• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait, antara lain ditunjukkan dengan masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi dan antar daerah serta partisipasi masyarakat yang belum optimal dalam pengelolaan DAS yang berujung pada kerusakan DAS yang semakin mengkhawatirkan.

Budiharso ( 2008 ), mengemukakan DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat kompleks dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai peruntukan. Dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan sumberdaya darat. Sehingga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada hubungan antar kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Perubahan kualitas dan kuantitas air sungai akibat perubahan tutupan lahan berpengaruh terhadap resiko penyakit bawaan air terhadap penduduk yang tinggal di sepanjang sungai DAS, dari hulu sampai ke hilir. Perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak diikuti dengan pembangunan fasilitas pengolahan air limbah yang memadai akan menyebabkan memburuknya kualitas air sungai untuk keperuntukan sumber air minum, budidaya ikan air tawar, pertanian dan pariwisata.

Degradasi kondisi DAS ditandai dengan semakin seringnya terjadi peristiwa banjir, tanah longsor dan kekeringan diakibatkan oleh pesatnya pemanfaatan

sumberdaya alam yang kurang terkoordinasi, telah menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Kecendrungan tersebut semakin meningkat pada era otonomi daerah, menimbulkan kerugian nasional yang sangat besar berupa kerusakan infrastruktur sosial ekonomi, rusaknya berbagai asset pembangunan dan pada gilirannya menyebabkan terganggunya tata kehidupan msyarakat.Disisi lain, tidak bisa dipungkiri dalam konteks kebijakan makro, lebih–lebih kecenderungan ini meningkat pada era ekonomi daerah, pengelolaan sumberdaya alam pada DAS lebih diorientasikan pada peran perkembangan ekonomi dan mengabaikan wawasan lingkungan. Akibatnya kerusakan lingkungan yang seharusnya tidak terjadi malah menimbulkan kerusakan hutan dan lahan yang cukup parah pada daerah hulu dan semakin meluasnya daerah kritis. Sementara itu, terjadinya pertambahan penduduk dan meningkatkan berbagai aktivitas ekonomi dan sosial, telah menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan terhadap kualitas lingkungan. Kebutuhan terhadap lahan untuk menampung segala aktivitas semakin bertambah dan eksploitasi kekayaan alam semakin meningkat, kualitas dan kelanjutan sumberdaya air pada gilirannya menyebabkan langkanya air pada beberapa daerah tempat dalam kawasan DAS (Budiharso, 2008).

Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteran manusia. Selain itu pengelolaan DAS dipahami sebagai suatu

proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat produksi tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, yang dalam hal ini termasuk identifikasi keterkaitan antara tataguna lahan, tanah dan air, dan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS.

Pada prinsipnya kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara terpadu merupakan hal yang sangat penting dalam rangka mengurangi dan menghadapi permasalahan sumberdaya air baik dari segi kualitas dan kuantitasnya. Kebijakan ini oleh karenanya merupakan bagian terintegrasi dari kebijakan lingkungan yang didasarkan pada data akademis maupun teknis, beragamnya kondisi lingkungan pada beberapa daerah dan perkembangan ekonomi dan sosial sebagai suatu keseluruhan dimana perkembangan daerah, dengan beragamnya kondisi, maka beragam dan spesifik juga solusinya. Keberagaman ini harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa perlindungan dan penggunaan DAS secara berkelanjutan ada dalam suatu rangkaian kerangka kerja.

Permasalahan pengelolaan DAS dapat dilakukan melalui suatu pengkajian komponen komponen DAS dan penelusuran hubungan antar komponen yang saling berkaitan, sehingga tindakan pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan tidak hanya bersifat parsial dan sektoral, tetapi sudah terarah pada penyebab utama kerusakan dan akibat yang ditimbulkan, serta dilakukan secara terpadu. Salah satu persoalan pengelolaan DAS dalam konteks wilayah adalah letak hulu sungai yang

biasanya berada pada suatu kabupaten tertentu dan melewati beberapa kabupaten serta daerah hilirnya berada di kabupaten lainnya. Oleh karena itu, daerah–daerah yang dilalui harus memandang DAS sebagai suatu sistem terintegrasi, serta menjdi tanggung jawab bersama.

Pada dasarnya pengelolaan DAS merupakan upaya manusia untuk mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya air bagi manusia secara berkelanjutan. Hasil–hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa peran serta masyarakat terhadap pengelolaan DAS belum optimal. Meskipun keberadaan DAS secara hukum formal tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1970 tentang perencanaan hutan, akan tetapi pengelolaan DAS belum memberikan penyelesaian yang menyeluruh atas konflik–konflik yang timbul sebagai konsekuensi dari tekanan pertumbuhan populasi dan ekonomi dengan usaha–usaha perlindungan lingkungan. Hal ini ditambah dengan belum jelasnya tata ruang secara menyeluruh juga telah menambah beban atas berbagai konflik kepentingan. Konflik DAS sebagai unit perencanaan dan pengelolaan saat ini belum dihubungkan dengan pembangunan dalam arti luas. Hingga saat ini belum ada kelembagaan utuh atau forum tentang pengelolaan DAS yang benar-benar mempunyai aksi nyata di lapangan.

Masih banyaknya kasus pembuangan limbah padat ke sungai menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya tentang arti penting DAS sebagai sumber air bersih bagi masyarakat. Karena itu masih diperlukan kampanye penyadaran dan pendidikan tentang pentingnya penyelamatan dan

pelestarian DAS.Mengkaji Daerah Aliran Sungai dewasa ini tidak mungkin hanya didasarkan kepada satu atau beberapa undang-undang yang sejenis atau sebidang. Daerah aliran sungai harus dipandang sebagai satu kesatuan wilayah yang utuh menyeluruh yang terdiri dari pembuangan air limbah, daerah tangkapan air, sumber sumber air, sungai, danau, dan waduk, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah- pisahkan.Pada kenyataannya, masih banyak muara bahkan disepanjang DAS tersebut terdapat timbunan sampah yang sangat menganggu baik dalam hal nilai estetika maupun dalam lingkup kesehatan masyarakat yang berada disepanjang DAS. Hal ini akan berdampak pada menurunnya kualitas air sungai khususnya khususnya sungai. Hal ini disebabkan antara lain karena :

a. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memahami arti pentingnya sungai sebagai sumber kehidupan.

b. Belum adanya peraturan yang tegas mengenai kompensasi bagi masyarakat maupun pelaku ekonomi yang berada disepanjang DAS yang membuang sampah di DAS

c. Kurangnya keberadaan / ketersediaan TPS bagi masyarakat yang berada di DAS.

Dokumen terkait