• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(%) Pengeluaran pembelian

Pengeluaran pembelian

kosmetik per bulan

<Rp500.000,00 81

Rp500.000,00 – Rp1.000.000,00 19

>Rp1.000.000,00 0

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Berdasarkan usia, karakteristik responden penelitian ini pada rentang usia 15 hingga 54 tahun. Responden dengan jumlah terbanyak menggunakan kosmetik dengan persentase 65 persen berada pada rentang usia 20 tahun hingga 24 tahun. Selanjutnya, jumlah responden pada rentang usia 25 tahun hingga 29 tahun adalah 12 persen. Selanjutnya, jumlah responden pada rentang usia 15 tahun hingga 19 tahun adalah 9 persen. Selanjutnya, jumlah responden pada rentang usia 40 hingga 44 tahun adalah 6 persen. Sisanya responden yang berusia 30 hingga 34 tahun adalah 3 persen, berusia 45 hingga 49 tahun adalah 3 persen, berusia 35 hingga 39 tahun adalah 2 persen dan tidak ada responden yang berusia 50 hingga 54 tahun.

Karakteristik dengan daerah domisili dikategorikan berdasarkan kota yang berada di DKI Jakarta. Mayoritas responden berdomisili di kota Jakarta Selatan sebanyak 41 orang atau 41 persen. Jumlah responden dengan domisili daerah Jakarta Timur sebanyak 29 orang atau 29 persen. Jumlah responden dengan domisili daerah Jakarta Pusat sebanyak 11 atau 11 persen. Jumlah responden dengan domisili daerah Jakarta Barat sebanyak 10 orang atau 10 persen. Jumlah responden dengan domisili daerah Jakarta Utara sebanyak 9 orang atau 9 persen.

Karakteristik responden berdasarkan profesi dibagi menjadi lima Kategori Mayoritas responden yaitu sebesar 43 persen sebgai mahasiswi. Kategori berikutnya yaitu karyawan sebesar 39 persen. Kategori berikutnya adalah ibu rumah tangga sebesar 10 persen. Selanjutnya kategori pelajar sebesar 4 persen dan kategori tidak memiliki pekerjaan 4 persen.

Distribusi Responden dalam Membeli Kosmetik Secara Online Usia

Responden pada penelitian ini merupakan muslimah yang berusia 15 tahun hingga 49 tahun. Secara keseluruhan jumlah responden terbanyak adalah pada usia 20 tahun hingga 24 tahun dengan total persentase sebesar 65 persen. Sedangkan, kategori usia dengan jumlah paling sedikit adalah pada usia 35 tahun hingga 39 tahun dengan total persentase sebesar 2 persen. Berikut adalah Tabel 9 persentase responden berdasarkan usia.

31 Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan usia

Jumlah (orang)

Persentase (%) Membeli Kosmetik Halal Secara Online

Kategori 15 – 19 3 6 20 – 24 34 68 25 – 29 3 6 30 – 34 1 2 35 – 39 2 4 40 – 44 5 10 45 – 49 2 4 50 – 54 0 0 Total 50 100,0

Tidak Membeli Kosmetik Halal Secara Online

Kategori 15 – 19 6 12 20 – 24 31 62 25 – 29 9 18 30 – 34 2 4 35 – 39 0 0 40 – 44 1 2 45 – 49 1 2 50 – 54 0 0 Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Pada Tabel 9 menunjukkan usia sebagai salah satu karakteristik responden. Berdasarkan kategori responden yang membeli kosmetik halal secara online sebesar 68 persen didominasi oleh responden pada usia 20 tahun – 24 tahun dan kategori responden yang tidak membeli kosmetik halal secara online sebesar 62 persen didominasi oleh responden pada usia 20 tahun – 24 tahun. Data ini menunjukkan bahwa membeli kosmetik halal secara online lebih diminati oleh muslimah berusia 20 tahun – 24 tahun.

Profesi

Profesi responden pada penelitian ini dibagi kedalam lima kategori. Kategori tersebut dari SMA/SMK, mahasiswi, karyawan, tidak bekerja, dan ibu rumah tangga. Secara keseluruhan responden sebesar 43 persen berprofesi sebagai mahasiswi, 39 persen responden berprofesi sebagai karyawan, 10 persen berprofesi sebagai ibu rumah tangga, 4 persen responden berprofesi sebagai pelajar SMA/SMK, 4 persen responden tidak memiliki profesi.

Tabel 10 dibawah ini menunjukkan karakteristik resonden berdasarkan profesi masing-masing responden. Berdasarkan kategori responden yang membeli

32

kosmetik halal secara online sebesar 2 persen berprofesi sebagai pelajar SMA/SMK, 40 persen berprofesi sebagai mahasiswi, 40 persen berprofesi sebagai karyawan, 12 persen berprofesi sebagai ibu rumah tangga, 6 persen tidak memiliki profesi. Data menunjukkan bahwa membeli kosmetik halal secara online lebih diminati oleh para mahasiswi dan karyawan karena bagi mereka membeli kosmetik halal secara online lebih cocok dengan keseharian mereka. Berikut persentase responden dengan karakteristik profesi.

Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan profesi Jumlah (orang)

Presentase (%) Membeli Kosmetik Halal Secara Online

Kategori SMA/SMK 1 2

Mahasiswi 20 40

Karyawan 20 40

Ibu Rumah Tangga 6 12

Tidak Bekerja 3 6

Total 50 100,0

Tidak Membeli Kosmetik Halal Secara Online

Kategori SMA/SMK 3 6

Mahasiswi 23 46

Karyawan 19 38

Ibu Rumah Tangga 4 8

Tidak Bekerja 1 3

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Pemasukan per Bulan

Pemasukan responden per bulan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu < Rp1.000.000,00 lalu Rp1.000.000,00 hingga Rp5.000.000,00 dan > Rp5.000.000,00. Secara keseluruhan responden sebesar 39 persen memiliki pemasukan per bulan sebesar <Rp1.000.000,00. 64 persen memiliki pemasukan per bulan sebesar Rp1.000.000,00 hingga Rp5.000.000,00. 17 persen memiliki pemasukan per bulan sebesar > Rp5.000.000,00. Berikut adalah Tabel 11 persentase responden berdasarkan pemasukan per bulan.

33 Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan pemasukan per bulan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Membeli Kosmetik Halal Secara Online Kategori

<Rp1.000.000,00 10 20

Rp1.000.000,00 – Rp5.000.000,00 31 62

>Rp5.000.000,00 9 18

Total 50 100,0

Tidak Membeli Kosmetik Halal Secara Online

Kategori <Rp1.000.000,00 9 18

Rp1.000.000,00 - Rp5.000.000,00 33 66

>Rp5.000.000,00 8 16

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Tabel 11 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pemasukan per bulan. Berdasarkan kategori responden yang membeli kosmetik halal secara online sebesar 62 persen memiliki pemasukan per bulan sebesar Rp1.000.000,00 hingga Rp5.000.000,00 dan responden yang tidak membeli kosmetik halal secara online sebesar 66 persen memiliki pemasukan Rp1.000.000,00 hingga Rp5.000.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa baik responden yang membeli online maupun tidak membeli online kosmetik halal memiliki rata-rata pemasukan sebesar Rp1.000.000,00 hingga Rp5.000.000,00 per bulan.

Pengeluaran Pembelian Kosmetik per Bulan

Jumlah pengeluaran pembelian kosmetik responden per bulan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu < Rp500.000,00, Rp500.000,00 hingga Rp1.000.000,00 dan > Rp1.000.000,00. Secara keseluruhan responden sebesar 82 persen memiliki pengeluaran pembelian kosmetik per bulan sebesar <Rp500.000,00, 19 persen memiliki pengeluaran pembelian kosmetik per bulan sebesar Rp500.000,00 hingga Rp1.000.000,00. 0 persen memiliki pengeluaran pembelian kosmetik per bulan sebesar >Rp1.000.000,00.

Tabel 12 di bawah ini menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pengeluaran pembelian kosmetik per bulan. Berdasarkan kategori responden yang membeli kosmetik halal secara online sebesar 82 persen memiliki pengeluaran pembelian kosmetik per bulan sebesar kurang dari Rp500.000,00 dan responden yang tidak membeli kosmetik halal secara online sebesar 80 persen memiliki pengeluaran pembelian kosmetik halal per bulan sebesar kurang dari Rp500.000,00. Data menunjukkan bahwa baik responden yang membeli online maupun tidak membeli online kosmetik halal memiliki rata-rata pengeluaran pembelian kosmetik

34

per bulan sebesar kurang dari Rp500.000,00 per bulan. Berikut tabel persentase responden berdasarkan jumlah pengeluaran pembelian kosmetik per bulan.

Tabel 12 Distribusi berdasarkan pengeluaran pembelian kosmetik per bulan Jumlah

(orang)

Persentase (%) Membeli Kosmetik Halal Secara Online

Kategori <Rp500.000,00 41 82

Rp500.000,00 - Rp1.000.000,00 9 18

>Rp1.000.000,00 0 0

Total 50 100,0

Tidak Membeli Kosmetik Halal Secara Online

Kategori <Rp500.000,00 40 80

Rp500.000,00 - Rp1.000.000,00 10 20

>Rp1.000.000,00 0 0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Merek Produk Kosmetik

Produk kosmetik yang digunakan responden pada penelitian ini terdiri dari berbagai macam merek. Berikut Tabel 13 persentase merek produk kosmetik yang digunakan responden pada penelitian ini.

Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan merek kosmetik halal Presentase

(%) Merek Kosmetik Halal Secara Online

Kategori Wardah 23,6 Emina 16,8 Garnier 10,5 Makeover 8,0 Safi 5,6 L’Oreal 5,6 Silky Girl 5,0 Ponds 5,0 Lainnya 19,9 Total 100,0

Tidak Membeli Kosmetik Halal Secara Online

Kategori Wardah 32,3

Emina 18,5

35 Persentase (%) Garnier 6,9 Ponds 6,9 Safi 6,9 Lainnya 17,7 Total 100,0

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Tabel 13 menjelaskan mengenai persentase terkait merek produk kosmetik yang digunakan oleh responden. Berdasarkan kategori merek produk kosmetik halal sebesar 23,6 persen responden membeli produk kosmetik merek Wardah secara online dan merek produk kosmetik yang tidak dibeli secara online sebesar 32,3 persen responden menggunakan merek Wardah. Data menunjukkan bahwa baik responden yang membeli kosmetik halal secara online maupun tidak online memiliki rata-rata pembelian pada merek kosmetik Wardah.

Produk Kosmetik Halal

Produk kosmetik yang digunakan responden pada penelitian ini terdiri dari berbagai macam produk. Berikut Tabel 14 persentase produk kosmetik halal yang dibeli oleh responden pada penelitian ini.

Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan produk kosmetik halal Persentase (%) Produk Kosmetik Halal Yang Dibeli Secara Online

Kategori Lip Product 18,0

Facial Wash 13,2 Micellar Water 10,2 Powder 9,3 Moisturizer 8,8 BB Cream 7,8 Face Toner 7,4 Foundatiom 6,8 Blush 6,3 Face Serum 5,4 Lainnya 6,8 Total 100

Produk Kosmetik Halal Yang Dibeli Tidak Secara Online

Kategori Lip Product 20,6

Facial Wash 16,0

Powder 11,0

Micellar Water 10,0

36 Persentase (%) Blush 8,0 Foundation 6,0 BB Cream 5,4 Face Toner 5,0 Face Serum 4,0 Lainnya 8,0 Total 100,0

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Tabel 14 menjelaskan mengenai persentase terkait produk kosmetik halal yang dibeli oleh responden. Berdasarkan kategori produk kosmetik halal yang dibeli sebesar 20,6 persen responden membeli lip product (lipstick, lip tint, lip balm,

lip cream) secara online dan produk kosmetik halal yang tidak dibeli secara online

sebesar 18 persen responden membeli lip product (lipstick, lip tint, lip balm, lip

cream). Data menunjukkan bahwa baik responden yang membeli kosmetik halal

secara online maupun tidak online memiliki rata-rata pembelian pada produk kosmetik yaitu lip product (lipstick, lip tint, lip balm, lip cream).

Toko Kosmetik Online

Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan toko kosmetik online Daftar Toko Kosmetik Online Jumlah

(orang) Persentase (%) Shopee 21 42 Tokopedia 6 12 Dan+Dan 5 10

Beauty Haul Indonesia 4 8

Kay Collection 1 2 Ponny Beaute 1 2 Lainnya, Sociolla 9 18 Jafra 1 2 Wattsons 1 2 Century 1 2 Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Pada Tabel 15 menjelaskan mengenai persentase terkait toko kosmetik online yang digunakan responden untuk membeli kosmetik halal secara online. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa sebesar 42 persen responden yang pernah membeli kosmetik halal secara online melalui Shopee, 18 persen responden yang pernah membeli kosmetik halal secara online melalui Sociolla, dan 12 persen

37 responden yang pernah membeli kosmetik halal secara online melalui Tokopedia. Data menunjukkan bahwa toko kosmetik online yang mayoritas digunakan oleh responden adalah Shopee.

Keputusan Pembelian Kosmetik Halal Secara Online Oleh Muslimah di DKI Jakarta

Keputusan pembelian kosmetik halal secara online oleh muslimah DKI Jakarta meliputi beberapa variabel independen yaitu kepercayaan website, pengetahuan teknologi internet, kualitas website, harga produk, kualitas produk, efisiensi, media sosial. Variabel dependen terdiri dari dua kemungkinan, yaitu keputusan pembelian produk kosmetik halal secara online (Y=1) atau keputusan pembelian produk kosmetik halal tidak secara online (Y=0). Model ini menggunakan taraf nyata 5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Metode yang digunakan adalah model regresi logistik, dimana tidak ada asumsi sebelum dilakukan pengolahan data. Data penelitian ini diolah menggunakan SPSS 24 dengan menguji nilai Case Processing Summary untuk mengetahui jumlah sampel, Nagelkerke R Square dan Hosmer and Lemmeshow untuk mengetahui persentase ketepatan data yang dapat dijelaskan oleh model. Uji ketepatan prediksi model pada responden muslimah yang membeli dan tidak membeli kosmetik halal secara online serta nilai signifikansi untuk mengetahui keputusan pembelian kosmetik halal secara online oleh muslimah DKI Jakarta. Interpretasi hasil signifikansi menggunakan odds ratio. Berikut adalah hasil analisis keputusan pembelian kosmetik halal secara online oleh muslimah DKI Jakarta. Hasil Uji Serentak

Tabel 16 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan omnibus test of model

Chi-square Df Sig.

Step 23.316 7 .002

Block 23.316 7 .002

Model 23.316 7 .002

Sumber: Data primer 2020, diolah

Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa hasil omnibus test of model, nilai signifikansi model lebih kecil dari taraf nyata α = 0,05 (0,002 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan secara serentak berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependen atau setidaknya minimal satu variabel independen dalam model yang memiliki pengaruh nyata terhadap keputusan konsumen muslimah terhadap pembelian kosmetik halal secara

38

Hasil Uji Parsial

Tabel 17 Keputusan pembelian kosmetik halal secara online oleh muslimah di DKI Jakarta

Variabel B Sig Exp(B)

Pengetahuan Teknologi Internet 0.126 0.153 1.134

Kepercayaan Konsumen -0.085 0.455 0.918 Kualitas Website -0.124 0.406 0.884 Kualitas Produk 0.221 0.172 1.247 Harga 0.388 0.003* 1.474 Efisiensi -0.071 0.674 0.931 Media Sosial -0.021 0.713 0.979

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Keterangan: *Signifikan pada taraf nyata 5%

Variabel Harga

Variabel harga memberikan pengaruh positif terhadap keputusan pembelian kosmetik halal secara online oleh muslimah di DKI Jakarta. Artinya hubungan antara harga berbanding lurus dengan keputusan pembelian kosmetik halal secara

online. Nilai P-value yang ditunjukkan oleh Sig sebesar 0,003, signifikan pada taraf

nyata 5 persen dengan nilai odds ratio yang ditunjukkan oleh Exp (B) pada variabel harga bernilai 1474. Artinya muslimah DKI Jakarta dengan tingkat harga lebih tinggi satu tingkat maka memiliki peluang 1474 kali lebih besar untuk membeli kosmetik halal secara online. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rosida (2018) yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara

price terhadap intensi pembelian kosmetik halal.

Bertepatannya waktu penelitian dengan pandemi Covid-19, memiliki pengaruh pada hasil penelitian. Pandemi Covid-19 memiliki pengaruh terhadap menurunnya perekonomian DKI Jakarta, data makro PDRB DKI Jakarta menurun dari awal pandemi hingga sekarang. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sedang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga saat membeli produk kosmetik (kebutuhan sekunder) hanya mementingkan dari segi harga. Responden menggunakan harga sebagai indikator keuntungan yang diperoleh dari pembelian barang dan jasa, hal ini berkaitan erat dengan nilai yang diperoleh konsumen atas harga tersebut.

Variabel Pengetahuan Teknologi Internet

Variabel pengetahuan teknologi internet tidak signifikan terhadap keputusan pembelian kosmetik halal secara online oleh muslimah di DKI Jakarta. Variabel penegetahuan teknologi internet ini berlawanan dengan penelitian terdahulu bahwa pengetahuan teknologi internet memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Pada penelitian ini, pengetahuan teknologi

39 internet memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap keputusan muslimah agar membeli kosmetik halal secara online, karena responden tidak mempermasalahkan pengetahuan teknologi internet dalam melakukan pembelian kosmetik halal, dan lebih mementingkan harga produknya.

Variabel Kepercayaan Konsumen

Variabel kepercayaan website tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen muslimah untuk membeli kosmetik halal secara online di DKI Jakarta. Hal ini didukung dengan penelitian Ayuningtiyas dan Gunawan (2018) variabel kepercayaan (trust) tidak signifikan dan tidak memiliki pengaruh terhadap “Keputusan pembelian daring di aplikasi Bukalapak pada mahasiswa Politeknik Negeri Batam”. Kemudahan yang ditawarkan pada transaksi pembelian online menyebabkan konsumen tergiur untuk mencobanya, seperti penghematan waktu, biaya, serta katalog online yang memaparkan pilihan produk yang beragam dan lengkap.

Variabel Kualitas Website

Variabel kualitas website tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen muslimah untuk membeli kosmetik halal secara online di DKI Jakarta. Hal ini didukung dengan penelitian Handari (2017) yang mengatakan bahwa variabel kualitas website tidak memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif produk fashion di toko online dengan faktor pemoderasi gender (gender perempuan).

Variabel Kualitas Produk

Variabel kualitas produk tidak memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian kosmetik halal secara online oleh muslimah di DKI Jakarta. Hal ini didukung dengan penelitian Marsela (2020) yang mengatakan bahwa variabel kualitas produk tidak memiliki pengaruh terhadap Pengaruh kepercayaan konsumen dan kualitas produk terhadap minat beli mahasiswa manajemen Unitri secara online di Shopee.

Variabel Efisiensi

Variabel efisiensi tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen muslimah untuk membeli kosmetik halal secara online di DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan karena konsumen tidak mempermasalahkan efisiensi dalam pembelian produk kosmetik halal secara online dan lebih mementingkan harga produk kosmetik halal.

Variabel Media Sosial

Variabel media sosial tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen muslimah untuk membeli kosmetik halal secara online di DKI Jakarta.

40

Hal ini didukung dengan penelitian Kartika et al. (2014) yang mengatakan bahwa variabel media sosial tidak memiliki pengaruh terhadap pengaruh minat beli konsumen online. Artinya, semakin baik/tinggi pengetahuan konsumen tentang media sosial internet, maka semakin rendah minat konsumen dalam membeli online. Jika konsumen sudah pandai mengenai media internet maka konsumen sudah mengetahui dampak positif negatif dari jual beli online. Kartika TG, Darmansyah, Anwar S. 2014. Pengaruh Kualitas Produk, Kepercayaan Konsumen, dan Pengetahuan tentang Media Sosial Internet Terhadap Minat Beli Konsumen Online. Hasil Uji Kecocokan Model

Tabel 18 Dugaan parameter resgresi logistik berdasarkan Hosmer and Lomeshow

test

Step Chi-square Df Sig.

1 13.940 7 .052

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Berdasarkan hasil uji kecocokan model, nilai signifikansinya ialah 0,052 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 dan Chi square dengan nilai 13.940. Apabila p-value lebih dari taraf nyata maka menerima H0, dengan nilai 0,052>0,05 sehingga terima H0. Nilai Chi-square lebih besar dari taraf nyata dengan nilai 13.940>0,05 sehingga terima H0. Sehingga disimpulkan bahwa model telah cukup menjelaskan data atau goodness of fit.

Hasil Estimasi Parameter Model

Tabel 19 Dugaan parameter resgresi logistik berdasarkan model summary

Step -2 Log likehood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 115.314ª .208 .277

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Tabel 19 menunjukkan nilai hasil uji Nagelkerke R Square adalah 0,277 dimana hasil Nagelkerke R Square menunjukkan bahwa keputusan pembelian kosmetik halal secara online oleh muslimah DKI Jakarta dapat dijelaskan sebesar 27,7 persen oleh model.

41 Tabel 20 Dugaan parameter resgresi logistik berdasarkan classification table

Predicted Y Percentage Correct Obseverved Tidak Membeli Secara Online Membeli Secara Online

Tidak Membeli Secara Online 44 6 88.0

Membeli Secara Online 16 34 68.0

Overall Percentage 78.0

Sumber: Data Primer 2020, diolah

Pada Tabel 20, dapat disimpulkan bahwa model dapat mengklasifikasikan responden secara keseluruhan dengan benar sebesar 78 persen. Data menunjukkan bahwa 100 responden yang diteliti, terdapat 78 responden yang berhasil diklasifikasikan secara tepat. Hasil pendugaan di atas dapat mengklasifikasikan responden yang tidak membeli kosmetik halal secara online sebesar 88 persen, artinya dari 50 responden yang tidak membeli kosmetik halal secara online, terdapat 6 responden yang sebenarnya diklasifikasikan ke dalam responden yang membeli kosmetik halal secara online dan 44 responden lainnya diklasifikasikan ke dalam responden yang tidak membeli kosmetik halal secara

online. Hasil pendugaan untuk responden yang membeli kosmetik halal secara online sebesar 68 persen, artinya dari 50 responden yang membeli kosmetik halal

secara online, terdapat 34 responden yang diklasifikasikan ke dalam responden yang tidak membeli kosmetik halal secara online dan 16 responden lainnya diklasifikasikan ke dalam responden yang membeli kosmetik halal secara online.

Implikasi Kebijakan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa lebih mudah menemukan muslimah yang membeli kosmetik halal secara online dibandingkan dengan muslimah yang tidak pernah membeli kosmetik halal secara online. Hal tersebut sesuai dengan kondisi Indonesia yang pengguna internetnya selalu meningkat disetiap tahun dan Indonesia merupakan konsumen kosmetik halal global terbesar kedua setelah India.

Pembelian kosmetik halal secara online pada muslimah dalam penelitian ini dipengaruhi oleh harga produk kosmetik halal yang dijual secara online. Oleh karena itu, produsen kosmetik dalam negeri hendaknya lebih melakukan strategi pemasaran digital dan memberikan harga khusus pada pembelian online. Jika harga produk bersaing, akan meningkatkan daya beli kosmetik halal secara online. Tingkat harga yang ditetapkan akan memengaruhi perputaran barang yang dijual, harga mempengaruhi pendapatan perusahaan sehingga harga mempengaruhi laba

42

usaha dan posisi keuangan perusahaan. Dalam rangka mendorong perkembangan industri kosmetik halal dalam negeri, produk kosmetik halal dalam negeri harus dapat bersaing di pasar domestik juga ekspor karena pasar kosmetik Indonesia nyatanya masih di dominasi oleh produk impor.

Pemerintah melalui PP RI No.11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat (1) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang menyatakan bahwa informasi, dokumen elektronik, atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah dan merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. Dengan adanya kebijakan mengenai hal tersebut, maka telah memberikan kepastian hukum atas penyelenggaraan transaksi elektronik di Indonesia. Pemerintah juga perlu menginformasikan terkait keamanan bertransaksi

online sehingga tidak ada lagi konsumen yang ragu untuk bertransaksi secara online.

Menurut Setiadi (2003) untuk mengembangkan pemasaran yang efektif, produsen harus mengetahui jenis proses pemecahan masalah yang digunakan konsumennya untuk membuat keputusan pembelian. Podusen yang menargetkan beberapa segmen pasar sekaligus, masing-masing dengan proses pemecahan masalah yang berbeda, harus mengembangkan multistrategi untuk memengaruhi hasil-hasil keputusan yang berbeda. Selain itu, pemerintah juga perlu mengetahui kendala apa yang dihadapi produsen kosmetik dalam negeri ketika memproduksi produk kosmetik halal serta solusi apa yang sebaiknya perlu dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar Indonesia tidak hanya menjadi negara konsumen kosmetik halal global, tetapi juga dapat menjadi negara produsen kosmetik halal baik di pasar domestik maupun ekspor.

Dokumen terkait