• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Limpasan dan Pengisian Air Tanah

Nilai CHlebih merupakan nilai dalam bentuk limpasan dan pengisian air tanah. Limpasan dan pengisian air tanah merupakan potensi air yang dapat dimanfaatkan. Limpasan dan pengisian air tanah dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan penduduk dengan cara yang berbeda. Metode konservasi yang dapat dilakukan adalah mengembalikan wilayah hutan dengan penghijauan atau pembuatan lubang resapan biopori, sumur resapan, dan kolam resapan

Lubang resapan biopori merupakan teknologi yang mudah dan murah. Lubang resapan biopori merupakan lubang sedalam 1 m dengan diameter 10 cm. lubang biopori dapat menambah luasan resapan air ke dalam tanah yang semula 78.5 cm2 setelah menjadi lubang resapan biopori sedalam 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm2. Gambar tipikal lubang resapan biopori dapat dilihat pada Gambar 8.

25 Pembuatan sumur resapan juga efektif dalam pengelolaan limpasan dan pengisian air tanah. Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan tetapi dialirkan melalui pipa kemudian ditampung kedalam sumur resapan. Akibatnya air hujan tidak menyebar ke halaman atau langsung terbuang ke selokan sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan permukaan.

Sumur resapan adalah bangunan berupa sumur galian yang berfungsi untuk menampung sementara air hujan maupun air buangan limbah rumah tangga agar meresap kedalam tanah. Prinsip tampung airnya adalah vertikal kebawah permukaan tanah dan peresapan airnya ke arah vertikal (ke bawah seluas penampang sumur) dan horizontal. Sumur resapan efektif digunakan pada daerah yang muka air tanahnya cukup dalam dan area lahan yang digunakan untuk bangunan peresapan tidak terlalu luas (Handojo, 2008).

Menurut Handojo (2008), manfaat sumur resapan antara lain mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah/mengurangi terjadinya banjir dan genangan air, mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah, mengurangi erosi dan sedimentasi, mengurangi/menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, mencegah penurunan tanah, dan mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. Gambar tipikal sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Tipikal sumur resapan

Selanjutnya, kolam resapan juga dapat digunakan sebagai solusi dalam pengelolaan limpasan. Konsep kolam resapan secara garis besar sama dengan

26

sumur resapan. Hanya saja, pada kolam resapan air dikumpulkan secara komunal dari beberapa rumah atau perumahan. Kolam resapan dapat menampung lebih banyak air limpasan dibandingkan sumur resapan. Kolam resapan selain untuk bangunan pengelola limpasan dapat juga sebagai rekreasi masyarakat. Dimensi kolam resapan yang memungkinkan dibangun pada DAS cisarua adalah 15 x 10 meter dengan kedalaman 2 meter. Gambar tipikal kolam resapan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Tipikal kolam resapan

Kondisi DAS yang ideal untuk wilayah hulu, perbandingan antara limpasan dan pengisian air tanah sebesar 35% : 65%. Pada DAS Cisarua tahun 2009 perbandingan antara limpasan dan pengisian air tanah sebesar 43%: 57%. Untuk mencapai kondisi yang ideal tersebut, maka diperlukan tindakan konservasi pada DAS cisarua diantaranya melakukan penghijauan dan mengembalikan luas hutan. Luas hutan yang ideal untuk mencapai target tersebut adalah 40% dari luas DAS. Tahun 2009 luas hutan DAS cisarua hanya 21.33%, maka perlu dilakukan penambahan luas hutan sebesar 18.67% untuk mengembalikan kondisi DAS yang ideal. Akan tetapi, penambahan luas hutan pada era kini agak mustahil dilakukan karena manusia cenderung membangun yang mengakibatkan menurunnya luas hutan. Oleh karena itu, tindakan konservasi yang dapat dilakukan adalah melalui bangunan sipil teknis yang telah dijelaskan diatas. Nilai limpasan pada DAS Cisarua tahun 2009 sebesar 562.98 mm/tahun. Kondisi ideal yang diinginkan adalah sebesar 447.83 mm/tahun. Maka limpasan perlu dikurangi sebesar 115.15 mm/tahun. Lubang resapan biopori mempunyai daya serap sebesar 0.6 lt/mnt, sumur resapan sebesar 6.5 lt/mnt, dan untuk kolam resapan mempunyai volume

27 resapan sebesar 277500 lt. Dengan kapasitas tersebut, maka perlu dibuat lubang resapan biopori sebanyak 32190 unit, sumur resapan sebanyak 4740 unit, dan kolam resapan sebanyak 10 unit. Asumsi untuk jumlah unit per rumah adalah sebesar 10 unit/rumah untuk lubang resapan biopori dan 2 unit/rumah untuk sumur resapan. Sedangkan untuk kolam resapan sebanyak 3 unit/desa. Jumlah tersebut dapat mangurangi nilai limpasan sehingga dapat mencapai target kondisi DAS yang ideal. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup no. 12, 62, dan 69 tahun 2009 tentang pemanfaatan dan pemanenan curah hujan telah mengatur tata cara dan tata letak pembuatan bangunan pengelola limpasan untuk mencegah banjir.

V.

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

1. Status daya dukung lingkungan DAS Cisarua tergolong kedalam overshoot (telah terlampaui) dengan nilai water footprint sebesar 829.47 x 106 m3/kap/tahun dan ketersediaan air sebesar 46.60 x 106 m3/kap/tahun sehingga terjadi defisit sebesar 782.87 x 106 m3/kap/tahun. Perbandingan kebutuhan dan ketersediaan air sebesar 0.02.

2. Perubahan penutupan lahan dari tahun 2006 ke tahun 2009 pada DAS Cisarua menyebabkan penurunan kapasitas simpan air sebesar 21.12 mm atau 7.31% dibandingkan tahun 2006. Hal ini berakibat pada peningkatan CHlebih sebesar 52.96 mm atau 4.31% dibandingkan tahun 2006. Peningkatan limpasan yang terjadi sebesar 60.09 mm atau meningkat 11.94% dan penurunan pengisian air tanah yang terjadi sebesar 7.13 mm atau menurun 0.98% dibandingkan tahun 2006.

3. Dalam pengelolaan kelebihan limpasan pada DAS cisarua dapat dilakukan konservasi dengan membangun lubang resapan biopori, sumur resapan, dan kolam resapan. Untuk mengurangi limpasan permukaan sebesar 115.15 mm/tahun, jumlah lubang resapan biopori yg diperlukan sebanyak 32190 unit, sumur resapan sebanyak 4740 unit, dan kolam resapan sebanyak 10 unit untuk mencapai kondisi DAS yang ideal atau melakukan penghijauan dengan menambah luas hutan sebesar 18.67% dari tahun 2009.

5.2Saran

1. Perlu upaya untuk pengelolaan kelebihan limpasan yaitu melalui kegiatan penghijauan, pemeliharaan, dan penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis, pada lahan kritis dan tidak produktif.

2. Model kurva neraca air yang telah dihasilkan dalam penelitian ini dapat dikaji lebih lanjut untuk menentukan kondisi penutupan lahan yang ideal.

28

Dokumen terkait