• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Limbah Cair

Dalam dokumen BAB III PROFIL SANITASI KOTA DEPOK (Halaman 53-77)

KONSENTRASI PARTIKULAT

3.2. Pengelolaan Limbah Cair

3.2.1. Landasan Hukum/Legal Operasional

Pelaksanaan operasional pengelolaan air limbah di Kota Depok mendasar pada:

1. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 05 Tahun 2002 tentang Izin Pengelolaan Limbah Cair

2. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 24 Tahun 2003 tentang Retribusi Penyedotan Kakus

1. Peraturan Walikota Depok No 24 tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan

2. Peraturan Walikota Depok No 65 tahun 2008 tentang Unit Pelaksana Teknis Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan

3.2.2. Aspek Institusional

Berdasarkan Peraturan Walikota Depok No 24 tahun 2008 penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah di wilayah kota berada di bawah Bidang Pelayanan Kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Seksi Operasional Pengangkutan dan Pengelolaan Air Limbah pada Bidang Pelayanan Kebersihan.

Sedangkan Peraturan Walikota Depok No 65 tahun 2008 mengatur tentang Unit Pelaksana Teknis Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai pengelola IPLT Kalimulya.

Sebelum tahun 2009, pengelolaan IPLT dan TPA disatukan di bawah UPT TPA. Karena kompleksnya permasalahan pengelolaan TPA, pengelolaan IPLT yang kurang mendapat sorotan dari masyarakat menjadi agak terabaikan. Namun sejak dikeluarkannya Peraturan Walikota No 65 tahun 2008, pengelolaan Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) Kota Depok dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) IPLT yang berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Kepala UPT IPLT berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas.

Meskipun demikian, hingga saat ini jumlah maupun kualitas SDM pengelola IPLT masih terbatas. Jumlah total SDM UPT IPLT 37 orang, yang terdiri dari 2 orang di bagian manajerial (Kepala UPT dan Kasubag TU UPT), 7 orang staf kantor, 1 orang tenaga terlatih, 9 orang petugas pemelihara prasarana IPLT, dan 18 orang kernet dan supir. Dari sekian banyak SDM hanya Kepala UPT IPLT yang berlatar belakang S1 di bidang sosial, selebihnya berpendidikan setingkat SMA.

Retribusi penyedotan kakus yang dibebankan kepada konsumen berdasarkan Perda No. 24 tahun 2003 sebagai berikut:

• Sarana ibadah sebesar Rp 20.000,- per m³ • Rumah tangga sebesar Rp 40.000,- per m³ • Perkantoran/instalasi sebesar Rp 60.000,- per m³ • Industri sebesar Rp 80.000,- per m³

• Rumah Ibadah : Rp. 100.000,- • Rumah tangga, perkantoran dan komersil : Rp. 140.000,-

UPT BIDANG PELAYANAN KEBERSIHAN SEKSI OPERASIONAL PENGANGKUTAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH SEKSI OPERASIONAL PENGANGKUTAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH BIDANG SARANA DAN

PRASARANA KEBERSIHAN SEKSI PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA KEBERSIHAN SEKSI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA KEBERSIHAN

SUB BAG UMUMPERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

SUB BAG KEUANGAN

BIDANG PERTAMANAN SEKSI PEMANFATAAN PERTAMANAN SEKSI PEMELIHARAAN PERTAMANAN KEPALA DINAS DKP KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS

Gambar 4.8 Struktur Organisasi Lembaga Pengelola IPLT Kota Depok

URUSAN OPERASI URUSAN

PROMOSI URUSAN TEKNIK

URUSAN ADMINISTRASI URUSAN UMUM

URUSAN KAMPANYE

KEPALA UPT IPLT

baru 203.134 KK (69,29 %) yang telah memiliki septictank dan dari jumlah tersebut hanya 75,89 % yang memenuhi persyaratan sanitasi.

Tabel 3.15 Persentase Keluarga dengan Prasarana Air Limbah

Sumber : Profil Kesehatan 2010

Pembangunan MCK Plus-Plus ini dilakukan oleh pemerintah di tahun 2010 dengan menggunakan dana DAK tahun 2010. Tabel 3.9 menunjukkan fasilitas MCK umum terdapat di beberapa kecamatan di Kota Depok.

Tabel 3.16 Lokasi MCK Umum dan MCK Plus-Plus di Kota Depok

Kecamatan MCK Umum MCK Plus-Plus

Pancoran Mas

- • Pesantren Himatul Aliyah,

Kel. Rangkapan Jaya Cipayung • Samping Mushola An-Nur

• RT 03/RW 02 Kel. Pondok Jaya • RT 04/RW 02 Kel. Pondok Jaya • RT 02/RW 01 Kel. Pondok Jaya

• Pesantren Kotrun Nada, Kel. Cipayung Jaya

• Pesantren Ar-Rahmanyah, Kel. Bojong Terong Tapos • RT 01/RW 16 Kel. Cilangkap

• RT 03/RW 16 Kel. Cilangkap • RT 02/RW 02 Kel.Leuwi Nanggung

• Pesantren Darussalam Kel. Cilangkap • Kel. Cimpaeun J U M L A H K K D IP E R IK S A J U M L A H K K M E M IL IK I J U M L A H S E H A T % K K M E M IL IK I % S E H A T J U M L A H K K D IP E R IK S A J U M L A H K K M E M IL IK I J U M L A H S E H A T % K K M E M IL IK I % S E H A T 1 Pancoran Mas 45,961 37,053 31,001 25,263 83.67 81.49 22,003 14,274 10,538 64.87 73.83 2 Beji 30,465 13,174 6,532 5,961 49.58 91.26 3,255 2,265 1,644 69.59 72.58 3 Sukmajaya 58,681 58,613 41,276 38,628 70.42 93.58 58,613 38,671 29,740 65.98 76.91 4 Cimanggis 51,176 49,563 41,337 38,093 83.40 92.15 44,880 45,818 42,143 102.09 91.98 5 Sawangan 25,166 23,730 20,377 17,336 85.87 85.08 20,870 17,556 11,056 84.12 62.98 6 Limo 10,167 10,167 7,764 7,707 76.36 99.27 10,617 7,430 3,151 69.98 42.41 7 Cinere 32,635 32,635 30,507 30,498 93.48 99.97 32,635 12,737 12,737 39.03 100.00 8 Cipayung 28,348 28,348 22,035 19,784 77.73 89.78 28,348 15,787 6,745 55.69 42.73 9 Cilodong 10,643 10,643 8,801 8,413 82.69 95.59 10,643 6,172 4,526 57.99 73.33 10 Tapos 91,229 44,034 36,376 31,722 82.61 87.21 41,185 30,248 21,421 73.44 70.82 11 Bojongsari 20,223 20,223 15,134 10,453 74.84 69.07 20,223 12,176 10,462 60.21 85.92 404,694 328,183 261,140 233,858 79.57 89.55 293,272 203,134 154,163 69.26 75.89 JUMLAH (KAB/KOTA) NO KECAMATAN JUMLAH KK

• RT 01/RW 07 Kel Leuwi Nanggung Sawangan • RT 02/RW 09 Kel. Bedahan

• Samping Majelis Khoirul Huda

-

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman, 2010

Tabel 3.17 Kapasitas Pelayanan Kota Depok 2011 Prasarana dan Sarana Jumlah Kapasitas (vol atau jiwa) Sistem pengolahan Pengelola

Truk tinja 1 unit 2 m3 On-site UPT IPLT pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan

6 unit 3 m3

IPLT 1 buah 790 m3 On-site UPT IPLT pada Dinas

Kebersihan dan Pertamanan

IPAL - -

Sistim pelayanan Air Limbah Kota Depok saat ini mengandalkan pada 1 unit Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). IPLT yang berdiri di atas lahan seluas 2 Ha ini terletak di Kelurahan Kalimulya dan memiliki kapasitas pengolahan 790 m3/tahun. Tidak hanya Kota Depok, Kabupaten Bogorpun memanfaatkan IPLT ini sebagai tempat pengolahan tinjanya.

IPLT Kalimulya memiliki kelengkapan inhoff tank dengan kapasitas 408 m3, kolam maturasi seluas 967 m2 dan kolam indikator seluas 1580 m2. IPLT Kalimulya pada mulanya merupakan aset Kabupaten Bogor yang kemudian diserahkan kepada Kota Depok saat pembentukan Kota Depok tahun 1999. Pada tahun 2000 dengan dana dari Asian Development Bank (ADB) dilakukan rehabilitasi dan penambahan fasilitas in-hoff tank dari IPLT yang ada. Namun saat ini kondisi in-hoff tank dan kolam pengolahan sudah mengalami kerusakan, antara lain dengan tidak berfungsinya penyaring pada in-hoff tank dan bocornya dinding pembatas antar kolam, sehingga air hasil pengolahan (effluent) yang seharusnya jernih tampak masih kotor.

dilakukan bersifat setempat seperti perbaikan dinding pembatas antar kolam. Pemeliharaan yang rutin dilakukan berupa pengangkatan lumpur setahun sekali. IPLT Kalimulya juga dilengkapi dengan fasilitas prasarana cuci mobil dan 1 buah laboratorium uji kualitas. Namun sampai saat ini laboratorium tersebut belum memiliki kelengkapan peralatan laboratorium dan SDM yang dapat menjalankannya. Pelaksanaan pengujian masih dilakukan bekerja sama dengan pihak luar.

Untuk layanan penyedotan tinja domestik Pemerintah Kota Depok memiliki 1 buah truk tinja berkapasitas 2 m3 dan 6 buah truk tinja berkapasitas 3 m3. Daerah layanan penyedotan mencakup 80 % wilayah Kota Depok. Saat ini ke 6 truk penyedot dalam kondisi yang cukup baik, namun pemanfaatannya masih perlu dioptimalkan, sedangkan 1 truk dalam keadaan rusak. Selain oleh instansi pemerintah, jasa pelayanan penyedotan juga dilakukan oleh pihak swasta yang kemudian membuang limbah tinja ke IPLT Kalimulya.

Tabel 3.18 Potensi Pelayanan Jasa Pengurasan Lumpur Tinja

No Kecamatan Jumlah Penduduk KK Sarana Ibadah Sek/Per Komersial/ Industri 1. Sukmajaya 225.299 59.008 82 121 87 2. Pancoran Mas 191.742 50.594 76 130 89 3. Cipayung 111.685 28.651 74 61 55 4. Beji 133.123 35.091 76 97 67 5. Cimanggis 210.173 56.004 84 123 112 6. Tapos 192.744 51.500 73 83 88 7. Cilodong 111.022 29.258 71 71 85 8. Sawangan 105.874 27.077 69 72 86 9. Bojong Sari 81.497 20.692 66 72 66 10. Limo 63.669 16.384 61 67 68 11. Cinere 82.529 21.144 66 71 59 Kota Depok 1.509.357 395.403 800 985 862

setempat (on site system). Adapun teknologi pengolahan yang ada adalah tangki septik yang dilanjutkan dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. Di samping itu, masih banyak masyarakat yang mempergunakan cubluk atau tangki septik yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratan desain yang ditentukan.

Dari hasil survey EHRA diperoleh sekitar 88,66% rumah tangga di Kota Depok yang melaporkan menggunakan tangki septik. Namun, dari jawaban yang diberikan tentang pembuatan tangki septik kebanyakan sudah dibangun lebih dari 10 tahun yang lalu saat studi EHRA dilaksanakan mencapai 45,03%. Kemudian 23,71% menyatakan dibangun lebih dari 5-10 tahun yang lalu.

Sementara itu saat ditanyakan kapan terakhir tangki septic dikosongkan maka 65,68% menjawab tidak pernah mengosongkan tangki septic. Perlu dicurigai bahwa konstruksi tangki septic yang mereka buat tidak sesuai dengan desain tangki septic yang seharusnya. Dalam hal ini komunikasi tentang pembuatan tangki septic yang baik perlu diperhatikan. D 5. L AMA T AN G K I S E P T IK D IB UAT /D IB AN G U N 3.43% 19.17% 23.71% 45.03% 8.66% 0-12 bula n ya ng la lu 1-5 tahun ya ng la lu

L ebih da ri 5-10 ta hun yang la lu L ebih da ri 10 ta hun

3.2.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kota Depok relatif sudah berjalan walaupun dengan volume yang terlayani masih rendah, dengan rata-rata volume lumpur tinja yang diolah perhari sebesar 11 m3.

Kondisi kesehatan masyarakat sangat berkaitan erat dengan besarnya timbulan penyakit menular yang disebabkan oleh sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Penyakit diare merupakan penyakit yang sering dan mudah dijumpai pada kondisi sanitasi buruk, walapun penyakit diare bukan satu-satunya penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat.

Pada tahun 2009 terjadi 32.013 kasus penyakit diare dan 5.579 kasus penyakit demam berdarah dengue di Kota Depok. Data dari Dinas Kesehatan Kota Depok melaporkan bahwa dari 1,73 juta jiwa penduduk Kota Depok, sekitar 254.251 KK yang dipantau pola hidup bersih dan sehat dan sebesar 67,81% dari jumlah rumah tangga yang dipantau menerapkan pola hidup bersih dan sehat di rumah tangganya.

3.2.6. Permasalahan

Permasalahan yang ada pada sistim Air Limbah di Kota depok saat ini adalah kurangnya sarana dan prasarana air limbah, misalnya masih terbatasnya jumlah IPLT dan masih kurangnya jumlah truk tinja, serta manajemen pengelolaan yang belum berjalan baik. Jumlah dan kuantitas SDM juga sangat minim, dari 28 orang yang ditugaskan mengelola

4.48% 9.78% 4.07% 1.52% 65.68% 14.47% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% S eries 1 4.48% 9.78% 4.07% 1.52% 65.68% 14.47% 0-12 bulan 1-5 tahun yang lalu L ebih dari 5-10 L ebih dari 10 tahun Tidak pernah Tidak tahu

Kualitas SDM juga sangat perlu mendapat perhatian. Pengelolaan akan berjalan lebih baik bila SDM pengelolanya mempunyai latar belakang pendidikan di bidang teknik lingkungan/penyehatan atau teknik sipil dan/atau manajerial, atau setidaknya memiliki pengetahuan teknis dan manajerial yang memadai. Dengan hanya ada 2 orang PNS yang bertugas di jabatan struktural UPT air limbah, beban kerja mengelola teknis dan manajerial pelayanan air limbah menjadi sangat berat. Pada akhirnya, pelayanan menjadi cenderung berjalan apa adanya.

Beberapa permasalahan yang ditemui antara lain :

• Masih banyaknya penggunaan sistem setempat dalam pengolahan limbah, seperti penggunaan cubluk dan pembuangan air cuci dan mandi tanpa saluran, terutama pada lingkungan perumahan yang padat.

• Masih terbatasnya IPAL di beberapa sektor yang membutuhkan pengolahan air limbah khusus, seperti industri.

• Bercampurnya air limbah domestik dan drainase pada satu saluran menyebabkan besarnya volume air limbah yang harus diolah.

• Masih banyaknya saluran yang merupakan saluran terbuka di daerah perkotaan. 3.3. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat)

3.3.1. Landasan Hukum/Legal Operasional

Pelaksanaan operasional pengelolaan persampahan di Kota Depok mendasar pada Peraturan Daerah Nomor 44 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Persampahan di Kota Depok. Dalam Perda Nomor 44 Tahun 2000 ini diatur pula mengenai retribusi pengelolaan persampahan yang dibebankan kepada wilayah yang dilayaninya. Berikut ini adalah besarnya retribusi yang dikenakan :

a. Pengambilan pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah rumah non real estate berdasarkan luas bangunan :

• Lebih kecil atau sama dengan 21 m² : Rp. 2.000/bulan • 22 m² sampai dengan 70 m² : Rp. 3.500/bulan • 71 m² sampai dengan 200 m² : Rp. 4.500/bulan • 201 m² sampai dengan 300 m² : Rp. 6.000/bulan

• 21 m² sampai dengan 36 m² : Rp. 7.000/bulan • 37 m² sampai dengan 54 m² : Rp. 8.500/bulan • 55 m² sampai dengan 70 m² : Rp. 10.000/bulan • 71 m² sampai dengan 120 m² : Rp. 12.500/bulan

• Diatas 120 m² : Rp. 17.500/bulan

c. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah, dari kategori perkantoran, pasar, pertokoan, mal, gedung, pertunjukan, apotik, klinik, usaha pertukangan bahan berdasarkan volume sampah yang dihasilkan :

• Lebih kecil dari 0,50 m³/hari : Rp. 25.000/bulan • 0,51 m³ sampai dengan 0,75 m³/hari : Rp. 35.000/bulan • Lebih besar dari 0,76 m³/hari : Rp. 50.000/bulan

d. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah, daan sumber sampah, lembaga pendidikan,/kursus, rumah sewaan (tempat kios), rumah makan/restoran, hotel/apartemen, pabrik/industri, rumah sakit/rumah bersalin, ditetapkan berdasarkan kubikasi :

• Lembaga Pendidikan/Kursus : Rp. 6.000/m³ • Rumah sewaan (tempat kos) : Rp. 7.500/m³

• Rumah makan : Rp. 11.000/m³

• Restoran : Rp. 15.000/m³

• Hotel/Apartemen : Rp. 15.000/m³

• Pabrik/Industri : Rp. 13.000/m³

• Rumah Sakit/Rumah Bersalin : Rp. 10.000/m³

• Bioskop : Rp. 12.500/m³

e. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah di pasar, berdasarkan kegiatan usaha pedagang, ditetapkan dengan sistem pengambilan harian :

• Kios : Rp. 1.000/hari

• Los : Rp. 1.000/hari

• Awning : Rp. 1.000/hari

• Kaki lima/pedagang makanan tidak menetap : Rp. 1.000/hari

• Ruko : Rp. 3.000/hari

ditaksir dengan perhitungan rit, yang ditetapkan sebesar Rp. 85.000/rit.

g. Penggunaan tempat pembuangan akhir sampah milik Pemerintah Kota oleh swasta baik pribadi maupun badan yang berasal dari wilayah Depok dikenakan retribusi pembuangan sebesar Rp. 6.000/m³.

3.3.2. Aspek Institusional

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 tahun 2008 tentang struktur organisasi perangkat daerah, menyatakan bahwa unsur pelaksana Pemerintah Kota Depok yang berkepentingan dalam bidang kebersihan di lingkungan Kota Depok adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok.

3.3.3. Cakupan Pelayanan

Timbulan sampah perkotaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tersedianya prasarana dan sarana yang dipergunakan penduduk dalam kegiatan sehari-harinya guna memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan Standar SK. SNI S - 04 – 1991- 03 Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara 2,75 - 3,25 lt/org/hari dan berdasarkan perhitungan hasil konsultan terdahulu bahwa produksi sampah per hari per orang 2,65 liter ( skala kota ) dengan dasar timbulan tersebut (liter/orang/hari) maka pada tahun 2007 dapat dihitung timbulan sampah total dengan jumlah penduduk kota Depok adalah 1.470.002 jiwa diperkirakan jumlah timbulan sampah perhari adalah 4.265 m3/hari. Sampah yang terangkut 900 m3/hari, sampah yang tidak terangkut 3.665 m3/hari.

Seperti kota-kota lain di Indonesia dan daerah tropis lainnya , sampah di Kota Depok akibat aktifitas penduduk. Karenanya karakteristik sampah di kota depok termasuk dalam katagori sampah organik yang cenderung mudah membusuk. Komponen organik yang ada adalah 72,97 % di dalam sampah yang di bawa ke TPA Kota Depok. Sedangkan 26,03 % lainnya adalah anorganik yang karakteristiknya berupa bahan bahan sebagai berikut pada Tabel 3.19.

Sampah (%) Penguraian (Pelapukan) *)

1 Bahan organik 72,97 2 – 7 minggu

2 Kertas 7,07 3 – 6 bulan

3 Kaca/Beling/Gelas 1,25 1 juta tahun

4 Plastik 3,57 > 100 tahun

5 Logam 1,37 > 100 tahun

6 Kayu 3,65 1 – 13 tahun

7 Kain 2,40 6 bulan – 1 tahun

8 Karet 1,24 -

9 Lain-Lain 6,38 -

Jumlah 100,00

Sumber : Studi ANDAL TPA Cipayung, 2002 & *) : West Java ASER, 2001

Meskipun kandungan organik dari sampah tinggi, keadaannya / bentuknya tidak cukup ekonomis untuk dipisahkan guna pengomposan. Kebanyakan sisa plastik yang ada di aliran sampah tidak dalam bentuk yang normal untuk di daur ulang di Indonesia.

Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah rumah tangga, pasar, Komersial/jalan dan Industri/rumah sakit dimana timbulan sampah yang dihasilkan adalah 4.265 m³/hari. Untuk wilayah komersial dan pemukiman masih dikelola secara tradisional. Secara garis besar sumber timbulan sampah di wilayah Kota Depok terbagi seperti dapat dilihat pada Tabel 3.20.

Tabel 3.20 Timbulan Sampah di Kota Depok

Kecamtan M3/hari Sawangan 440 Pancoran Mas 713 Sukmajaya 907 Cimanggis 1.068 Beji 371 Limo 396 Dinas Pasar 370 Jumlah 4.265

ini menangani di Unit Pengolahan Sampah (UPS).

Beberapa komponen dari aliran sampah kota ini dikelola secara terpisah oleh pihak pihak yang pada dasarnya informal meliputi :

1. Produk yang dapat didaur ulang; 2. Barang yang dapat dijual kembali; dan 3. Material konstruksi dan bongkaran.

Transportasi hasil pengumpulan sampah ke TPA dilakukan dengan menggunakan berbagai kendaraan termasuk truk biasa, dump truk, armroll truk dengan kontainer terpisah dan truk pemadat (compactor trucks). Di Kota Depok hanya ada dump truk dan arm roll, baik yang dikelola oleh DKP maupun langsung oleh Dinas Pasar.

Sistem pengangkutan sampah di Kota Depok dilaksanakan dengan pemindahan langsung dari TPS–TPS sampah yang ada, kontainer atau lokasi tertentu yang belum ada TPS atau langsung dari rumah ke rumah atau dari toko/bangunan ke toko/bangunan dengan dump truk yang selanjutnya dibuang atau dibawa ke TPA sampah. Jenis kendaraan yang digunakan adalah dump truk sebanyak 47 unit dan kontainer 25 unit dilengkapi dengan arm roll sebanyak 10 unit dengan kondisi layak operasional.

Prasarana dan sarana yang ada untuk mengangkut Sampah yang telah dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok dengan serta jumlah ritasi setiap kendaraan adalah sebagai berikut :

1. Diangkut dengan dump truk

a. Volume dump truk = 6 M3

b. Volume efektif = 10 m3

c. Jumlah dump truk = 47 unit d. Jumlah Transfer Depo = 2 unit

e. Jumlah TPS = 120 unit

f. Bak sampah = 626 unit

g. Gerobak sampah = 158 unit

h. Ritasi dump truk = 2-3 rit/hari/unit 2. Diangkut dengan Arm Roll

c. Jumlah kontainer = 25 unit d. Jumlah Arm Roll = 10 unit

f. Ritasi Arm Roll = 2 - 3 rit/hari/unit

Tingkat pelayanan sampah yang dilakukan oleh pemerintah Kota Depok mencapai 45,81%, sementara potensi sampah yang belum terlayani mencapai 54,19%. Potensi pencemaran lingkungan dengan adanya penumpukan sampah dan pengelolaan sampah yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku masih cukup besar. Keterlibatan pihak swasta dalam penanganan persampahan di Kota Depok masih minim, sehingga diharapkan pemerintah kota dapat menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan mutu pelayanan persampahan di Kota Depok.

Sampah yang dilayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok diangkut menggunakan truk dengan kapasitas pengangkutan 8 hingga 12 m³/unit. Jumlah truk yang masuk ke TPA (tempat pembuangan akhir) per hari mencapai 54 unit truk dengan layanan pengangkutan masing-masing truk sebanyak 2 kali ritasi. Dengan demikian diperoleh jumlah sampah yang terangkut sebesar 1.296 m³/hari.

Kota Depok selain memiliki 42 TPS yang tersebar di tiap kecamatan, dalam hal pengelolaan persampahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok memiliki Unit Pengelolaan Sampah (UPS) yang berfungsi sebagai salah satu upaya perwujudan Kota Depok terhadap undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan. Kota Depok memiliki 19 unit UPS (milik PEMKOT) yang telah beroperasi dan 5 unit UPS mandiri (hasil swadaya masyarakat setempat).

Jumlah sampah yang dikelola oleh UPS ini diperkirakan mencapai 30 m³/hari/unit (berdasarkan perhitungan DKP Kota Depok). Jumlah fasilitas UPS yang tersebar di seluruh kecamatan Kota Depok mencapai 19 unit. Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampah yang dikelola oleh UPS, yaitu mencapai 570 m³/hari. Pengelolaan sampah yang dilakukan di UPS ini berupa komposting dan pemanfaatan sampah plastik.

Pengelolaan persampahan di Kota Depok ada dua macam cara pengelolaan, antara lain : 1. Pengelolaan sampah terpadu dengan menggunakan tempat penampungan sampah 2. Unit pengelolaan sampah (UPS) untuk pengelolaan sampah di tingkat kawasan

Sementara itu sistem pelayanan pengangkutan sampah yang saat ini digunakan di Kota Depok, diantaranya :

1. Sistem Transferdipo, yaitu pengangkutan sampah dengan menggunakan mobil sampah dimana sampah yang akan dianggut sebelumnya dikumpulkan terlebih dahulu disuatu tempat, kemudian akan diambil oleh mobil sampah (tukang gerobak menunggu mobil yang hendak mengangkut sampah). Sistem ini cenderung digunakan untuk melayani wilayah perkotaan, kantpr-kantor, rumah sakit, sekolah, dan perumahan, misalnya yang ada di ruas Jalan Merdeka.

2. Sistem pengangkutan sampah melalui TPS (hanya melayani wilayah yang memiliki TPS).

3. Sistem door to door, dimana mobil sampah akan mengambil sampah ke tiap permukiman warga. Metode ini digunakan untuk melayani masyarakat baik yang berada di wilayah perumahan maupun non perumahan.

3.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi

Dalam operasional pengangkutan sampah di Kota Depok, Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Depok ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ditampilkan pada Tabel 3.21 berikut ini.

1 TPA 1 (luas 11,6 Ha) 2 TPS 42 3 Kontainer 41 4 Transfer Depo 2 5 Truk sampah 48 6 Arm roll 11 7 Alat berat 5 8 Gerobak sampah 319

9 Tong sampah terpisah 527

10 UPS (yang beroperasional) 19

11 UPS (mandiri) 5

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2010

Sementara itu untuk melayani pengangkutan persampahan di tiap kecamatan, Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Depok menempatkan beberapa TPS dibeberapa lokasi. Jumlah TPS yang tersebar di tiap kecamatan ditampilkan pada Tabel 3.22 berikut ini.

Tabel 3.22 Jumlah Fasilitas TPS dan UPS di Tiap Kecamatan

No Kecamatan Fasilitas TPS UPS (PEMKOT) UPS (mandiri) 1 Cimanggis 3 4 1 2 Tapos 4 - - 3 Sukmajaya 5 2 - 4 Cilodong 1 - - 5 Sawangan 5 1 1 6 Bojong sari 4 - - 7 Pancoran mas 15 3 2 8 Limo 1 4 - 9 Cinere 1 - 1 10 Beji 1 1 - 11 Cipayung 2 4 -

juga perilaku masyarakat yang mencerminkan kurang pedulinya dengan kesehatan lingkungan yang terkait dengan masalah persampahan.

Selain itu juga ditemukan beberapa penumpukan sampah liar yang tersebar di beberapa kecamatan, seperti yang tampak pada Tabel 3.23 berikut.

Tabel 3.23 Sebaran penumpukan sampah liar No Kecamatan Jumlah Sampah liar

(titik) 1 Cimanggis 1 2 Tapos 3 3 Sukmajaya 29 4 Cilodong 4 5 Sawangan 2 6 Bojong sari 7 7 Pancoran mas 4 8 Limo 6 9 Cinere 2 10 Beji 1 11 Cipayung 2

Sumber : Profil Sanitasi Kota Depok, 2010

Pewadahan sampah di Kota Depok dapat dibedakan berdasarkan besarannya. Untuk pewadahan rumah tangga biasanya menggunakan bin / bak sampah, lubang di pagar, pojokan jalan atau didalam kantong kantong plastik yang diikat dan TPS. Dalam hal ini sampah pada umumnya tidak terpilah, baik antara organik dan an organik bahkan dengan sampah beracun seperti battery misalnya.

Pasar; pewadahan di pasar pada umumnya tidak teratur terutama yang berada diluar lokasi. Selain itu kebanyakan kios / los di pasar menggunakan keranjang yang langsung diangkut oleh petugas menuju TPS pasar. Sedangkan dari daerah komersial untuk pewadahan biasanya menggunakan bin / bak sampah besar atau TPS.

ke TPS. Sedangkan sampah sisa produksi umumnya langsung ditampung oleh pihak yang akan menggunakan, kecuali sampah B3 yang harus dibuang ke PPLI Cileungsi.

Jalan, sungai dan taman; umumnya untuk sampah ini memerlukan penanganan khusus misalnya penyapuan untuk jalan dan taman serta pengerukan sungai. Dibeberapa tempat sudah disediakan bin bin yang terpisah untuk sampah organik (basah / membusuk) dan an organik (kering / tidak membusuk). Sampah sampah semacam ini sebetulnya merupakan beban tersendiri bagi pembiayaan persampahan karena tidak tercover dalam retribusi.

Sampah rumah sakit, puskesmas dan institusi kesehatan lainnya terdiri dari sampah domestik dan non domestik berupa sampah medis. Sampah medis umumnya termasuk sampah berbahaya, dapat bersifat infeksius atau benda tajam seperti jarum suntik dan pisau bedah serta racun misalnya obat obatan kadaluwarsa. Sampah domestik biasanya

Dalam dokumen BAB III PROFIL SANITASI KOTA DEPOK (Halaman 53-77)

Dokumen terkait