Isikan jawaban Anda pada kolom yang tersedia B. PENGELUARAN
B1 B2 B3 B4
Sumber Biaya Pengeluaran Minimum Rata-rata Maksimum 1. Orangtua 2. Beasiswa 3. Lainnya, sebutkan….. Jenis Pengeluaran 1. Makan 2. Pendidikan 3. Transportasi 4. Komunikasi 5. Tabungan 6. Hiburan 7. Lainnya, sebutkan… Sheet 4 JPKons
Lingkari pilihan jawaban Anda dan isikan jawaban Anda pada kolom dan tempat yang tersedia
C. Jenis Pangan yang Dikonsumsi
C1 1 Apakah Anda mempunyai makanan atau minuman yang harus dihindari (pantangan/larangan) ?
C2 2 Jika Ya, sebutkan jenis makananatau minuman tersebut dan berikan alasannya….
Jenis Makanan Alasan
C21………... C21a ………. C22………... C22a ………. C23………... C23a ………. C3 3 Jenis makanan yang Anda sukai ?
1. Beragam 2. Makanan tertentu saja Alasan C31a : ……….
Alasan C32a : ……….
Sheet 5 KebMakan
Lingkari pilihan jawaban Anda D. Kebiasaan Makan
1 D1 Berapa kali Anda makan dalam sehari …. Kali 2 Makanan pokok yang biasa dimakan
D21 Beras 1 Ya 2 Tidak D22 Jagung 1 Ya 2 Tidak D23 Mie 1 Ya 2 Tidak D24 Roti 1 Ya 2 Tidak D25 Umbi-umbian 1 Ya 2 Tidak D26 Lainnya…. 1 Ya 2 Tidak D27 Lainnya… 1 Ya 2 Tidak
3 D3 Apakah Anda biasa sarapan pagi 1 Ya
2 Tidak
4 Makanan apa yang biasa Anda makan saat sarapan?
D41 Nasi 1 Ya 2 Tidak
D42 Nasi goreng 1 Ya 2 Tidak
D43 Nasi uduk 1 Ya 2 Tidak
D44 Mie 1 Ya 2 Tidak
D45 Bubur ayam 1 Ya 2 Tidak
D46 Roti 1 Ya 2 Tidak
D47 Lauk, sebutkan 1 Ya 2 Tidak
D48 Sayur, sebutkan 1 Ya 2 Tidak
D49 Lainnya, sebutkan 1 Ya 2 Tidak
5 Minuman apa yang biasa Anda minum saat sarapan?
D51 Teh manis 1 Ya 2 Tidak
D52 Susu 1 Ya 2 Tidak
D53 Kopi 1 Ya 2 Tidak
D54 Air putih 1 Ya 2 Tidak
D55 Lainnya, sebutkan 1 Ya 2 Tidak
6 Bagaimana susunan makan siang yang sering Anda makan
D61 Nasi 1 Ya 2 Tidak
D62 Lauk hewani 1 Ya 2 Tidak
D63 Lauk Nabati 1 Ya 2 Tidak
D64 Sayur 1 Ya 2 Tidak
D65 Buah 1 Ya 2 Tidak
D67 Lainnya, sebutkan 1 Ya 2 Tidak 7 Bagaimana susunan makan malam yang sering Anda makan
D71 Nasi 1 Ya 2 Tidak
D72 Lauk hewani 1 Ya 2 Tidak
D73 Lauk Nabati 1 Ya 2 Tidak
D74 Sayur 1 Ya 2 Tidak
D75 Buah 1 Ya 2 Tidak
D76 Susu 1 Ya 2 Tidak
D77 Lainnya, sebutkan 1 Ya 2 Tidak
8 D8 Bagaimana Anda biasa memperoleh makanan 1 Memasak sendiri
2 Dimasakkan 3 Membeli
4 Lainnya, sebutkan
D81 Jika jawaban no. 8 dimasakkan, oleh siapa makanan Anda dimasak?
1 Ibu/keluarga 2 Ibu kos 3 Pembantu
4 Lainnya, sebutkan
D82 Jika jawaban no. 8 membeli, dimana Anda biasa membeli? 1 Rumah makan
2 Warung Nasi 3 Kantin 4 Catering
5 Lainnya, sebutkan
9 D9 Alasan Anda dalam memilih makanan 1 Selera 2 Ketersediaan 3 Harga 4 Keamanan 5 Gizi 6 Kebersihan 7 Kebutuhan 8 Lainnya, sebutkan 10 D10 Apa alasan Anda jajan?
1 Rasa lapar 2 Diajak teman 3 Ikutan teman 4 Mau saja
5 Lainnya, sebutkan
11 Apa jenis jajanan yang biasa Anda beli?
D111 Siomay 1 Ya 2 Tidak
D112 Bakso 1 Ya 2 Tidak
D113 Batagor 1 Ya 2 Tidak
D114 Gorengan 1 Ya 2 Tidak
D115 Snack ringan 1 Ya 2 Tidak
D116 Lainnya, sebutkan 1 Ya 2 Tidak 12 D12 Berapa jumlah air putih yang Anda minum per hari….gelas
Sheet 6 FrekPang
E. Frekuensi Makan
E1 1 Berapa kali Anda makan dalam sehari…kali E2 2 Berapa kali Anda biasa jajan dalam sehari….kali E3 3 Apakah Anda memiliki jadwal makan yang teratur?
1. Ya 2. Tidak
Beri alasan E3a : ……….. Sheet 7 FrekKuanPang
Isikan jawaban Anda pada kolom yang tersedia F. Frekuensi Konsumsi Pangan
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
No Jenis Pangan Frekuensi pangan per Kuantitas
per kali Biaya per kali hr Mgg Bln thn 1 Pangan pokok Beras, nasi Lontong Mie instan Bihun
Jagung dan Olahannya Singkong, ubi, kentang Lainnya, sebutkan 2 Pangan nabati Tempe Tahu Kacang hijau Kacang tanah Kedelai Lainnya, sebutkan 3 Pangan hewani Daging sapi Daging kambing Daging kerbau Ayam Telur ayam Telur bebek (asin) Telur puyuh Hati Sosis Ikan bandeng Udang Sarden Lainnya, sebutkan 4 Sayuran Bayam Kangkung Sawi Buncis Wortel Tomat Lainnya, sebutkan
5 Buah Pisang Papaya Melon Mangga Apel Jeruk Semangka Lainnya, sebutkan 6
Susu dan olahannya Susu segar
Susu kental manis Yoghurt Keju Es krim Lainnya, sebutkan 7 Minyak Minyak kelapa Minyak sawit Minyak kedelai Lainnya, sebutkan 8 Makanan jajanan Bakso Biskuit, wafer Siomay Batagor Kue basah Snack ringan Lainnya, sebutkan WAWANCARA Sheet 8 Recall
G. Recall Hari Pertama
G11 G12
No Menu
Makanan Pangan/Bahan Kode
URT Gr/URT Berat Bersih No Jumlah Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20
Recall Hari Kedua
G21 G22
No Menu
Makanan Pangan/Bahan Kode
URT Gr/URT Berat Bersih No Jumlah Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Lampiran 2 Hasil uji beda Krusskal Wallis
Variabel Siginfikansi
Umur 0.536
Uang saku total 0.011*
Suku asal 0.023* Pekerjaan ayah 0.079 Pekerjaan ibu 0.274 Pendapatan keluarga 0.342 Besar keluarga 0.117 Pengeluaran pangan 0.635
Pengeluaran non pangan 0.000**
Skor kebiasaan makan 0.163
Tingkat kecukupan energi 0.350
Tingkat kecukupan protein 0.474
Status gizi 0.584
Lampiran 3 Hasil uji hubungan karakteristik individu dan karaktersitik keluarga dengan pengeluaran pangan
Variabel Koefisien korelasi Siginfikansi
Umur 0.179 0.536
Jenis kelamin -0.186 0.091
Suku asal -0.259* 0.017
Uang saku total 0.432** 0.000
Pekerjaan ayah 0.064 0.563
Pekerjaan ibu 0.165 0.133
Pendapatan keluarga 0.042 0.704
Besar keluarga 0.052 0.637
Lampiran 4 Hasil uji hubungan pengeluaran pangan dengan pola konsumsi pangan
Variabel Koefisien korelasi Siginfikansi Pengeluaran pangan dengan skor
kebiasaan makan
-0.125 0.256
Pengeluaran pangan dengan TKE -0.001 0.990
Pengeluaran pangan dengan TKP 0.111 0.316
Lampiran 5 Hasil uji hubungan kebiasaan makan dengan tingkat kecukupan gizi Variabel Koefisien korelasi Siginfikansi Skor kebiasaan makan
dengan TKE
0.031 0.776
Skor kebiasaan makan dengan TKP
Lampiran 6 Hasil uji hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi Variabel Koefisien korelasi Siginfikansi Skor kebiasaan makan
dengan status gizi
0.020 0.858
TKE dengan status gizi -0.322* 0.002
TKP dengan status gizi -0.306* 0.005
Lampiran 7 Hasil uji beda Krusskal Wallis terhadap Frekuensi Pangan
Variabel Siginfikansi Pangan pokok 0.644 Lauk Hewani 0.829 Lauk Nabati 0.437 Sayur 0.132 Buah 0.851 Susu 0.580 Makanan jajan 0.874 Keterangan : * nyata pada α=0.05 ** nyata pada α=0.01
ABSTRACT
ASEP SUBARNA. Analysis of Expenditure and Food Consumption Patterns and Its Relation to the Nutritional Status in Beastudi Etos Student West Java. Under the guidance of YAYUK FARIDA BALIWATI.
The objective of this study was to analyze expenditures and food consumption patterns and their relationship to the nutritional status of Beastudi Etos students of West Java. The research was conducted in three regions of West Java namely Bogor, Depok and Bandung. Design used in this study was a cross sectional study. Stratified Random Sampling used in get the number of samples as many as 84 people. Based on the Spearman correlation test, there is a relationship between energy sufficiency level (r=-0.332; p=0.002) and protein sufficiency level (r=-0.306; p=0.005) with the nutritional status. There was no relationship between spending on food with Dietary habits scores (r=0.125; p=0.256). There was no relationship between the cost of food to energy sufficiency level (r =0.001; p=0.990) and the protein sufficiency level (r=0.111; p=0.316). Dietary habit scores do not have a relationship with energy sufficiency level (r=0.031; p=0.776) and protein sufficiency level (r=0.168; p=0.126). Nutritional adequacy allegedly more influenced by food consumption, both in types and amounts consumed by samples. Based on the Spearman correlation test results, there is no significant correlation (r=0.020; p=0.858) between the score of dietary habits and nutritional status samples.
RINGKASAN
ASEP SUBARNA. Analisis Pengeluaran dan Pola Konsumsi Pangan serta Hubungannya dengan Status Gizi Mahasiswa Penerima Beasiswa Etos Jawa Barat. Di bawah bimbingan YAYUK FARIDA BALIWATI
Kelompok usia dewasa merupakan salah satu sumber daya manusia yang perlu disiapkan untuk menentukan keberhasilan pembangunan nasional bangsa di masa yang akan datang. Hasil Riskesdas (2010) juga menyatakan bahwa kelompok usia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal tertinggi berada pada usia 19-29 tahun (dewasa awal) dengan persentase sebesar 54.5%. Jika konsumsi pangan kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan dan berangsur lama, maka akan berpengaruh terhadap status gizi. Pemilihan makanan yang tepat dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi penting untuk dilakukan. Selain itu, pengaturan dalam pengeluaran pangan juga perlu diperhatikan guna menghindari pengeluaran yang berlebihan namun tidak memberikan kontribusi gizi yang baik. Pola konsumsi pangan yang tepat penting diterapkan oleh mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa terutama bagi mereka yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan pentingnya pemenuhan gizi yang baik secara kualitas dan kuantitas, maka bukan tidak mungkin kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi. Oleh karena itu, analisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan ini perlu dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan serta hubungannya dengan status gizi pada mahasiswa penerima Beastudi Etos. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) Mempelajari karakteristik individu dan karakteristik keluarga berdasarkan lokasi daerah; (2) Menganalisis pengeluaran pangan mahasiswa berdasarkan lokasi daerah; (3) Menganalisis pola konsumsi pangan mahasiswa berdasarkan lokasi daerah; (4) Menganalisis status gizi mahasiswa berdasarkan lokasi daerah; (5) Menganalisis hubungan pengeluaran pangan dan pola konsumsi pangan dengan status gizi mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan di tiga daerah yaitu Bogor, Depok dan Bandung pada bulan Mei-Juni 2012. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa penerima Beasiswa Etos di wilayah Jawa Barat. Kriteria contoh adalah mahasiswa Etos yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos antara lain Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Berdasarkan perhitungan rumus Slovin ukuran minimal contoh yang digunakan adalah 81 contoh. Adapun jumlah seluruh contoh sebanyak 84 orang dan dikelompokkan menurut proporsi menjadi 37 contoh Bogor, 33 contoh Depok dan 14 contoh Bandung yang terpilih sebagai tempat penelitian.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapatkan dari pengisian kuesioner dan data sekunder yang didapatkan dari wawancara. Data sekunder sebagai data pendukung yang diambil dari Manajemen Pusat Beasiswa Etos meliputi profil umum Beasiswa Etos. Pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data. Data dientri menggunakan Microsoft Excel 2007 dan dianalisis dengan SPSS 16.0 for windows. Analisis data menggunakan uji Kruskall Wallis dan uji korelasi Rank Spearman.
Lebih dari separuh contoh (63%) berusia lebih dari 19 tahun. Jumlah contoh yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak (51%) dibandingkan dengan
perempuan (49%). Rata-rata jumlah uang saku contoh di ketiga wilayah berkisar 500 ribu-1 juta rupiah. Rata-rata uang saku tertinggi terdapat di wilayah Depok yaitu Rp. 985.909 dan terendah di wilayah Bogor yaitu Rp. 637.973. Berdasarkan hasil uji beda Kruskall Wallis, terdapat perbedaan yang nyata (p=0.011) pada jumlah uang saku di tiga daerah. Sebagian besar (54%) contoh wilayah Bogor berasal dari suku Sunda. Sebagian besar (58%) contoh wilayah Depok berasal dari suku Jawa. Terdapat dua suku yang memiliki kesamaan persentase di wilayah Bandung yaitu Sunda dan suku lainnya (29%). Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p=0.023) pada variabel suku bangsa di tiga wilayah.
Ayah bekerja sebagai buruh memiliki persentase terbesar (29%) di ketiga wilayah. Ibu sebagai ibu rumah tangga memiliki persentase terbesar (79%) di ketiga wilayah. Rata-rata pendapatan keluarga contoh di tiga wilayah adalah <1 juta rupiah/bulan (49%). Uji Kruskal Wallis, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.342) pada variabel jumlah total pendapatan keluarga contoh. Sebanyak 61% contoh tergolong keluarga sedang (5-7 orang). Uji Kruskal Wallis, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p=0.117) pada besarnya anggota keluarga contoh di antara ketiga wilayah.
Rata-rata pengeluaran yang dikeluarkan contoh untuk pangan sekitar 350 ribu atau sekitar 70% dari jumlah uang saku yang diberikan Etos. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.635) pada jumlah uang saku yang dialokasikan contoh untuk pangan. Uji beda Kruskal Wallis, menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (p=0.011) pada jumlah uang saku yang dikeluarkan contoh untuk non pangan.
Sebanyak 77% contoh memiliki skor kebiasaan makan cukup (60-80). Uji beda Kruskal Wallis, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.163) pada variabel skor kebiasaan makan contoh. Rata-rata asupan energi wilayah Bandung paling tinggi (1816 kkal) dibandingkan dengan asupan energi wilayah Depok (1769 kkal) dan Bogor (1617 kkal). Rata-rata asupan protein wilayah Depok dan Bandung lebih tinggi (46 g) dibandingkan dengan asupan protein wilayah Bogor (42 g). Uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel tingkat kecukupan energi (p=0.350) dan protein (p=0.474) contoh. Kurang dari 25% contoh memiliki asupan energi dan protein dalam jumlah yang normal. Menurut jenis dan jumlahnya, sebagian besar konsumsi pangan contoh masih belum memenuhi konsumsi ideal. Kelompok pangan serealia adalah satu-satunya kelompok pangan sumber tenaga yang konsumsi aktualnya (497,3 g/kap/hari) telah melebihi konsumsi ideal (275 g/kap/hari). Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan sumber tenaga contoh belum seimbang dan masih rendahnya konsumsi pangan sumber pembangun dan pengatur.
Status gizi contoh secara umum tergolong normal (>70%). Uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.584) antara status gizi contoh di ketiga wilayah. Persentase contoh berstatus gizi normal terbesar terdapat di wilayah Bandung yaitu 93%. Persentase contoh berstatus gizi normal di wilayah Bogor dan Depok berturut−turut adalah 76% dan 67%.
Uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengeluaran pangan dengan skor kebiasaan makan (r=0.125; p=0.256), pengeluaran pangan dengan tingkat kecukupan energi (r=0.001; p=0.990) dan tingkat kecukupan protein (r=0.111; p=0.316) serta pengeluaran pangan dengan status gizi (r=0.097; p=0.379). Uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan (r=0.020; p=0.858) antara skor kebiasaan makan dengan status gizi. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi energi (r=-0.332; p=0.002) dan protein (r=-0.306; p=0.005) dengan status gizi.
PENDAHULUAN
Latar BelakangSaat ini Indonesia telah memasuki era globalisasi di berbagai bidang seperti komunikasi, teknologi, informasi maupun ekonomi. Bangsa Indonesia harus mempersiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang handal, berkarakter, memiliki mental yang kuat dan kesehatan yang prima serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menjaga eksistensi bangsa dalam menghadapi era globalisasi tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pembentukannya seperti masalah pendidikan, kesehatan, gizi, informasi dan teknologi.
Kelompok usia dewasa merupakan salah satu sumber daya manusia yang perlu disiapkan untuk menentukan keberhasilan pembangunan nasional bangsa di masa yang akan datang. Dengan kata lain, kualitas SDM pada masa yang akan datang salah satunya dipengaruhi oleh kualitas para individu saat ini. Oleh karena itu, upaya persiapan kualitas SDM harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Salah satu upaya yang perlu diperhatikan adalah status kesehatan dan status gizi setiap individu tersebut.
Status gizi seseorang atau sekelompok orang tidak selalu sama dari waktu ke waktu karena hal tersebut merupakan hasil interaksi beberapa faktor. Menurut Riyadi (2003), faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan. Berdasarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004, kecukupan energi yang dianjurkan per orang per hari untuk usia 19-29 tahun adalah 2550 kkal untuk laki-laki dan 1900 kkal untuk wanita.
Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (<70%) adalah sebanyak 40.7% dan untuk di wilayah Jawa Barat sebanyak 44.8%. Penduduk yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (<80%) adalah sebanyak 37% dan untuk di wilayah Jawa Barat sebanyak 43.5% (Riskesdas 2010). Menurut Depkes (1996), klasifikasi tingkat kecukupan gizi seseorang dibedakan menjadi lima, yaitu defisit berat (TKG <70%), defisit sedang (TKG 70-79%), defisit ringan (TKG 80-89%), normal (TKG 90-119%) dan kelebihan gizi (TKG≥120%). Hasil Riskesdas (2010) juga menyatakan bahwa kelompok umur yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal tertinggi berada pada usia 19-29 tahun dengan persentase sebesar 54.5% dan rata-rata konsumsi energi penduduk usia 19-29 tahun
berkisar antara 69.5%-84.3% dari angka yang dianjurkan. Menurut Deptan (2010), penggolongan tingkat ketahanan pangan penduduk dibagi menjadi tiga, yaitu penduduk rawan pangan (<70% AKG), penduduk resiko rawan pangan (70-89.9% AKG), dan penduduk tahan pangan (≥90% AKG). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa lebih dari separuh penduduk usia dewasa awal tersebut mengalami rawan pangan. Berdasarkan indikator tingkat kecukupan zat gizi, maka penduduk usia tersebut masih tergolong defisit berat dan defisit ringan.
Jika konsumsi pangan usia remaja akhir/dewasa awal tersebut kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan dan berangsur lama, maka akan berpengaruh terhadap status gizi (Apriliana 2010). Pemenuhan gizi yang relatif besar tersebut dapat dilakukan dengan mengkonsumsi pangan yang cukup. Aspek pemilihan makanan merupakan hal lain yang juga perlu diperhatikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya ragam gaya hidup, perubahan perilaku, dan faktor pengalaman dalam memilih makanan akan mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi usia remaja akhir/dewasa awal tersebut. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi hanya sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan 2002).
Selain pemilihan makanan yang tepat dari segi kualitas maupun kuantitas, pengaturan dalam pengeluaran pangan pun perlu diperhatikan. Hal tersebut dilakukan guna menghindari pengeluaran yang berlebihan namun tidak memberikan kontribusi gizi yang cukup berarti. Pola makan yang tepat tentunya penting untuk diterapkan oleh mahasiswa terutama bagi mereka yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Mereka bebas memilih makanan yang akan dikonsumsi dengan uang yang telah diberikan oleh orangtuanya. Jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan pentingnya pemenuhan gizi yang baik secara kualitas dan kuantitas, maka bukan tidak mungkin kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi. Oleh karena itu, analisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan ini perlu dilakukan.
Tujuan Tujuan Umum
Adapun tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan serta hubungannya dengan status gizi pada mahasiswa penerima Beastudi Etos wilayah Jawa Barat.
Tujuan Khusus
1. Mempelajari karakteristik individu dan karakteristik keluarga berdasarkan lokasi daerah
2. Menganalisis pengeluaran pangan mahasiswa berdasarkan lokasi daerah 3. Menganalisis pola konsumsi pangan mahasiswa berdasarkan lokasi daerah 4. Menganalisis status gizi mahasiswa berdasarkan lokasi daerah
5. Menganalisis hubungan pengeluaran pangan dan pola konsumsi pangan dengan status gizi mahasiswa
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang besarnya pengeluaran dan pola konsumsi pangan yang dilakukan oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos yang berada di wilayah Jawa Barat. Kecukupan gizi mahasiswa penerima Beastudi Etos dapat diketahui melalui kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi Tim Pengelola Beastudi Etos Pusat dalam menentukan besaran uang beasiswa yang diberikan terutama dalam kaitannya dengan biaya belanja pangan minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Beastudi EtosBeastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah penerima manfaat lebih dari 2000 orang. Beastudi Etos merupakan beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa dengan syarat umum adalah berasal dari keluarga kurang mampu dan berprestasi. Seleksi untuk mendapatkan beasiswa ini dimulai sejak masih di bangku sekolah SMA/sederajat.
Saat ini Beastudi Etos telah tersebar di 14 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit di Indonesia antara lain : Universitas Andalas, Universitas Syahkuala, Universitas Sumatera Utara, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Mulawarwan. Bentuk beasiswa yang diberikan adalah biaya masuk kuliah, biaya kuliah tahun pertama, uang saku selama 4 tahun, akomodasi tempat tinggal dan pelatihan pengembangan diri.
Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin
Setiap individu mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan jenis yang berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah umur. Konsumsi makanan biasanya terkait dengan jumlah energi yang diperlukan oleh individu untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada masa anak-anak, jumlah energi yang diperlukan oleh tubuh tidak sebesar jumlah energi yang diperlukan pada masa remaja atau dewasa. Dengan bertambahnya umur, jumlah energi tersebut meningkat dan mencapai puncaknya pada masa dewasa. Namun, jumlah energi yang diperlukan oleh tubuh akan mengalami penurunan kembali pada saat usia lanjut. Hal ini terkait dengan kebudayaan dan pangan lokal yang tersedia di suatu daerah (Suhardjo 1989). Selanjutnya Suhardjo (1989) menjelaskan bahwa tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan tubuh yang kecil untuk melakukan kegiatan fisik yang sama. Wanita dengan ukuran tubuh yang lebih kecil umumnya memerlukan energi yang lebih sedikit dibandingkan laki-laki.
Uang Saku
Uang saku merupakan banyaknya uang yang diterima seseorang setiap bulan baik dari beasiswa, orangtua ataupun lainnya yang digunakan untuk keperluan baik makanan maupun non makanan. Seseorang yang telah diberi kepercayaan mengelola uang saku secara sendiri cenderung memiliki kebebasan untuk mengatur sendiri keuangannya, tidak terkecuali dalam hal memilih makanan. Menurut Mardayanti (2008) besarnya uang saku yang diterima tidak mempengaruhi jumlah konsumsi energi dan zat gizi lainnya. Rata-rata uang saku yang diterima dialokasikan untuk makanan sebesar 34.7%, untuk bukan makanan 60.7% serta untuk lainnya sebesar 4.6%.
Karakteristik Keluarga Pekerjaan dan Pendapatan
Pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan seseorang. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan seseorang dalam mengkonsumsi makanan baik kualitas maupun kuantitas. Apabila penghasilan keluarga meningkat, biasanya penyediaan mutu lauk pauk meningkat. Golongan ekonomi kuat cenderung boros dan tingkat konsumsinya melampaui kebutuhan sehari-hari, akibatnya berat badan terus bertambah sehingga sering ditemukan beberapa penyakit yang disebabkan kelebihan gizi (Suhardjo 1989).
Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih besar dalam memilih jumlah dan jenis makanan yang bermutu. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa dengan meningkatnya pendapatan seseorang, maka akan terjadi perubahan dalam susunan menu makanan. Akan tetapi, pengeluaran