• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelompokan Area Rekreasi Taman Balekambang Setelah Revitalisasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi

4.1.5 Pengelompokan Area Rekreasi Taman Balekambang Setelah Revitalisasi

Kelompok rekresai air ini sebagai daya tarik Taman Balekambang, setelah revitalisasi kelompok rekreasi air yang ada sebagai berikut :

1. Kolam air Partini Tuin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Kolam air Partinah 3. Balai Apung

b. Kelompok Rekreasi Hiburan

Kelompok rekreasi hiburan yang meliputi kesenian tradisional dan modern sering diadakan di Taman Balekambang dengan memanfaatkan kondisi dan potensi yang ada sekarang, seperti:

1. Hiburan rakyat dengan jenis hiburan kethoprak

2. Open Stage yang digunakan untuk pementasan seni ataupun event-event seni lainnya

c. Kelompok Rekreasi Alam

1. Botanical Garden Partinah Bosch sebagai area bermain dan wisata alam.

2. Outbond Area, masyarakat bisa menikmati outbond di Taman Balekambang 3. Taman Theurapic, masyarakat bisa melewati jalan refleksi sambil menikmati

segarnya udara yang ada di sekitar Hutan Partinah Bosch

Areal Taman Balekambang yang terletak di jalan Balekambang no. 1, Surakarta, setelah direvitalisasi pada tahun 2008 dibuka sebagai tempat wisata untuk umum, yang dapat dikunjungi pada pukul 07.00-18.00 WIB setiap hari.

Sejak Taman Balekambang direvitalisasi dan dibuka sebagai tempat rekreasi,tidak ada lagi kawasan Diskotik dan panti pijat yang dulunya pernah ada di kawasan ini. Dengan demikian, tidak lagi menenggelamkan citra Balekambang sebagai Taman Rekreasi Budaya. Penataan untuk Kantor Dinas Perikanan, Dinas Peternakan, dan juga Pasar Burung Depok sekarang lebih tertata dan rapi. Pasar Burung Depok yang ada disekitar Taman Balekambang menjadikan suasana lebih ramai dan hidup, karena setiap hari di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pasar Burung Depok ramai pengunjung. Kolam Air Tirtomoyo sekarang juga terpisah dengan Taman Balekambang, begitu pula FPOK UNS, namun justru terlihat rapi dan tertata.

Banyak pengunjung yang datang ke Taman Balekambang untuk menikmati rekreasi di Taman Balekambang. Selain itu, Taman Balekambang yang dibuka sebagai ruang publik tidak hanya sebagai tempat rekreasi, namun pengunjung dapat mengakses seni dan budaya, melalui event-event seni yang ada diadakan di Taman Balekambang

Event-event yang diadakan di Taman Balekambang tidak hanya seni dan budaya, namun sering digunakan untuk acara-acara perhelatan tertentu. Berikut aalah contoh-contoh event yang ada di Taman Balekambang :

· Event festival ketoprak yang biasanya untuk memperingati hari jadi Kota Solo di Bulan Februari

· Event ulang tahun Balekambang

· Festival seni budaya dan Balekambang Fair

· Event lebaran

· Ketoprak Balekambang di open stage area atau di Gedung Ketoprak yang dimainkan oleh Seniman Ketoprak Balekambang dan Seniman Muda Surakarta

· Acara Pramuka Sekolah

· Bazar Balekambang

· Solo Batik Carnival

· Acara Outbond

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

· Acara perhelatan, contohnya Jalan Sehat Bersama Bank Jateng, juga menyewa lahan Taman Balekambang, bisa membantu peningkatan Pendapatan Asli Daerah dengan sering disewanya lahan Balekambang untuk acara-acara khusus.

Pengunjung yang datang ke Taman Balekambang mengalami peningkatan pasca direvitalisasinya kawasan ini. Dengan demikian keberhasilan revitalisasi dapat jelas terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang, seringnya Taman Balekambang digunakan untuk event khusus, dan juga sering diadakannya event seni dan budaya di Taman ini. Hasil yang positif didapat dari revitalisasi taman Balekambang. Berikut data pengunjung tahunan Taman Balekambang sebelum dan sesudah revitalisasi :

Tahun 2005 : 9.490 orang Tahun 2006 : 25.700 orang Tahun 2007 : 13.255 orang Tahun 2008 : Masa Revitalisasi Tahun 2009 : 189.102 orang Tahun 2010 : 261.972 orang

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta (dalam bentuk angka)

4.2 Proses Revitalisasi Taman Balekambang 4.2.1 Awal mula Revitalisasi Taman Balekambang

Kawasan Taman Balekambang yang terletak di tengah Kota Solo, merupakan salah satu obyek wisata yang mempunyai potensi utama sebagai taman kota yang didalamnya memuat nilai historis, edukasi dan rekreasi. Potensi taman Balekambang tidak hanya karena memiliki nilai historis, tetapi juga memiliki nilai fungsional sebagai kawasan peresapan dan paru-paru kota, sebagai taman rekreasi dan edukasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Namun dalam perkembangannya, citra Taman Balekambang memudar dimata sebagian besar masyarakat, selain itu kondisi bangunan dalam kawasan tidak tertata dan mengalami kerusakan, taman yang ada didalam Balekambang juga tidak berfungsi dan kurang tertata, sehingga memberikan kesan kurang aman dan nyaman. Melihat kondisi yang ada di taman Balekambang pada saat itu, pemerintah juga masyarakat memperhatikan keberadaan kawasan Taman Balekambang yang memprihatinkan.

Revitalisasi Taman Balekambang merupakan salah satu perwujudan kebijakan strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta Tahun 2005-2010, yaitu Revitalisasi Obyek-obyek wisata.

Revitalisasi Taman Balekambang Surakarta merupakan salah satu perwujudan dari kebijakan strategi yang ditetapkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta. Gagasan untuk melakukan revitalisasi pada kawasan Taman Balekambang, juga merupakan salah satu perwujudan kebijakan Pemerintah Kota Solo tentang Solo kedepan adalah Solo Masa Lalu, yang ingin menjadikan Kota Solo sebagai Kota Budaya, dimana revitalisasi itu dilakukan sebagai upaya mempertahankan warisan budaya, dan mengembangkan potensi yang dimiliki Taman Balekambang.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Budi Purwanto selaku Kasubag Umum dan Kepegawaian, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta , yang juga secara langsung menangani permasalahan taman Balekambang, mengenai awal mula dilakukan revitalisasi di Taman Balekambang, sebagai berikut :

“Mulanya itu Pemkot melihat bahwa Balekambang saat itu tidak efektif dan tidak produktif, trus kurang terawat dan kurang terurus, nah dari situ Pemkot punya gagasan melaksanakan rencana umum tata ruang kota. Selain itu kan visi pemkot kan menjadikan Solo kedepan adalah Solo masa lalu. Setelah itu,kemudian bertemu dengan pihak-pihak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terkait ya seperti Keluarga Mangkunegaran,Bapeda,Dinas Tata Kota,DPU,Dinas Pariwisata,instansi terkait Pemkot. Dan mendapat sambutan baik dari pihak-pihak terkait.

Dari situ dibuat perumusan untuk SKPD pelaksana pembangunan fisik berada di bawah DTK( ketika itu sekarang namanya Dinas Tata Ruang Kota), lalu untuk inventarisasi penghuni dan sosialisasi pelaksanaan kegiatan dibawah Dinas Pariwisata, kecamatan dan kelurahan. Kebetulan saya sendiri berperan langsung pada waktu itu. Nah kemudian hasil inventarisasi itu untuk dirumuskan besaran pesangon/uang pindah untuk penghuni liar ataupun penghuni yang mempunyai surat ijin penempatan di Balekambang. Setelah semuanya itu bersih, baru semua bangunannya kan diratakan, kemudian direvitalisasi.”

(Pak Budi, Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Surakarta,12 November 2010)

Sedangkan Kepala Bidang Fisik Prasarana, BAPPEDA Kota Surakarta, menjelaskan kenapa Taman Balekambang direvitalisasi, sebagai berikut :

“Revitalisasi Taman Balekambang dilakukan karena kebijakan dari Pemerintah Kota Surakarta yang memiliki visi Solo Kedepan adalah Solo Masa Lalu, salah satunya dengan mempertahankan kelestarian bangunan peninggalan sejarah, termasuk obyek wisata yang memiliki nilai histori. Pelaksanaan dari kebijakannya itu dengan merevitalisasi obyek wisata, balekambang contohnya. Taman Balekambang harus di jaga kelestariannya sehubungan dengan adanya beberapa nilai/fungsi yang dapat dikembangkan untuk kepentingan sejarah, wisata maupun lingkungan.” (Bapak Nunung Nugroho, BAPEDA SURAKARTA, 2 Maret 2010)

Pada tahun 2008, Pemerintah Kota Surakarta melakukan revitalisasi Taman Balekambang. Revitalisasi Taman Balekambang merupakan bagian untuk melestarikan obyek wisata Taman Balekambang, sekaligus pemberdayaan aset Pemerintah Kota Surakarta sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan Kota Surakarta.

4.2.2 Tahapan dalam Revitalisasi Taman Balekambang

Tahapan atau langkah-langkah yang diamati dalam penelitian revitalisasi Taman Balekambang ini mendekati pada tahapan revitalisasi yang ada pada Pedoman Umum Program Penataan dan Revitalisasi Kawasan, Departemen Permukiman dan Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan , disesuaikan dengan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi Balekambang. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Nunung Nugroho selaku Kepala Bidang Fisik Prasarana, BAPEDA Surakarta, mengenai tahapan dalam revitalisasi Taman Balekambang, sebagai berikut :

“tahapan revitalisasi Balekambang itu melalui proses perencanaan,pelaksanaan,operasionalisasi. Dalam proses perencanaan itu meliputi identifikasi kawasan, identifikasi masalah, potensinya, baru perencanaan untuk pelaksanaan revitalisasi. Setelah itu pelaksanaannya dan operasionalisasinya. Pada saat tahap perencanaan itu hampir semua SKPD ikut, baru tahap pembangunan fisiknya dilaksanakan oleh dinas tata ruang kota, operasionalisasinya oleh dinas pariwisata. Pada awalnya semua tertampung di Bapeda, baru setelah itu Bapeda yang menunjuk siapa yang bekerja, seperti pembangunan fisik di dinas tata ruang kota.” ( Bapak Nunung, Bapeda Surakarta, 2 Maret 2010)

Tahapan revitalisasi taman Balekambang juga disampaikan oleh Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta :

“tahapannya setelah semua bangunan yang ada dalam kawasan Balekambang diratakan, baru menjalankan rencana pembangunan yang ada. Yang mengurusi dinas tata ruang kota dan Bapeda. Itu mulanya dibuat pagar bumi/keliling, lalu contur lahan supaya lahan simetris terbentuk, trus pembuatan gedung ketoprak, rehab kolam, patung partinah dan partini di rehab, yang lainnya sebagian ditata dan memperbaiki yang sudah ada.” (Bapak Budi Purwanto, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta)

Secara teori dan praktek, informasi yang disampaikan mengenai tahapan revitalisasi Taman Balekambang adalah benar dan sesuai, penulis mengikuti pendapat tahapan revitalisasi yang ada pada Taman Balekambang sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Nunung Nugroho, Kepala Bidang Fisik Prasarana, BAPPEDA Kota Surakarta.

Maka uraian tahapan revitalisasi Taman Balekambang, adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi budaya dan historis yang pernah dimiliki oleh suatu kawasan baik

pada setting kawasan ( bangunan dan ruang) maupun fungsi sosial, ekonomi dan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pemerintah Kota Surakarta dan Dinas terkait, dalam hal revitalisasi taman Balekambang, adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta . Melakukan identifikasi kawasan wisata, melakukan pengamatan dan pencatatan kawasan yang akan di revitalisasi. Masing-masing kawasan memiliki nilai historis dan fungsi yang berbeda. Kawasan wisata yang di identifikasi Pemerintah Kota Solo dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta adalah kawasan yang memang dipandang perlu untuk direvitalisasi, dengan mempertimbangkan nilai historis dan nilai fungsional yang dimiliki suatu kawasan. Selain itu juga untuk memenuhi 30% Ruang Tata Hijau Terbuka/ Open Space di Kota Solo.

Adanya pengamatan dan pencatatan terhadap beberapa kawasan wisata ataupun obyek yang menjadi icon/ lambang Kota Solo adalah ide dari Walikota Surakarta, yang ingin membentuk kota Solo sebagai Kota Budaya. Dari pencatatan itu diperoleh banyak tempat yang menjadi perhatian dan sasaran dari Pemerintah Kota Solo untuk dibenahi dan direvitalisasi.

Melalui wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Budi Purwanto, Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta, kawasan yang tercatat dan mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Solo untuk dilakukan revitalisasi guna peningkatan fungsi dan beberapa kawasan adalah untuk memenuhi Ruang Tata Hijau Terbuka atau Open Space, sebagai berikut :

· Monumen 45 Banjarsari

· Monumen Patung Kuda Manahan

· Taman Balekambang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

· Sriwedari dan Taman Sriwedari

· Kawasan Gladag

· Monumen Slamet Riyadi

· Kawasan Ngarsopuro

· Monumen Mayor Achmadi

· Taman Satwa Taru Jurug dan Pondok Persada

· Tugu Batas Kota

· Tugu Beteng

· Hotel Malyawan Tawangmangu

· Mangkunegaran

· Kasunanan

Dari beberapa kawasan yang tersebut diatas, beberapa kawasan sudah di revitalisasi, termasuk salah satunya adalah Taman Balekambang. Monumen 45 Banjarsari, monumen Patung Kuda Manahan, dan monumen Slamet Riyadi merupakan beberapa bangunan yang sudah direvitalisasi, dan pembangunannya diutamakan karena monumen-monumen itu sebagai icon/ lambang kota Solo.

Selain itu tidak ada kendala dari pihak-pihak yang keberatan dengan dibangunnya monumen-monumen tersebut. Taman Balekambang termasuk dalam skala prioritas kawasan yang direvitalisasi. Taman Balekambang mendapat prioritas karena Taman Balekambang sudah menjadi icon Kota Solo tetapi pada saat itu keadaannya terlantar, kurang kontrol sehingga didalamnya menjadi kumuh dan terdapat banyak tempat tinggal. Kawasan Taman Balekambang mendapatkan ijin dari pihak pemilik, yaitu Keluarga Mangkunegaran, untuk dijadikan ruang publik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pemerintah Kota Solo juga memandang kawasan Taman Balekambang sebagai kawasan peninggalan sejarah yang memiliki potensi sebagai kawasan rekreasi.

Di dalam Rencana Induk Kota Surakarta tahun 1993-2013 disebutkan beberapa kawasan wisata yang dinilai perlu untuk di relokasi, refungsionalisasi dan revitalisasi, antara lain :

· Taman Balekambang : fungsinya belum optimal; kondisi yang kurang terawat dan fungsi taman yang sudah berubah, untuk itu perlu memberikan fungsi yang lebih sesuai dan mempertahankan fungsi taman sebagai pendukung rekreasi. Dengan adanya revitalisasi, fungsi baru yang diharapkan adalah fasilitas rekreasi, jasa wisata komersial dan taman.

· Taman Sriwedari : fungsi rekreasi yang belum terarah dan fungsi taman kota yang hilang, sehingga perlu mengembalikan fungsi rekreasi dan wisata budaya dan mengembalikan keberadaan taman dan paru-paru kota.

Dengan adanya revitalisasi dan refungsionalisasi diharapkan akan tersedia fasilitas rekreasi komersial dan taman kota.

· Taman Satwa Taru Jurug : fungsi botanical garden yang belum terealisasi serta adanya bangunan-bangunan yang kurang sesuai dengan fungsi taman, untuk itu dengan adanya refungsionalisasi diharapkan dapat mempertahankan dan mengembalikan fungsi botanical garden dan mengembangkan fungsi agrowisata/ecological tourism. Dengan demikian fasilitas rekreasi-konservasi Flora dan Fauna akan terwujud.

Selain Taman Balekambang, Taman Sriwedari dan Taman Satwataru Jurug dinilai penting keberadaannya bagi Kota Solo, mengukuhkan kota Solo sebagai kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

budaya dan pariwisata, dan juga berperan bagi kemajuan pariwisata Kota Solo, sehingga juga dilakukan revitalisasi. Namun dalam perjalanannya Taman Sriwedari dan Taman Satwa Taru Jurug memiliki kendala mengenai kepemilikan tanah/ sengketa kepemilikan tanah, sehingga menunda atau menjadi kendala tersendatnya proses revitalisasi.

Mengenai Taman Balekambang yang kepemilikan tanahnya adalah milik keluarga Mangkunegaran, Pihak Pemerintah Kota Solo dan Dinas terkait yang melakukan pertemuan dengan pihak Keluarga Mangkunegaran mendapatkan ijin untuk melakukan revitalisasi di Kawasan Taman Balekambang. Ini menjadi alasan terpenting dalam proses revitalisasi Taman Balekambang. Pihak Mangkunegaran menyambut baik ide dari Pemerintah Kota Solo dan memberikan ijin Taman Balekambang untuk dijadikan ruang publik. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas revitalisasi taman Balekambang.

Taman Balekambang yang terletak ditengah Kota Solo, merupakan salah satu obyek wisata rekreasi budaya, yang memiliki fungsi sebagai daerah peresapan, dan dinilai memiliki aset wisata yang memadukan situs historikal sebagai rekresional dan hiburan bernuansa edukatif dan kultural, seperti yang tertulis dalam ReDesign Taman Balekambang.

Taman Balekambang berhubungan erat dengan Pura Mangkunegaran, dulunya dimiliki oleh kerabat Mangkunegaran yang berupa Taman air yang hanya dikunjungi oleh kerabat Mangkunegaran. Taman ini dibangun oleh Mangkunegoro VII sebagai bukti cinta kepada kedua putrinya, dan Taman itu dinamai sesuai dengan nama putrinya, Taman Partini dan Hutan Partinah. Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perkembangannya, Taman Balekambang menjadi Taman rekreasi umum.

Bersamaan dengan berjalannya waktu, berdirilah hiburan ketoprak dan Srimulat, yang membuat Taman Balekambang terkenal. Selain itu muncul diskotik dan panti pijat yang keberadaannya sangat menyimpang dengan citra Balekambang.

Setelah bangkrutnya Srimulat, Taman Balekambang kondisinya menjadi tidak terawat dan rusak, kesan angker dan kumuh lebih menonjol di banding citra Balekambang yang memiliki nilai historis dan nilai fungsional bagi Kota Solo.

Melihat latar belakang yang ada pada Taman Balekambang pada saat itu, muncullah gagasan untuk merevitalisasi Taman Balekambang, selain sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya, juga untuk mempertahankan nilai historis dan budaya yang di miliki oleh Taman Balekambang. Di samping itu potensi Taman Balekambang juga memiliki nilai fungsi sosial budaya dan ekonomi, sehingga Balekambang bisa dikembangkan menjadi rekreasi sosial budaya, juga tempat rekreasi yang bisa untuk tujuan ekonomi. Rekreasi sosial budaya contohnya adalah pentas seni ketoprak, ataupun event-event seni dan budaya lainnya.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Nunung Nugroho, Kepala Bidang Fisik Prasarana, Bapeda Kota Surakarta mengenai dilakukannya revitalisasi Taman Balekambang :

“Revitalisasi Taman Balekambang dilakukan karena Taman Balekambang merupakan salah satu situs budaya yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta yang harus di jaga kelestariannya sehubungan dengan adanya beberapa nilai/fungsi yang dapat dikembangkan untuk kepentingan sejarah, wisata maupun lingkungan.” (Bapak Nunung, BAPPEDA SURAKARTA, 2 Maret 2010)

2. Identifikasi kondisi, potensi dan permasalahan saat ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pemerintah Kota Solo beserta Dinas terkait, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta, Dinas Tata Ruang Kota dan Bappeda, melakukan pencatatan mengenai kondisi pada Taman Balekambang saat itu disertai permasalahan yang ada. Kawasan Taman Balekambang terletak ditengah Kota Solo, dan merupakan salah satu obyek wisata yang mempunyai potensi utama sebagai taman rekreasi budaya, taman kota yang didalamnya memuat berbagai aspek historis, edukasi dan rekreasional. Setelah dibuka untuk umum, bangunan dan fasilitas yang ada di dalam Taman Balekambang digunakan oleh masyarakat sebagai tempat rekreasi.

Adanya fasilitas gedung ketoprak dan pertunjukan ketoprak Srimulat menjadikan Taman Balekambang terkenal pada masa Srimulat, sekitar tahun 1980an. Kolam air yang terdiri dari kolam renang dan kolam pancing juga terawat dan banyak dikunjungi. Suasana yang rindang karena adanya berbagai pohon-pohon di sekitar Taman Partinah Bosch. Namun seiring berjalannya waktu, Taman Balekambang berkembang tidak sebagaimana mestinya dan tidak sesuai dengan fungsinya.

Apalagi setelah bangkrutnya srimulat, Taman Balekambang menjadi sepi pengunjung, dan gedung kosong menjadi kumuh dan rusak. Kondisi Taman Balekambang sebelum direvitalisasi sangat tidak terawat, taman tidak terurus.

Kawasan Taman Balekambang kumuh dan semrawut, fasilitas pendukung berupa bangunan rusak.

Ada penghuni liar yang tinggal disekitar kawasan Taman Balekambang, memerlukan mediasi dalam proses sosialisasi untuk memindahkannya. Bahkan berdiri tempat hiburan malam/ diskotik, yang keberadaannya sangat menyimpang dengan citra Taman Balekambang semestinya. Semakin lama kondisi Taman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Balekambang semakin terpuruk. Taman Balekambang justru dipandang masyarakat sebagai tempat yang kurang nyaman dan aman, dan karena Hutan Partinah juga tidak terurus sehungga menjadikan kesan angker. Kegiatan yang masih rutin adalah kegiatan memancing dan kegiatan hiburan malam yang sangat bertentangan dengan citra taman Balekambang sebagai taman rekreasi budaya.

Potensi Taman Balekambang sebagai kawasan peresapan air, paru-paru kota dengan keberadaan hutan flora yang ada di dalam Taman Balekambang, dan yang paling utama adalah Taman ini warisan budaya dan memiliki nilai Historis yang tinggi. Apabila potensi yang ada dikembangkan akan menjadi taman rekreasi budaya, dan adanya penyegaran udara dengan adanya hutan kota. Lokasinya pun sangat strategis, berada di tengah kota. Secara garis besar masalah yang ada di taman Balekambang, adalah memudarnya citra Taman Balekambang di sebagian masyarakat sebagai taman rekreasi budaya, dan kondisinya yang semrawut berkembang tidak semestinya, memberikan kesan yang tidak nyaman dan tidak aman bagi masyarakat Kota Solo. Ini menjadikan satu alasan yang kuat bagi Pemerintah Kota Solo mengeluarkan kebijakan untuk menjaga dan melestarikan kawasan warisan budaya yang nantinya berfungsi bagi masyarakat Kota Solo dan kemajuan Kota Solo. Dan juga bisa meningkatkan pendapatan daerah, hal ini salah satunya dengan melakukan revitalisasi Taman Balekambang. Dalam Rencana Induk Kota Surakarta tahun 1993-2013, disebutkan bahwa gedung kesenian yang ada di komplek Balekambang, taman hiburan srimulat, kolam renang, kebun rekreatif Partinah Bosch kurang memadai fasilitasnya untuk itulah diperlukan rencana penataan dikomplek Balekambang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta menetapkan revitalisasi obyek-obyek wisata sebagai salah satu kebijakan strategis yang tercatat dalam Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta tahun 2005-2010. Revitalisasi Taman Balekambang merupakan salah satu perwujudan kebijakan strategis dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta, sebagai upaya untuk melestarikan peninggalan budaya yang berpotensi sebagai tempat rekreasi budaya.

3. Penyusunan skenario penataan dan revitalisasi kawasan

Penyusunan skenario penataan dan revitalisasi dilakukan oleh Dinas terkait yang telah ditunjuk oleh Pemerintah setempat. Pada revitalisasi Taman Balekambang ini secara umum diatur oleh BAPPEDA Surakarta, Bappeda melakukan penyusunan dokumen Rencana Induk Pengembangan Taman Balekambang dan penyusunan Detail Engineering Design, kemudian dihasilkan design Taman Balekambang. Setelah itu Bapeda menunjuk Dinas terkait untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan pelaksanaan revitalisasi Taman Balekambang. Dinas Tata Ruang Kota pelaksana pembangunan fisik Taman Balekambang berdasarkan Rencana Induk Pengembangan dan Design yang sudah di susun oleh BAPPEDA. Sedangkan untuk operasionalisasi taman Balekambang

Penyusunan skenario penataan dan revitalisasi dilakukan oleh Dinas terkait yang telah ditunjuk oleh Pemerintah setempat. Pada revitalisasi Taman Balekambang ini secara umum diatur oleh BAPPEDA Surakarta, Bappeda melakukan penyusunan dokumen Rencana Induk Pengembangan Taman Balekambang dan penyusunan Detail Engineering Design, kemudian dihasilkan design Taman Balekambang. Setelah itu Bapeda menunjuk Dinas terkait untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan pelaksanaan revitalisasi Taman Balekambang. Dinas Tata Ruang Kota pelaksana pembangunan fisik Taman Balekambang berdasarkan Rencana Induk Pengembangan dan Design yang sudah di susun oleh BAPPEDA. Sedangkan untuk operasionalisasi taman Balekambang