• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PENDIDIKAN Bagian Pertama

Umum Pasal 63 (1) Pengelolaan Pendidikan dilakukan oleh:

a. Pemerintah;

b. Pemerintah Daerah;

c. Badan hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan badan hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal;

d. Satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal.

(2) Pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan pada:

a. Pemerataan akses pendidikan dan pencapaian standar minimal mutu layanan pendidikan;

b. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan;

c. Peningkatan efektivitas, efisiensi, akuntabilitas, dan pencitraan publik.

Pasal 64

(1) Pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 didasarkan pada program kerja dan anggaran tahunan yang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Program kerja dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disusun oleh Pemerintah Daerah didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

(3) Program kerja dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disusun badan hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan/atau badan hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal didasarkan pada rencana strategis masingmasing mengacu pada RPJMD dan RPJPD. (4) Program kerja dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) yang disusun satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal didasarkan pada rencana strategis masing-masing yang mengacu pada RPJMD dan RPJPD.

Bagian Kedua

Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah Pasal 65

(1) Bupati bertanggung jawab dalam mengelola sistem pendidikan di daerah dan menetapkan kebijakan daerah dalam bidang pendidikan sesuai dengan kewenangan.

(2) Kebijakan daerah di bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan sekurang-kurangnya dalam:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD); dan c. Peraturan Perundang-undangan daerah bidang pendidikan.

(3) Kebijakan daerah di bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mengikat:

a. Semua Perangkat Daerah;

b. Badan hukum penyelenggara satuan pendidikan; c. Satuan pendidikan yang belum berbadan hukum;

d. Penyelenggara pendidikan formal, nonformal dan informal; e. Dewan Pendidikan Kabupaten;

b. Pendidik dan tenaga kependidikan;

c. Komite sekolah atau nama lain yang sejenis; d. Peserta didik;

e. Orangtua/wali peserta didik; f. Masyarakat;

g. Pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikan. Pasal 66

(1) Pemerintah Daerah mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan penyelenggara satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sesuai dengan kebijakan nasional bidang pendidikan dan kebijakan daerah bidang pendidikan dalam kerangka pengelolaan sistem pendidikan nasional.

(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam :

a. menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Non Formal;

b. memfasilitasi penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Menengah, Pendidikan Non-Formal, Pendidikan Informal, Pendidikan Bertaraf Internasional dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, Pusat Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Pendidikan Keagamaan yang diselenggarakan masyarakat;

c. mengkoordinasikan penyelenggaraan pendidikan, pembinaan, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, untuk pendidikan formal, nonformal dan informal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat;

d. menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar dan rintisan wajib belajar 12 (dua belas) tahun ;

e. menuntaskan program buta aksara;

f. mendorong percepatan pencapaian target nasional bidang pendidikan di daerah;

g. mengembangkan kurikulum pada setiap jenjang dan satuan pendidikan;

h. mengevaluasi dan memonitor penyelenggara dan pengelola satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan jalur pendidikan nonformal untuk pengendalian dan penjaminan mutu pendidikan;

i. mengembangkan dan melestarikan pendidikan seni budaya setempat serta budaya daerah lainnya.

Pasal 67

(1) Pemerintah Daerah mengembangkan dan melaksanakan sistem informasi pendidikan daerah secara online dan sejalan dengan sistem informasi pendidikan nasional yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional.

(2) Sistem informasi pendidikan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup data dan informasi pendidikan pada semua jalur, jenjang, jenis, satuan, program pendidikan.

(3) Pemerintah daerah mendorong satuan pendidikan untuk mengembangkan dan melaksanakan Sistem Informasi Pendidikan sesuai dengan kewenangan.

(4) Sistem informasi pendidikan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirancang untuk menunjang pengambilan keputusan, kebijakan pendidikan yang dilakukan Pemerintah Daerah dan dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan.

Bagian Ketiga

Pengelolaan oleh Badan Hukum Penyelenggara Satuan Pendidikan Formal dan Pendidikan Nonformal

Pasal 68

(1) Badan hukum penyelenggara satuan pendidikan formal dan/atau badan hukum penyelenggara pendidikan nonformal bertanggungjawab terhadap satuan dan/atau program pendidikan yang diselenggarakan. (2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. menjamin ketersediaan sumber daya pendidikan secara teratur dan berkelanjutan bagi terselenggaranya pelayanan pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan;

b. menjamin akses pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memenuhi syarat sampai batas daya tampung satuan pendidikan; c. mensupervisi dan membantu satuan dan/atau program pendidikan

yang diselenggarakannya dalam melakukan penjaminan mutu, dengan berpedoman pada kebijakan nasional bidang pendidikan, standar nasional pendidikan, dan pedoman penjaminan mutu yang diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional;

d. memfasilitasi akreditasi satuan dan/atau program pendidikan oleh (UPA) Unit Pelayanaan akreditasi, sekolah/madrasah;

e. membina, mengembangkan, dan mendayagunakan pendidik dan tenaga kependidikan yang berada di bawah binaan pengelola.

Bagian Keempat

Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Pasal 69

Pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi perencanaan program, penyusunan dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, penyelenggaraan pembelajaran, pendayagunaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasarana, penilaian hasil belajar,

pengendalian, pelaporan dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan lainnya sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah satuan pendidikan nonformal.

Pasal 70

(1) Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah sesuai yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan mengarah pada pendidikan yang berwawasan dan berbudaya lingkungan hidup.

(2) Manajemen berbasis sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pada prinsip kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.

BAB VI KURIKULUM

Pasal 71

(1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.

(2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada jalur pendidikan nonformal, pendidikan berbasis keunggulan lokal menggunakan standar nasional pendidikan dan standar kompetensi dan kompetensi dasar ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan.

(3) Kurikulum pendidikan bertaraf internasional mengacu pada standar nasional pendidikan yang diperkaya dengan standar pendidikan negara maju.

Pasal 72

(1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada satuan pendidikan dasar, pendidikan menengah dan jalur pendidikan nonformal dapat dikembangkan dengan standar yang lebih tinggi dari standar nasional pendidikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dasar, menengah, dan nonformal disusun dan dikembangkan oleh satuan pendidikan masing-masing yang difasilitasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

(3) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dasar, menengah, dan nonformal sebelum dipergunakan terlebih dahulu diverifikasi dan kemudian disahkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

(4) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. berbasis kompetensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungan;

b. beragam dan terpadu

c. terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya;

d. relevan dengan kebutuhan kehidupan; e. menyeluruh dan berkesinambungan; f. belajar sepanjang hayat;

g. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan dan

pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Bupati.

Pasal 73

(1) Satuan pendidikan formal pada tingkat pendidikan dasar dan menengah memberikan penekanan khusus untuk mata pelajaran ilmu dasar teknologi yang terdiri dari:

a. matematika b. IPA

c. kewirausahaan d. bahasa Asing

(2) Guru mata pelajaran dan atau guru kelas yang melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat memperoleh dana insentif atau perbaikan penghasilan khusus l dari APBD dan masyarakat.

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan kurikulum mata pelajaran dan pemberian dana insentif atau perbaikan penghasilan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai Standar Nasional Pendidikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII EKSTRAKURIKULER

Bagian Pertama

Organisasi Siswa Intra Sekolah Pasal 74

(1) Satuan pendidikan formal SMP/MTS/SMA/MA/SMK wajib mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan ekstrakurikuler Organisasi Siswa Intra Sekolah berfungsi dalam kerangka pengembangan potensi diri peserta didik.

(2) Organisasi Siswa Intra Sekolah sebagaimana dimaksud ayat (1) melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler dengan materi pembinaan kesiswaan meliputi:

a. Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; b. Budi pekerti luhur atau akhlak mulia;

c. Kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara;

e. Demokratis, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat majemuk;

f. Kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan; g. Kualitas jasmani dan kesehatan;

h. Sastra dan budaya;

i. Teknologi informasi dan komunikasi;

(3) Pembentukan dan pembinaan bakat serta minat peserta didik dalam kegiatan Organisasi Intra Sekolah dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional.

(4) Satuan pendidikan wajib menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam semua kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah. (5) Pembinaan untuk tingkat propinsi, nasional dan internasional menjadi

tanggung jawab pemerintah Daerah.

Bagian Kedua Olimpiade Sains

Pasal 75

(1) Satuan pendidikan formal SD/MI/SMP/MTS/SMA/MA/SMK mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan ekstrakurikuler bidang Olimpiade Sains Nasional berfungsi dalam kerangka pengembangan potensi diri peserta didik.

(2) Bidang Olimpiade Sains Nasional sebagaimana dimaksud ayat (1) teridiri dari:

a. matematika; b. sains (SD/MI); c. fisika;

e. kimia; f. ekonomi;

g. informatika/komputer; h. astronomi;

i. kebumian.

(3) Pembentukan dan pembinaan bakat serta minat peserta didik dalam kegiatan Olimpiade Sains Nasional dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional.

(4) Tenaga-tenaga profesional yang melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (2) memperoleh dana insentif atau perbaikan penghasilan khusus yang bersumber dari APBD dalam bentuk Bantuan Oprasional Sekolah dan/atau masyarakat.

(5) Pembinaan untuk tingkat propinsi, nasional dan internasional menjadi tanggung jawab pemerintah Daerah.

Bagian Ketiga

Olimpiade Olah Raga Siswa Pasal 76

(1) Satuan pendidikan formal SD/MI/SMP/MTS/SMA/MA/SMK wajib mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan ekstrakurikuler cabang Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional berfungsi dalam kerangka pengembangan potensi diri peserta didik. (2) Cabang Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional sebagaimana dimaksud

ayat (1) teridiri dari: a. senam;

b. karate; c. pencak silat; d. atletik; e. tenis meja;

f. tenis lapangan; g. bridge; h. bulu tangkis; i. bola volly; j. bola basket; k. sepak bola; l. renang; m. sepak takraw; n. catur; o. futsal.

(3) Kegiatan Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional sebagaimana dimaksud ayat (2) peserta didik dapat memilih sesuai bakat berdasarkan rekomendasi guru bimbingan konsling dan/atau hasil sidik jari;

(4) Pembentukan dan pembinaan bakat serta minat peserta didik dalam kegiatan Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional.

(5) Pembinaan untuk tingkat propinsi, nasional dan internasional menjadi tanggung jawab pemerintah Daerah.

Bagian Keempat

Festival Olimpiade Seni Siswa Pasal 77

(1) Satuan pendidikan formal SD/MI/SMP/MTS/SMA/MA/SMK wajib mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan ekstrakurikuler Festival Olimpiade Seni Siswa Nasional berfungsi dalam kerangka pengembangan potensi diri peserta didik. (2) Festival Olimpiade Seni Siswa Nasional sebagaimana dimaksud ayat (1)

a. seni lukis; b. olah vokal; c. nyanyi solo; d. seni; e. musik/kerawitan; f. angklung; g. menulis cerpen; h. cipta/baca puisi; i. mendongeng; j. seni tari; k. seni pahat; l. seni teater/pantomin.

(3) Kegiatan Festival Olimpiade Seni Siswa Nasional sebagaimana dimaksud ayat (2) peserta didik dapat memilih sesuai bakat berdasarkan rekomendasi guru bimbingan konsling dan/atau hasil sidik jari;

(4) pembentukan dan pembinaan bakat serta minat peserta didik dalam kegiatan Festival Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional

(5) Pembinaan untuk tingkat propinsi, nasional dan internasional menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten Bandung.

Bagian Kelima Lomba Kompetensi Siswa

Pasal 78

(1) Satuan pendidikan formal SMK wajib mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan ekstrakurikuler Lomba Kompetensi Siswa berfungsi dalam kerangka pengembangan potensi diri peserta didik.

(2) Kegiatan Lomba Kompetensi Siswa sebagaimana dimaksud ayat (1) peserta didik dapat memilih sesuai program keahlian yang dilombakan berdasarkan rekomendasi guru mata pelajaran, bimbingan konseling dan/atau hasil sidik jari.

(3) Kegiatan lomba kompetensi siswa SMK dimulai dari tingkat sekolah, UPTD tingkat Kabupaten,Tingkat Propinsi tingkat nasional dan internasional.

(4) Pembentukan dan pembinaan bakat serta minat peserta didik dalam kegiatan Lomba Kompetensi Siswa dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional.

(5) Pembinaan untuk tingkat propinsi, nasional dan internasional menjadi tanggung jawab pemerintah Daerah.

Bagian Keenam

Gelar Prestasi dan Bela Negara Pasal 79

(1) Satuan pendidikan formal SMK wajib mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan ekstrakurikuler Gelar Prestasi dan Bela Negara berfungsi dalam kerangka pengembangan potensi diri peserta didik.

(2) Kegiatan Gelar Prestasi dan Bela Negara sebagaimana dimaksud ayat (1) peserta didik dapat memilih sesuai bakat berdasarkan rekomendasi guru mata pelajaran, bimbingan konsling dan/atau hasil sidik jari. (3) Pembentukan dan pembinaan bakat serta minat peserta didik dalam

kegiatan Gelar Prestasi dan Bela Negara dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional.

Bagian Ketujuh Pramuka Pasal 80

(1) Satuan pendidikan formal SD/MI/SMP/MTS/SMA/MA/SMK wajib mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka berfungsi dalam kerangka pengembangan potensi diri peserta didik.

(2) Pramuka sebagaimana dimaksud ayat (1) teridiri dari tingkat siaga, penggalang, penegak, dan pandega.

(3) Kegiatan Pramuka sebagaimana dimaksud ayat (2) peserta didik wajib mengikuti sesuai dengan jenjang pendidikan.

(4) Pembentukan dan pembinaan bakat serta minat peserta didik dalam kegiatan kepramukaan dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional. (5) Satuan pendidikan wajib menyediakan sarana dan prasarana yang

diperlukan dalam semua kegiatan Pramuka.

Bagian Kedelapan

Usaha Kesehatan Sekolah dan Palang Merah Remaja Pasal 81

(1) Satuan pendidikan formal SD/MI/SMP/MTS/SMA/MA/SMK wajib mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan ekstrakurikuler Usaha Kesehatan Sekolah dan Palang Merah Remaja berfungsi dalam kerangka pengembangan potensi diri peserta didik.

(2) Usaha Kesehatan Sekolah sebagaimana dimaksud ayat (1) kegiatan terdiri dari kesehatan, kebersihan, dan lingkungan hidup.

(3) Palang Merah Remaja sebagaimana dimaksud ayat (1) teridiri dari tingkat mula, tingkat madya, dan tingkat wira.

(4) Usaha Kesehatan Sekolah dan Palang Merah Remaja sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) peserta wajib diikuti oleh peserta didik.

(5) Pembentukan dan pembinaan bakat serta minat peserta didik dalam kegiatan Kesehatan Sekolah dan Palang Merah Remaja dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional dibidangnya.

(6) Satuan pendidikan wajib menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam semua kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3).

BAB VIII

Dokumen terkait