• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Urgensi Pengelolaan Zakat

Amilzakatialah orang atau individu yang bertugas melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan penghimpunan, pengelolaan, pencatatan, dan

pendayagunaan dana zakat. Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa, lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat (BAZ) dibentuk oleh pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh

masyarakat.27Amil zakat berhak untuk menghimpun dana zakat, dan

mendayagunakan dana tersebut serta melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan zakat.

Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang ada pada masa kini juga dianggap memiliki hak sebagaimana ditetapkan di dalam syariat Islam.Oleh karena itu BAZ dan LAZ wajib mengikuti syarat-syarat yang

ditetapkan dalam memberi bagian untuk amil zakat.Amil zakat berhak

menerima gaji yang telah ditetapkan dalam syariat Islam, jumlah besaran yang

26

Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.42.

27

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 130.

diterima oleh amil zakat tidak lebih besar dari satu perdelapan dari hasil pungutan harta zakat (12,5%).

Salah satu tugas penting dari lembaga pengelola zakat adalah melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media, seperti khutbah

Jumat, majelis ta’lim, seminar, diskusi, melalui media surat kabar, majalah,

radio, internet maupun televisi. Dengan sosialiasai yang baik dan optimal,

diharapkan masyarakat muzakkiakan semakin sadar untuk membayar zakat

melalui lembaga zakat yang kuat, amanah dan terpercaya.28

Diantara tugas-tugas yang diamanahkan kepada amil-amil zakat ada

yang berbentuk kuasa, karena ia bekaitan dengan tugas asas dan

kepemimpinan. Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya, Fiqh

Zakat,29menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

a. Beragama Islam.

b. Mukallaf (orang dewasa yang sehat akal fikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat.

c. Memiliki sifat amanah dan jujur.

28

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 132.

29

Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis,(Muassasat ar-Risalah, Bairut, Libanon), h.553.

43

d. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat.

e. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kesungguhanamil zakatdalam melaksanakan tugasnya.

Di Indonesia profesi amil zakat masih belum menjadi sebuah profesi

yang dipilih oleh masyarakat Indonesia.Padahal semua aturan untuk menjadi

seorang amil zakat sudah sangat jelas dan tegas dijelaskan dalam Al-

Qur’an.Sebagaimana halnya zakat harta dan profesi yang belum

tersosialisasikan dengan baik, peran dan profesiamil zakatpun demikian.

Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki

kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan,30antara lain:

Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran

zakat.Kedua,untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakatapabila

berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk

mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan

harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.Keempat,

untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintah yang Islami.

Dalam bab II Pasal 5 undang-undang tersebut dikemukakan bahwa

pengelolaan zakat bertujuan:31

30

Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis,(Muassasat ar-Risalah, Bairut, Libanon), h. 87.

31

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 126

a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama.

b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

2. Organisasi Lembaga Pengelola Zakat

Sebagai organisasi nirlaba milik masyarakat Indonesia, organisasi pengelolaan zakat juga memiliki karakteristik seperti organisasi nirlaba lainnya, yaitu: a. sumber daya (baik dana maupun barang) berasal dari donatur yang mempercayakan kepada lembaga. b. menghasilkan berbagai pengelolaan jasa dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. c. kepemilikan organisasi pengelola zakat tidak seperti lazimnya pada organisasi bisnis.

Organisasi pengelola zakat mempunyai karakteristik yang

membedakannya dengan organisasi nirlaba lainnya32 yaitu: 1. Terkait dengan

aturan-aturan dan prinsip-prinsip syariah Islam. 2. Sumber danautama adalah zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. 3. Memiliki Dewan Pengawas dalam struktur organisasinya.

a. Susunan Organisasi Badan Amil Zakat 1) Badan Amil Zakat

2) Dewan Pertimbangan

32

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis,(Muassasat ar-Risalah, Bairut, Libanon), h. 733.

45

3) Komisi Pengawas 4) Badan Pelaksana

b. Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) 1) Dewan Pertimbangan

a) Fungi yaitu memberikan pertimbangan, fatwa, saran dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam pengelolaan badan amil zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial.

b) Tugas pokok adalah: 1. Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat. 2. Mengesahkan rencana kerja dari Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas. 3. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hukum zakat wajib diikuti oleh pengurus Badan Amil Zakat. 4. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan komisis pengawas baik diminta maupun tidak. 5. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan Pelaksan dan Komisi Pengawas. 6. Menunjuk akuntan publik.

2) Komisi Pengawas

a. Fungsi yaitu sebagai pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana.

b. Tugas pokok adalah: Pertama, mengawasi pelaksanaan kerja yang

yang telah ditetapkan Dewan Pertimbangan. Ketiga, mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.

Keempat, melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah.

3) Badan Pelaksana

a. Fungsinya adalah sebagai pengelola zakat

b. Tugas pokok meliputi: 1. Membuat rencana kerja. 2. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. 3. Menyusun laporan tahunan. 4. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah. 5. Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas Badan Amil Zakat ke dalam maupun ke luar.

C. Konsep Penyaluran

Dokumen terkait