• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kawasan Pariwisata

2.1.5 Pengembangan Kawasan Pariwisata

Dalam pengembangan wisata perlu adanya faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan pariwisata. Menurut Zain (2010), pengembangan pariwisata dapat dikembangkan dengan cara memperbaiki permasalaha-permasalahan yang ada sehingga dapat ditemukan konsep penanganan yang solutif. Dalam pengembangan wisata adapun faktor-faktor yang berpengaruh, antara lai sebagai berikut :

1. Objek dan Daya Tarik Wisata

Faktor ini berkaitan erat dengan daya tarik dari objek wisata. Hal ini dikembangkan dengan cara peningkatan inovasi dari daya tarik wisata. Faktor ini perlu dikembangkan untuk menarik perhatian wisatawan.

2. Sarana Wisata

Ketersediaan sarana wisata sangat diperlukan dalam menunjang keberadaan wisata. Adanya sarana wisata bertujuan untuk memadai kebutuhan dari wisatawan untuk berkunjung. Adapun sarana wisata yang dimaksud adalah ketersediaan penginapan, sarana kuliner, pertokoan, dan toilet umum.

3. Sumber Daya Manusia

Dalam mengembangkan kawasan pariwisata butuh adanya manajemen wisata bergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. SDM yang ada berpengaruh dalam managemen wisata yang dinilai dari kualitas objek tujuan wisata. Faktor ini sangat dioerlukan dalam mendukung keberadaan wisata yang berkaitan erat dengan pelaksanaan pembangunan yang terencana lebih baik. 4. Infrastruktur Prasarana Penunjang

Faktor ini berkaitan dengan pelayanan aksesibilitas wisata. Dalam mengembangkan kawasan wisata perlu adanya infrastruktur

14

prasarana penunjang dari segi kualitas jalan untuk memudahkan wisatawanmengakses objek tujuan wisata.

5. Kondisi dari Masyarakat atau Lingkungan

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Jika kualitas lingkungan semakin baik maka akan membuat wisatawan akan semakin nyaman berkunjung. Berdasarkan Gurfenita (2013), faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan wisata adalah perlunya penganganan terhadap permasalahan yang ada. Hal ini sama dengan pendapat dari Zain. Adapun faktor yang menjadi dasar pengembangan wisata menurut Gurfenita adalah sebagai berikut :

1. Kualitas SDM

Kualitas SDM mempengaruhi dan meningkatkan segi kualitas dari pelayanan objek wisata. Jika SDM semakin aktif untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata, semakin baik pula kualitas dari objek wisata.

2. Sarana dan Prasarana Wisata

Sama halnya seperti Zain, faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan adalah infrastruktur penunjang objek wisata. Adapun sarana yang diperlukan meliputi pertokoan, toko cindera mata, penginapan, dan restoran. Selain itu Gurfenita berpendapat kawasan tersebut harus terlayani prasarana berupa jalan, drainase, sanitasi dan air bersih.

3. Pemasaran Wisata

Pemasaran wisata menjadi salah satu faktor penting untuk meningkatkan jumlah kunjungan dari wisatawan. Pemasaran wisata berkaitan dengan strategi maupun kegiatan promosi untuk meningkatkan jumlah kunjungan. Semakin banyak yang berkunjung menjadi tolak ukur dalam keberhasilan pengembangan kawasan pariwisata.

15

Keunikan dari karakter dan budaya masyarakat dapat menjadi potensi yang dikembangkan untuk menarik perhatian dari wisatawan. Hal ini menjadi salah satu bentuk pengalaman baru yang ditawarkan kepada wisatawan agar dapat lebih mengenal budaya dan karakter unik yang ada di daerah tujuan wisata.

Pengembangan kawasan wisata harus mempertimbangkan berbagai macam aspek. Menurut Pitana (2009), dalam pengembangan pariwisata perlu adanya pembangunan dan pengembangan infrastruktur. Hampir sama dengan Zain dan Gurfenita, faktor ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu hal yang harus tersedia. Selain itu aktifitas pemasaran sangat diperlukan dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Tidak hanya itu, pengembangan SDM dan peningkatan kualitas budaya serta lingkungan menjadi faktor lain yang harus dipertimbangkan. Peningkatan kualitas budaya dan lingkungan menjadi peluang untuk menjadi salah satu objek daya tarik wisata lain yang ditunjang dengan pengembangan SDM. Pengembangan SDM diimbangi dengan pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan ekonomi lokal yang ada, misalnya kegiatan industri rumah tangga.

Di Indonesia pengembangan kawasan sedang gencar-gencarnya dilakukan. Dalam managemen serta pengembangannya perlu adanya dukungan dari banyak stakeholder. Stakeholder yang dimaksud berkaitan dengan hubungan antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat sehingga pembangunan wisata bisa berjalan dengan lancar. Namun hal ini harus didukung oleh kondisi politik yang netral, daya dukung kualitas SDM, adanya dana untuk pembangunan infrastruktur, kebijakan hukum yang tegas dan jelas terhadap pengembangan wisata, serta promosi dan sosialiasi dari kawasan wisata (Nandi 2008).

Untuk mewujudkan pengembangan kawasan wisata, menurut Manyara (2007), perlu dilakukakan beberapa tahapan. Adapun tahapan tersebut antara lain sebagai berikut:

16

Manyara menyatakan bahwa tingkat ekonomi masyarakat menentukan kepekaan mereka terhadap pariwisata. Masyarakat elit dengan ekonomi yang baik cenderung lebih peka terhadap pariwisata daripada masyarakat berpenghasilan rendah.

2. Peran Masyarakat

Masyarakat berperan dalam memajukan, memanage, dan mengambil keputusan secara mandiri saat berkegiatan.

3. Pemimpin dan Visi-Misi

Pembentukan sistem kepemimpinan yang bebas dari korupsi dan transparan dalam menjalankan visi misi.

4. Pembangunan kapasitas masyarakat

Pengembangan ide awal dan program yang berasal dari gagasan masyarakat. Sehingga masyarakat menjadi lebih memiliki.

5. Pelatihan masyarakat

Pelatihan masyarakat yang berkelanjutan dan terus menerus. 6. Indikator Kinerja Utama (KPIs)

7. Pengaruh Eksternal

Sumbangan dana dari para pendonor, NGOs, akademisi, dan pemerintah. (walaupun pemerintah sering lepas tangan dan lupa janji).

Menurut (Piewdanga 2013) dalam pengembangan pariwisata spiritual, dibutuhkan adanya kerja sama dengan masyarakat meliputi peningkatan kualitas SDM dan daya tarik wisata. Hal yang perlu diperhatikan meliputi :

1. Peningkatan kualitas SDM meliputi potensi dengan indikator kesatuan masyarakat, aturan/regulasi masyarakat dan turis dalam mempertahankan potensi yang ada.

2. Potensi daya tarik wisata meliputi komponen dengan indikator nilai-nilai sejarah, kesenian, dan kebudayaan terkait dengan kepercayaan (keagamaan)

Komponen kerjasama dengan masyarakat melibatkan perencanaan dan kegiatan administrasi yang nantinya akan memperkuat keberadaan

17

wisata. Selain itu, kesenian dan kebudayaan terkait dengan kepercayaan (keagamaan) akan menjadi salah satu komponen potensi wisata (Piewdanga 2013).

Pengembangan pariwisata berkaitan dengan kualitas hidup (quality of life) dari masyarakat. Ada hubungan dan keterikatan yang mengungkapkan bahwa kualitas hidup memiliki dampak terhadap persepsi warga tentang pengembangan pariwisata. Jika dampak yang diciptakan positif, maka warga akan mendukung kegiatan pengembangan pariwisata lebih lanjut dalam komunitas mereka, begitupula sebaliknya. Kualitas hidup disini berkaitan dengan ketersediaan kebutuhan baik dari segi materi/non materi, kehidupan bermasyarakat, kesehatan, keselamatan, dan kehidupan emosional masyarakat (Woo 2014).

Dari pernyataan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam mengembangkan kegiatan pariwisata banyak faktor yang berpengaruh. Antar para ahli mengungkapkan faktor-faktor. Pendapat mereka saling menguatkan satu sama lain. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas fisik maupun non-fisik. Serta tidak lupa dukungan dari pihak stakeholder baik internal (warga setempat) maupun eksternal (NGO, akademisi, pendonor, dan pemerintah), dalam mengembangkan pariwisata secara tidak langsung dipengaruhi oleh evaluasi terhadap kepuasan masyarakat akan faktor materi/non-materi dan akses mendapat kehidupan yang layak.