetapi lebih dari sekedar itu telah memberikan implikasi yang luas terhadap-persoalan hukum.

Sebelum menguraikan tentang batasan pencemaran lintas batas, terlebih dahulu akan diberikan pengertian dan batasan secara umum tentang pencemaran

lingkungan. Menurut Springer, ketika membicarakan masalah pencemaran, maka sedikitnya terdapat empat faktor kunci yang harus dibicarakan yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Keempat faktor kunci dimaksud adalah :

1. Source (sumber pencemaran)14

2. Agent (zat pencemar)

3. Medium (media perantara pencemaran)

4. Effects (dampak pencemaran)

Berdasarkan komponen yang disebut diatas, komponen terakhir adalah timbulnya “effects” atau dampak terhadap berbagai sistem kehidupan. Dapat dikatakan bahwa adanya “effects” ini merupakan inti atau sentral dari permasalahan lingkungan hidup terutama dalam tingkat internasional.

Dengan timbulnya suatu dampak, maka baru diketahui bahwa suatu media atau objek hayati maupun hayati lainnya telah mengalami pencemaran. Dampak ini pulalah yang dapat dijadikan ukuran atas timbulnya berbagai kerusakan dan kerugian yang dialami baik oleh manusia maupun terhadap harta kekayaan yang dimilikinya.15

Semua komponen yang merupakan kunci pokok terjadinya pencemaran yang diawali adanya berbagai kegiatan atau aktifitas menusia, kemudian terdapatnya “agent” yang terdiri dari berbagai bentuk zat dan senyawa, selanjutnya melalui “media” maka pada akhirnya terjadilah dampak atau

14 Komponen “sources” sebagai mata rantai terjadinya pencemeran terhadap lingkungan sangat terkait dengan ruang lingkup kegiatan manusia yang dapat meningkatkan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan (detrimental of environment).

15 Lihat Arif, Pencemaran Transnasional Akibat Kebakaran Hutan Di Indonesia Dalam

Hubungannya Dengan Penerapan Prinsip Tanggung Jawab Negara (Studi Pada Kebakaran Hutan di Sumatera dan Kalimantan. Tesis Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung, 2000,

“effects”, dengan terakumulasinya keempat komponen ini maka terjadilah

pencemaran tersebut.

Secara harfiah, istilah “pencemaran” dapat diartikan sebagai pengotoran, pengkajian, pencabulan, pemburukan. Barang/sesuatu yang terkena oleh pencemaran jadi cemar (kotor, buruk), karena barang/sesuatu ini menjadi cemar maka mutunya menjadi turun dan otomatis nilainya pun menjadi merosot. Apabila proses ini berlangsung terus menerus akhirnya barang/sesuatu itu menjadi rusak dan/atau hancur.

Pencemaran juga dapat diartikan sebagai bentuk environmental

impairment, adanya gangguan, perubahan atau perusakan bahkan adanya benda

asing didalamnya yang menyebabkan unsur lingkungan tidak dapat berfungsi sebagimana mestinya (reasonable function).16

Menurut Gunarwan Suratmo, pencemaran udara diartikan sebagai adanya satu atau lebih pencemar yang masuk ke dalam udara atsmosfer yang terbuka, yang dapat berbentuk sebagai debu, uap, gas, kabut, bau, asap, atau embun yang dicirikan bentuk jumlahnya, sifatnya dan lamanya.17

“the introduction by man, directly or indirectly, of substances or energy

into the environment resulting in deleterious effects of living resources and ecosystems, and impair or interfere with amenities and other legitimate uses of the environment”.

Menurut Rekomendasi OECD tentang Principles Concerning

Transfrontier Pollution tahun 1974 merumuskan arti pencemaran adalah sebagai

berikut :

16 Daud silalahi, Op.Cit, hlm.125

17 F. Gunarwan Suratmo. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1995, hlm. 101

Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang Nomor 23 tahun

1997 tentang ”Pengelolaan Lingkungan Hidup” disebutkan :

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya.”

Pencemaran ini juga disebabkan zat pencemar berada pada tempat yang salah, waktunya tidak tepat dan jumlahnya salah. Udara, air dan makanan dapat mengandung benda asing sehingga pencemaran dalam arti ini dapat pula dianggap sebagai upaya mengadakan value jugement tentang kualitas atau kuantitas dari benda asing tersebut. Dalam pada itu, value judgement benda asing ini pun masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti pertimbangan ekonomi, sosial budaya dan persepsi.

Bila dilihat dari berbagai sudut maka pencemaran dapat diketegorikan dalam beberapa bagian :

1. Dilihat dari sudut pencemaran (pollutan) yang dapat berupa zat biologi, zat kimia, panas yang berlebihan, suara yang melebihi ukuran pendengaran normal, subtansi dan situasi yang merusak pemandangan atau yang dapat digolongkan ke dalamnya.

2. Dilihat dari sudut lokasi dimana pencemaran terjadi, misalnya lokal, nasional, regional, maupu n global.

3. Dilihat dari sudut hubungan suatu zat pencemaran dengan salah satu unsur lingkungan misalnya tanah, air, atau udara.

4. Dilihat dari sudut akibatnya secara langsung dan tidak langsung, misalnya melalui lingkaran seluruh biosphere atau melalui lingkungan sesuatu unsur itu.

Menurut rekomendasi dari ASEAN Agreement on Transboundary Haze

Pollution yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah :

“ Haze pollution means smoke resulting from land and/or forest fire which causes deleterious effects of such a nature as to endanger human health, harm living resources and ecosystems and material property and impair or interfere with amenities and other legitimate uses of the environment”.

Jadi dapat disimpulkan pencemaran adalah apabila suatu materi atau energi telah masuk ke dalam lingkungan dengan membawa akibat berbahaya bagi kesehatan manusia, mengganggu ketenangan hidupnya, merusak sumber daya baik secara langsung maupun tak langsung.

Dalam hal membicarakan masalah pencemaran lintas batas, khususnya dalam pencemaran udara dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang menerangkan bahwa suatu pencemaran yang terjadi dalam suatu wilayah negara akan tetapi dampak yang ditimbulkannya oleh karena faktor media atsmosfer atau biosfer melintas sampai ke wilayah negara lain.

Atas dasar pengertian diatas, pencemaran lintas batas atau lazim pula disebutkan sebagai transfrontier pollution 18

18 Daud Silalahi, Hukum Lingkungan…,Op.Cit. , hlm. 156 adalah :

“Pollution of which the physical is wholly or in part situated within the

territory of one State and which has deleterious effects in the territory of another State”.

Sedangkan menurut ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution yang dimaksud dengan pencemaran udara lintas batas adalah :

”Transboundary haze pollution whose physical origin is situated wholly or in part within the area under the national jurisdiction of one Member State and which is transported into the area under the jurisdiction of another Member State”.

Dengan demikian disimpulkan bahwa yang dimaksud pencemaran lintas batas tersebut adalah pencemaran udara yang berasal baik seluruhnya atau sebagian dari suatu negara yang menimbulkan dampak dalam suatu wilayah yang berada di bawah jurisdiksi negara lain.

Pengertian pencemaran lintas batas yang telah diuraikan diatas dapat juga disimpulkan bahwa dalam pencemaran ini terdapat dua wilayah yang pada satu sisi sebagai locus actus (tempat berlangsungnya peristiwa) didalam defenisi disebut sebagai situated within the territory dan pada sisi yang lain terdapat wilayah sebagai locus demmy (tempat timbulnya kerusakan/kerugian) dalam defenisi disebut sebagai which has deleterious effects in the territory of another

state. 19

Skema I: Pencemaran Lintas Batas

Sumber : Arif, Pencemaran Transnasional Akibat Kebakaran Hutan di Indonesia Dalam

Hubungannya dengan Penerapan Prinsip Tanggung Jawab Negara (Studi Pada Kebakaran Hutan di Sumatera dan Kalimantan), Tesis Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 2000.

19 Arif , Pencemaran Transnasional…, Op.Cit., hlm. 43

PENCEMARAN LINTAS BATAS PENCEMARAN LOCUS ACTUS (Tempat berlangsungnya peristiwa) LOCUS DEMMY

(Tempat timbulnya keru- sakan)

C. Dampak dari Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan akhir-akhir ini menjadi perhatian internasional sebagai isu lingkungan dan ekonomi khususnya setelah terjadi kebakaran besar di berbagai belahan dunia tahun 1997/1998 yang menghanguskan lahan seluas 25 juta hektar. Kebakaran tahun 1997/1998 mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar US $ 1,6-2,7 milyar dan biaya akibat pencemaran kabut sekitar US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita akibat kebakaran hutan tersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya yang terkait dengan emisi karbon kemungkinan mencapai US $ 2,8 milyar.20

Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sedikit banyak mengganggu aktivitasnya yang secara otomatis juga ikut mempengaruhi penghasilannya. Setelah kebakaran usai pun dipastikan Kebakaran hutan yang cukup besar tersebut menimbulkan dampak yang sangat luas disamping kerugian material kayu, non kayu dan hewan. Dampak negatif yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasil pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain menimbulkan kabut juga mencemari udara dan meningkatkan gas rumah kaca.

Dampak dari kebakaran hutan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi

a. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan.

bahwa masyarakat kehilangan sejumlah areal dimana ia biasa mengambil hasil hutan tersebut seperti rotan, karet dsb.

b. Terganggunya aktivitas sehari-hari

Adanya gangguan asap secara otomatis juga mengganggu aktivitas yang dilakukan manusia sehari-hari. Misalnya pada pagi hari sebagian orang tidak dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar matahari menembus udara yang penuh dengan asap. Demikian pula terhadap banyak aktivitas yang menuntut manusia untuk berada di luar ruangan. Adanya gangguan asap akan mengurangi intensitas dirinya untuk berada di luar ruangan. Ketebalan asap juga memaksa orang menggunakan masker yang sedikit banyak mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

c. Peningkatan jumlah hama

Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan aktivitasnya mengganggu proses produksi manusia. Bila tidak “mencampuri” urusan produksi manusia maka ia akan tetap menjadi spesies sebagaimana spesies yang lain.

Spesies yang potensial untuk menjadi hama tersebut selama ini berada di hutan dan melakukan interaksi dengan lingkungannya membentuk rantai kehidupan. Kebakaran yang terjadi justru memaksanya terlempar dari rantai ekosistem tersebut, dan dalam beberapa kasus spesies tersebut masuk dalam komunitas manusia dan berubah fungsi menjadi hama dengan merusak proses produksi manusia yang ia tumpangi atau dilaluinya.21

21 “Kasus Kebakaran Hutan, Kebutuhan Akan Kebijakan yang Mengatur Tanggung Jawab Perusahaan”, http://www.walhi.or.id/kampanye/bencana/bakarhutan/kebkr_hut_riau_mak_23040 3

d. Terganggunya kesehatan

Di tinjau dari sudut kesehatan, asap biomassa yang keluar akibat kebakaran hutan mengandung berbagai komponen yang berbahaya. Komponen ini terdiri dari gas maupun partikel-partikel. Komponen gas yang besar peranannya mengganggu kesehatan adalah Karbon monoksida dan Aldehid. Selain itu, tercatat akibat merugikan dari ozon, Nitrogen oksida, Karbon dioksida, dan Hidrokarbon. Dalam kebakaran hutan, berbagai jenis zat dapat terbang jauh, dan dalam transportasi ini dikonversikan menjadi gas lain seperti ozon, atau berubah menjadi partikel seperti Spesies nitrat dan Oksigen organik.

Merujuk pada penelitian Brauer dalam Health Impacts of Biomass Air

Pollution, komponen polutan utama biomassa adalah jenis bahan gas Inorganik

(contoh Karbon monoksida (CO), Ozon, Nitrogen dioksida (NO2)), Hidrokarbon (contoh, Benzen dan Toluen), Aldehid (contoh Akrolein dan Formaldehid), Partikel (contoh partikel “inhalable” (PM 10), partikel respirabel, partikel halus (PM 2,5)), dan Polisiklik Aromatik Hidrokarbon atau PAH (contoh

Benzo(a)pyrene).

Kesemuanya itu bersumber dari pembakaran tidak lengkap bahan organik, oksidasi dalam temperatur tinggi dari nitrogen udara, produk sekunder nitrogen oksida dan hidrokarbon, kondensasi pembakaran gas, pergerakan vegetasi dan fregmentasi asap. Partikulat dalam asap kebakaran hutan punya peranan penting dalam mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Partikulat berukuran kecillah yang sebenarnya paling berpotensi besar mengancam kesehatan, yaitu PM 10, PM 2,5, PM 1,0 atau Total Suspended Particulate (TSP). Mengingat kebakaran hutan

ini berlangsung lama, maka dapat diperkirakan, betapa banyak komponen polutan utama biomassa yang dihirup oleh manusia.

Secara umum, asap akibat kebakaran hutan telah meningkatkan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di daerah yang tingkat pencemaran udaranya tinggi. Sebagai gambaran di Kalimantan dan Sumatera nilai ISPU rata-rata melebihi 300 padahal batas normalnya di bawah 100 sehingga dampak kesehatanya begitu terasa, terutama mereka yang rentan seperti anak-anak, para manula dan mereka yang aktif diluar ruangan.22

Di wilayah Kalimantan Barat, asap tebal sudah mulai mengancam sektor pertanian. Tebalnya kabut asap dikhawatirkan yang berlangsung secara terus-menerus dapat mengganggu produktivitas tanaman padi dan jagung. Dua jenis tanaman ini paling rentan. Kalau cuaca sampai tertutup asap sehingga tanaman Data dari Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Departemen Kesehatan membuktikannya. Akibat adanya kabut asap, jumlah kasus ISPA di Pontianak meningkat dari 1.286 kasus pada akhir Agustus 2006 menjadi 1.928 kasus pada awal September 2006.

Data yang sama juga menyebutkan bahwa di Kalimantan Timur jumlah kasus mingguan ISPA antara 1.500 kasus hingga 2.000 kasus, lebih tinggi dari kisaran normal yang banyaknya antara 1.000 kasus hingga 1.500 kasus. Beberapa Dinas Kesehatan di Sumatra dan Kalimantan juga melaporkan bahwa masyarakat di wilayahnya mulai mengalami gangguan penyakit ISPA, pneumonia, dan sakit mata.

e. Produktivitas menurun

22 “Bencana Kabut Asap”, dalam http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html

tidak mendapat sinar matahari dalam jangka waktu lama, produksinya dapat menurun. Pada saat tanaman akan berfotosintesis tentu memerlukan sinar mathari yang cukup. Karena kabut yang tebak menyebabkan sinar matahari terhambat untuk menyinari bumi sehingga produksi terhambat.23

Kebakaran yang terjadi di lereng-lereng pegunungan ataupun di dataran tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang juga berfungsi menahan laju tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat hujan turun dan ketika 2. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan

a. Hilangnya sejumlah spesies

Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis pohon namun juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya. Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar karena api

Dokumen terkait