• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Pengembangan Hipotesis

2.5.1 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Menurut Patrick (2007), ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan karena semakin besar sumber daya yang

H2 H1

H6 H5 H4

H3 Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota Ukuran Pemerintah Daerah (SIZE)

Rasio Kemandirian (MANDIRI)

Diferensiasi Fungsional (SKPD) Pembiayaan Utang (DEBT)

Intergovernmental Revenue (IRGOV)

bisa digunakan maka semakin besar pula tuntutan untuk mengungkapkan. Hasil berbeda justru dikemukan oleh Khasanah (2014), Hilmi (2010), Lesmana (2010) yang menemukan bahwa ukuran pemerintah daerah berhubungan positif tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.

Daerah yang memiliki ukuran total aset yang lebih besar akan memiliki tuntutan yang lebih besar untuk mengungkapkan lebih banyak dalam LKPD. Berdasarkan teori agensi, pihak principal mendelegasikan suatu pekerjaan kepada pihak agent yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Dalam konteks organisasi pemerintahan, rakyat memberikan mandat kepada pemerintah sebagai agent untuk menjalankan tugas pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semakin besar ukuran pemerintah maka semakin besar pula tuntutan rakyat untuk menyajikan laporan keuangannya secara lengkap sebagai upaya peningkatan transparansi dan mengurangi asimetri informasi. Dari sudut pandang kinerja (Sumarjo,2010), ukuran pemerintah yang lebih besar diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik pula. Hal ini bisa dikaitkan dari kinerja yang baik maka semakin tinggi pula pengungkapan dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

Dengan demikian hipotesis untuk penelitian ini adalah:

H1 = Ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD

2.5.2 Pengaruh Rasio Kemandirian terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Pemerintah dengan pendapatan pajak dan retribusi yang tinggi dapat diasumsikan tinggi nya ketaatan wajib pajak untuk membayar pajak tepat waktu. Tinggi nya ketaatan wajib pajak dalam membayar pajak tepat waktu dapat berarti tinggi nya kepercayaan terhadap pemerintah dalam mengelola keuangan pemerintah daerah. Mardiasmo (2004) menyatakan bahwa pengertian akuntabilitas publik sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Wajib pajak sebagai principal menyetorkan kewajiban berupa pajak dan pemerintah sebagai agent bertanggungjawab untuk mengelola keuangan, menyajikan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan pemerintahan secara transparan dan akuntabel.

Lesmana (2010) menemukan bahwa kemandirian keuangan daerah memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Semakin tinggi rasio kemandirian keuangan daerah maka semakin tinggi pula pengungkapan yang dilakukan dalam LKPD. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya tuntutan akuntabilitas publik memaksa pemerintah daerah mempertanggungjawabkan sumber daya yang

telah dipakai kepada masyarakat sebagai objek pajak. Hasil penelitian Lesmana (2010) berbeda dengan Penelitian Syafitri (2012) yang menemukan hubungan negatif tidak signifikan.

Dengan demikian hipotesisi untuk penelitian ini adalah:

H2 = Rasio kemandirian berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD

2.5.3 Pengaruh Diferensiasi Fungsional terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

SKPD merupakan entitas akuntansi yang wajib melakukan pencatatan atau transaksi-transaksi yang terjadi di lingkungan Pemerintah Daerah. Semakin banyak jumlah SKPD yang dimiliki berarti semakin kompleks pemerintahan tersebut (Syafitri, 2012). Pengaruh signifikan dengan arah negatif ditemukan oleh Khasanah (2014). Menurut Khasanah (2014), semakin sedikit diferensiasi fungsional semakin tinggi tingkat pengungkapan. Karena semakin sedikit diferensiasi fungsional maka kompleksitas semakin menurun yang menyebabkan tingkat pengungkapan semakin tinggi atau pengungkapan yang lebih baik.

Penelitian lain menemukan hasil negatif namun tidak signifikan pada pengaruh diferensiasi fungsional terhadap tingkat pengungkapan LKPD (Hilmi, 2010; Lesmana,2010). Walaupun diferensiasi fungsional (SKPD) jumlahnya banyak namun kegiatan antar SKPD cenderung generik maka tidak membutuhkan banyak pengungkapan.

Berdasarkan teori sinyal, menjelaskan bagaimana seharusnya manajemen (agent) memberikan sinyal keberhasilan atau kegagalan kepada pemilik (principal). Sinyal tersebut berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen. Informasi tersebut dapat dipercaya, lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu. Teori sinyal dalam pemerintahan menjelaskan hubungan sebagaimana diterangkan dalam teori agensi, dimana pemerintah sebagai pihak yang diberi amanah oleh rakyat berkewajiban menunjukkan sinyal kepada masyarakat. Oleh karena itu semakin sedikit diferensiasi fungsional akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dengan pengungkapan yang lengkap dan penjelasan detail. Laporan keuangan tersebut merupakan wujud sinyal positif dari pemerintah kepada rakyat.

Dengan demikian hipotesisi untuk penelitian ini adalah:

H3 = Diferensiasi fungsional berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan LKPD

2.5.4 Pengaruh Pembiayaan Utang terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Penelitian tentang pengaruh tingkat kewajiban terhadap tingkat pengungkapan keuangan di sektor swasta sudah banyak dilakukan. Daniel (2013) menyatakan, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk menyediakan kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, sehingga perusahaan akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Dalam teori sinyal, perusahaan sebagai agent memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak

eksternal, sebagai upaya untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor dan pemegang saham.

Dalam sektor swasta, laporan keuangan digunakan oleh kreditor sebagai alat untuk menilai kemampuan organisasi dalam membayar kewajibannya di masa yang telah ditentukan. Oleh karena itu, kreditor seringkali menghendaki pengungkapan yang lengkap pada laporan keuangan (Syafitri, 2012). Begitu halnya dengan sektor pemerintahan pihak kreditor akan menuntut pengungkapan yang lebih besar sebagai bentuk pertanggungjawaban transparansi dan akuntabilitas atas pembiayaan yang telah diberikan kreditor.

Dengan demikian hipotesisi untuk penelitian ini adalah:

H4 = Pembiayaan utang berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD

2.5.5 Pengaruh Intergovernmental Revenue terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dana transfer merupakan jenis pendanaan daerah yang berasal daerah pemerintah pusat atau provinsi. Patrick (2007) mendefinisikan intergovernmental

revenue sebagai jenis pendapatan Pemerintah Daerah yang berasal dari transfer

pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah untuk membiayai operasi Pemerintah Daerah. Sebagai timbal baliknya Pemerintah Daerah membelanjakan pendapatan transfer antar pemerintah sesuai dengan alokasi dan petunjuk anggaran menurut Undang-undang.

Syafitri (2012) menemukan hubungan negatif yang signifikan pada pengaruh

intergovernmental revenue terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Patrick (2007), semakin tinggi

intergovernmental revenue tidak memberikan tekanan kepada pemerintah untuk

meningkatkan pengungkapan LKPD. Hal ini terjadi karena kurangnya kontrol pemerintah pusat terhadap pengelolaan dana perimbangan, sehingga pemerintah daerah tidak terdorong untuk meningkatkan pengungkapan dalam LKPD.

Dengan demikian hipotesis untuk penelitian ini adalah:

H5 = Intergovernmental Revenue berpengaruh negatif terhadap tingkat

pengungkapan LKPD

2.5.6 Pengaruh Umur Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Mandasari (2009) menjelaskan umur pemerintah daerah dapat diartikan seberapa lama daerah tersebut telah ada. Syafitri (2012) menemukan pengaruh positif signifikan pada umur pemerintah terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Lesmana (2010) berpendapat semakin tua umur administratif pemerintah daerah mendorong pemerintah untuk melakukan pengungkapan lebih baik pada LKPD mereka. Hubungan positif signifikan terjadi karena semakin tua umur administratif pemerintah daerah semakin banyak pula informasi yang dimiliki untuk diungkapkan daripada daerah yang masih umur administratif tergolong muda atau masih baru berdiri.

Berbeda dari penelitian Syafitri (2012) dan Lesmana (2010), Khasanah (2014) justru menemukan adanya hubungan negatif namun signifikan. Menurut Khasanah (2014), semakin muda usia suatu daerah, maka semakin baik tingkat pengungkapannya. Karena usia tidak serta merta mendorong tingkat pengungkapan yang lebih besar.

Dengan demikian hipotesisi untuk penelitian ini adalah:

H6 = Umur pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel

Dokumen terkait