• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan budidaya lembo

Dalam dokumen Agroforestri di Indonesia (Halaman 44-47)

L EMBO : P RAKTEK A GROFORESTRI T RADISIONAL DI K AWASAN

5. Pengelolaan budidaya lembo

Besar dan umur pohon dalan lembo sangat bervariasi dan tergantung dari saat terbentuknya dan pengendalian. Setelah penebangan pohon-pohon besar untuk dimanfaatkan, pohon-pohon buah yang tidak produktif, atau jenis-jenis lain yang tidak dikehendaki, tegakan akan dipermuda melalui permudaan alam (natural regeneration) atau dengan penanaman (artifitial regeneration). Seringkali digunakan semai/liaran (wildings) dari lembo-lembo tua atau hutan-hutan sekunder di sekitarnya. Khususnya pada Lembo Rumah penanaman jenis-jenis eksotis, yaitu yang tidak dijumpai secara alami di Kalimantan Timur, terlihat semakin meningkat. Pemilihan jenis pada Lembo Rumah semakin cenderung kepada keniagawiannya (commercial tree species a.l. kopi), walaupun hingga sekarang masih dalam jumlah yang terbatas.

Tabel 4. Beberapa jenis tanaman non-berkayu bermanfaat (Sumber Pangan) yang seringkali dijumpai pada budidaya Lembo

Suku Jenis Tanaman Nama Lokal

Amaranthaceae Amaranthus spinosus L. Bayam (T, B)

Colocasia esculenta (L.) Schott Tutui (T); Bengkulau (B) Araceae

Xanthosoma violaceum Schoot Tali (T); Dompu (B) Bromeliaceae Ananas comusus Merr. Kuini (T, B)

Ipomoea batatas (L.) Lam. Ayak (T, B); E. Payank (B) Convolvulaceae

Suku Jenis Tanaman Nama Lokal

Cuccumis sativus L. Timun (T, B)

Momordica charantia L. Periaq (T, B)

Sechium edule (Jacq) Sw Lempekng Pera (T, B) Cucurbitaceae

Sechium sp. Lempekng (T, B)

Dioscorea alata L. Uwi (T); Uwiq (B) Dioscoreaceae

Dioscorea hispida Dennstedt Sawikng (T, B)

Manihot esculenta Crantz. Jabau (T, B) Euphorbiaceae

Sauropus androgynus (L.) Merr. Situn (T, B)

Cymbopogon citratus Stapf Serai (T, B)

Oryza sativa L. Paray (T); Pare (B)

Oriza glutinosa Pulut (T); Ketan (B)

Saccharum officinarum L. Tuuq (T); Touq (B) Graminae

Zea mays L. Jagokng (T); Jagookng (B) Leguminosae Vigna unguiculata (L.) Walp. Kertak (T, B)

Pandanaceae Pandanus amaryllifolius Roxb. Pudaq (T, B)

Piperaceae Piper ningrum L. Cahakng (T); Sahakng (B)

Capsicum frutescens L. Sabiq ilos (T, B)

Physalis minima L. Sabeq ayus (T, B) Solanaceae

Solanum melongena L. Duhukng (T); Ulap (B)

Alpinia galanga (L.) Sw. Lajaak (T); Lajai (B)

Cucurma longa L. Jahai (T); Jomit (B)

Kaempferia galanga L. Cekur (T, B) Zingiberaceae

Zingiber zerumbet (L). Sm. Lejak (T); Lajuk (B)

Catatan: T = Dayak Tunjung, B= Dayak Benuaq.

Adanya struktur yang cukup kampleks dan keragaman jenis yang cukup tinggi dalam budidaya lembo, menimbulkan interaksi antar komponen yang bersifat persaingan (concurrence), ketergantungan (interdependence) dan atau saling menambah (complementare). Oleh karenanya dalam pengendalian budidaya tradisional ini diperlukan pengetahuan tentang kesesuaian kambinasi. Secara empiris penduduk asli Dayak telah memilikinya (traditional knowledge),

walaupun secara pengetahuan modern tetap saja dianggap 'primitif’. Bila anggapan ini terus berjalan dan ditambah pula dengan perpindahan generasi muda ke kota-kota, dikhawatirkan pengetahuan empiris tersebut akan punah. Perpindahan pemuda-pemuda ke kota-kota juga membahayakan efisiensi budidaya lembo di masa depan, mengingat budidaya lembo dilihat dari

komponen-komponen penyusunnya adalah intensif dalam hal ketenagakerjaan (laborintensive). Seperti diketahui bahwa mekanisasi tidaklah mungkin

dilaksanakan dalam budidaya lembo, di samping heterogenitas yang cukup tinggi menuntut sistem kerja yang khas. Walaupun demikian keuntungan dari sisi pola hidup dan tradisi masyarakat Dayak, adalah kebutuhan kerja yang musiman pada sistem tradisional tersebut.

Tabel 5. Jenis-jenis satwa liar yang seringkali dijumpai pada budidaya Lembo beserta fungsi/manfaatnya

Suku Jenis Satwa Nama Lokal Fungsi/Manfaat

Lokal Cercopithecidae Macaca nemestrina Beruuk (T); Boruk (B) 5; 6; 7;

Cervus unicolor Payo (T); Tekayo (B) 1; 2; 3; 4; 5; 6 Cervidae

Muntiacus muncak Telaoh (T); Telaus (B) 1; 3; 5; 6

Felidaae Neofelis nebolusa Kuli (T, B) 5; 6

Hylobatidae Hylobates muellery Kelawat (T, B) 5; 6; 7

Hystrix brachyura Setui (T); Titukng (B) 1; 3; 5; 6 Hystricidae

Suku Jenis Satwa Nama Lokal Fungsi/Manfaat Lokal

Manidae Aeromys tephromelas Kuukng (T, B) 1; 4; 5; 6

Pteropodidae Pteropus vampyrus Pawikng (T, B) 1; 5; 6

Suidae Sus barbatus Sapikng (T, B); Bawi (B) 1; 2; 4; 5; 6

Tarsiidae Tarsius bancanus Ukar (T, B) 3

Tragulus javanicus Pelokak (T); Pelanuk (B) 1; 5; 6 Tragulidae

Tragulus napu Pelanuk upak (T); Niwukng(B) 1; 5; 6

Tupaiidae Tupaia dorsalis Pukakng (T, B) 1; 4; 5; 6

Viverridae Aretictis binturong Munyiin (T); Munin (B) 3; 5; 6; 7

Berbagai jenis ular --- 2; 3; 4; 7

Berbagai jenis

burung --- 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7

Catatan: T = Dayak Tunjung, B= Dayak Benuaq; Fungsi/Manfaat: (1)= Bahan pangan; (2)= Pendapatan/Harta; (3)= Budaya; (4)= Peralatan/Kerajinan; (5)= Hama; (6)= Berburu; (7)= Kesenangan.

Kondisi lainnya yang juga sangat penting bagi kesinambungan budidaya lembo hingga saat ini adalah 'hak atas tanah'. Secara tradisional masyarakat asli setempat dapat memanfaatkan lahan di dalam wilayah desanya (dan bahkan di desa lainnya, apabila diakui ada hak waris/keturunan darah), sejauh belum digunakan atau dihaki oleh warga lainnya. Akan tetapi Pemerintah Daerah setempat menginginkan adanya “sertifikat tanah” sebagai tanda bukti hak milik. Hingga saat penelitian belum satupun pemilik lembo yang memiliki sertifikat tersebut diam tampaknya ketentuan tersebut masih sulit dilaksanakan dengan alasan: batas-batas lembo yang kurang jelas, lokasinya yang terpencar-pencar, pemilikan dan pewarisan yang masih rumit. Berkaitan dengan hal tersebut, pemisahan antara “hak pakai” dan “hak milik” sebagaimana yang tercantum dalam Hukum Agraria (lihat Abdurrahman, 1983) kurang dikenal pada masyarakat di luar Jawa, khususnya masyarakat Dayak (lihat juga Dove, 1987).

Satu hal lainnya yang cukup menarik pada budidaya lembo adalah sifatnya yang relatif “kapitallos” (tanpa kapital), karena hampir kesemua kamponen dan pengendiaannya dapat diperoleh dengan mudah dan secara mandiri. Pertanyaan sekarang, sampai berapa jauh penambahan modal luar dari luar (misalnya kredit) diperlukan dalam pengembangan sistem lembo selanjutnya, karena modal dari luar meskipun memungkinkan peningkatan produksi, seringkali kurang memperhatikan nilai-nilai ekologis dan sosial-budaya sistem.

6. Manfaat dan fungsi budidaya lembo

Baqi masyarakat Dayak Tunjung dan Benuaq dapat dikatakan bahwa budidaya

lembo telah menjadi bagian dari tradisinya dan oleh karenanya amat penting

bagi budaya mereka. Di samping itu budidaya lembo melalui berbagai produk yang dapat dihasilkannya, juga menjadi salah satu sumber penghidupan mereka, dalam arti untuk kebutuhan sendiri (subsistens) ataupun

diperdagangkan. Khusus untuk pendapatan tunai diperoleh dari berbagai produk yang dihasilkan oleh berbagai jenis tanaman semi-komersial (kelapa dan kopi), buah-buahan (khususnya durian, cempedak, rambutan, asam-asaman, nenas, dan lain-lain), rotan, aren, madu, dan bahkan produk langsung ataupun tidak langsung (kerajinan) dari beberapa satwa (lihat Tabel 4).

Di samping itu dengan adanya keragaman struktur dan jenis, khususnya adanya dominasi dari jenis tumbuhan berkayu, sistem penggunaan lahan tradisional tersebut juga amat penting peranannya bagi keseimbangan ekologi

wilayah yang bersangkutan (klimatis dan hidrologis), hingga kepentingan global (adanya keanekaragaman jenis yang tinggi memiliki aspek perlindungan sumber daya genetik bagi kepentingan bioteknologi di masa depan). Contoh fungsi budidaya lembo disajikan dalam Kolom 1.

Dalam dokumen Agroforestri di Indonesia (Halaman 44-47)