Ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan pancing tonda. Adapun pengoperasian pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur yaitu disekitar rumpon yang telah dipasang sebelumnya. Penggunaan rumpon dalam operasi penangkapan ikan sangat mempermudah nelayan pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur untuk mendapatkan daerah penangkapan ikan yang potensial untuk menangkap ikan cakalang yang merupakan target utama penangkapan. Hal tersebut juga berdampak positif pada pengeluaran BBM yang digunakan oleh nelayan pancing tonda karena dengan keberadaan rumpon, maka nelayan pancing tonda tidak perlu
berkeliling untuk mencari daerah penangkapan ikan. Nelayan pancing tonda akan banyak menggunakan BBM pada saat kegiatan mengoperasikan pancing tonda disekitar rumpon karena pengoperasikan pancing tonda yang ditarik dengan kapal yang bergerak dengan kecepatan tertentu.
Kegiatan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur berpusat di PPP Labuhan Lombok. Pelayanan yang diberikan oleh pengelola PPP Labuhan Lombok sangat membantu nelayan pancing tonda dalam memenuhi kebutuhan melautnya. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, diketahui bahwa nelayan pancing tonda merasa puas terhadap pelayanan pengelolaa PPP Labuhan Lombok dalam memenuhi kebutuhan melaut. Nelayan pancing dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan air bersih yang akan dibawa melaut hanya dengan membayar sebesar Rp 10.000. Selain itu, keberadaan SPDN dan pabrik es dalam PPP Labuhan Lombok juga dirasa sangat memberikan kemudahan nelayan dalam memenuhi kebutuhan melautnya. Hal paling penting yaitu pelayanan yang cepat dari pengelola PPP Labuhan Lombok dalam melayani surat-surat melaut yang dibutuhkan oleh nelayan pancing tonda pada saat nelayan pancing tonda akan melaut dan setelah melaut.
Kegiatan perikanan cakalang yang berpusat di PPP Labuhan Lombok didukung dengan keberadaan dua perusaahaan perikanan yang bergerak dalam pendistribusian ikan (termasuk ikan cakalang) secara lokal maupun ke luar kota. Dua perusahaan perikanan tersebut yaitu UD Baura dan UD Versace. Adapun hubungan antara kedua perusahaan perikanan tersebut dengan nelayan-nelayan di PPP Labuhan Lombok, termasuk nelayan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok adalah sebagai pemberi biaya-biaya operasional melaut bagi nelayan sehingga ikan-ikan yang ditangkap oleh nelayan adalah milik dua perusahaan perikanan tersebut, sedangkan modal awal yang digunakan oleh nelayan berasal dari modal mereka sendiri. Keterkaitan nelayan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok dalam hal biaya operasional menyebabkan ikan cakalang dan ikan jenis lainnya yang didaratkan oleh nelayan pancing tonda tidak mengalami pelelangan ikan. Ikan-ikan tersebut hanya didata jenis dan bobotnya di TPI PPP Labuhan Lombok. Selanjutnya ikan-ikan tersebut langsung diangkut dengan menggunakan kendaraan berupa mobil pick up untuk langsung dibawa ke perusahaan perikanan
pemilik (UD Baura atau UD Versace). Hal tersebut menyebabkan nelayan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok tidak memiliki daya tawar yang tinggi, sehingga nelayan pancing tonda menjual hasil tangkapannya dengan harga jual yang telah ditetapkan oleh perusahaan perikanan tersebut.
Hasil pengamatan dilapangan mengenai penanganan ikan cakalang yang kurang tepat diindikasi sebagai penyebab lain dari rendahnya daya tawar nelayan terhadap harga jual ikan cakalang. Ikan cakalang yang dikeluarkan dari palkah dengan menggunakan keranjang, selanjutnya dituangkan secara langsung ke dalam gerobak. Kemudian ikan cakalang tersebut dibawa ke TPI PPP Labuhan Lombok dan diletakkan dilantai tanpa alas untuk dilakukan pendataan. Penanganan yang kurang tepat pada saat pembongkaran ikan dari kapal dan pengakutan ikan cakalang ke TPI menyebabkan ikan cakalang dengan mudah terkontaminasi oleh bakteri yang secara tidak langsung dapat mengakibatkan ikan cakalang mudah rusak atau busuk. Hal tersebut menyebabkan harga jual nelayan terhadap ikan cakalang menjadi rendah.
Ikan cakalang yang didistribusikan oleh UD Baura dan UD Versace merupakan ikan olahan dalam bentuk beku. Namun apabila terdapat permintaan ikan cakalang segar dari pembeli, maka kedua perusahaan tersebut mendistribusikan ikan cakalang kepada pembeli dalam bentuk segar. Dua perusahaan perikanan yang terdapat di sekitar PPP Labuhan Lombok tersebut telah memiliki langganan pembeli dari luar kota, sehingga ikan cakalang yang didaratkan oleh nelayan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok telah memiliki jaminan pasar. Ikan cakalang didistribusikan oleh dua perusahaan tersebut secara lokal ke pasar-pasar di Lombok Timur dan didistribusikan ke luar kota yaitu Bali, Malang, dan Surabaya. Tidak jarang, ikan cakalang yang telah didistribusikan tersebut selanjutnya didistribusikan kembali oleh distributor ke daerah-daerah atau pulau-pulau lain di Indonesia bahkan ke luar negeri.
Kegiatan pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur merupakan dampak dari keberadaan sumberdaya ikan disekitar perairan Nusa Tenggara. Selain itu, adanya permintaan ikan cakalang di Indonesia bahkan di dunia yang meningkat membuat pengusaha perikanan dan nelayan di Kabupaten Lombok Timur makin mengembangkan usaha perikanan cakalang di Kabupaten
Lombok Timur. Alat tangkap yang ikan cakalang yang makin berkembang dari waktu ke waktu memberikan hal positif bagi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur karena dengan keberadaan alat tangkap yang makin produktif dan ramah lingkungan sangat membantu berkembanganya kegiatan perikanan cakalang. Makin berkembangnya usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur tidak lepas dari dukungan dari Provinsi NTB terhadap pengembangan perikanan jenis tuna di NTB, termasuk di Kabupaten Lombok Timur. Dukungan yang diberikan oleh pemerintah tersebut berupa adanya revitalisasi tuna, yang didalamnya termasuk ikan cakalang.
Kegiatan pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur mendapat berbagai ancaman. Isu yang paling mengkhawatirkan dari kegiatan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yaitu pencemaran perairan selatan Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat oleh kegiatan perusahaan pertambangan di Pulau Sumbawa. Pencemaran perairan tersebut berakibat buruk pada kualitas ikan cakalang yang beruaya di perairan selatan Pulau Sumbawa tersebut. Kualitas ikan cakalang yang buruk berdampak pada harga jual ikan cakalang yang rendah. Harga jual ikan cakalang yang pada dasarnya sudah rendah di pasaran akan semakin rendah lagi dengan rendahnya kualitas ikan cakalang. Isu lainnya yang sampai sekarang masih sering terjadi di perairan Indonesia, termasuk di perairan selatan Nusa Tenggara adalah kegiatan illegal fishing dari nelayan pendatang yang tidak terdaftar dan tidak bertanggung jawab. Selain itu, pemanfaatan peluang pendistribusian ikan yang kurang maksimal dapat menghambat perkembangan usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dan bahkan dapat memberikan dampak buruk terhadap keberlangsungan usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.
Perlu adanya strategi yang tepat untuk menjalankan kegiatan pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur berdasarkan berbagai kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki oleh Kabupaten Lombok Timur. Pada penelitian ini, penentuan arah strategi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dilakukan dengan analisis SWOT. Pada analisis tersebut akan dilihat faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) dari kegiatan
perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Adapun faktor internal dan faktor eksternal tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil analisis-analisis sebelumnya pada penelitian ini. Berikut merupakan faktor internal dan eksternal tersebut:
1) Faktor Internal (1) Kekuatan:
1. Terdapat industri perikanan, termasuk perikanan cakalang, yang maju di PPP Labuhan Lombok
2. Adanya jaminan pasar untuk ikan cakalang
3. Kemudahan dalam memenuhi kebutuhan melaut di PPP Labuhan Lombok
4. Penggunaan rumpon dalam kegiatan penangkapan ikan cakalang
(2) Kelemahan:
1. Jumlah unit penangkapan ikan cakalang yang melebihi batas optimal 2. Nelayan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yang
dinamis
3. Keterbatasan modal yang dimiliki oleh nelayan pemilik kapal pancing tonda
4. Penanganan ikan cakalang yang belum baik
5. Tidak berfungsinya TPI di PPP Labuhan Lombok secara maksimal 6. Posisi tawar nelayan yang rendah dalam transaksi jual beli
2) Faktor Eksternal (1) Peluang:
1. Meningkatnya permintaan ikan cakalang 2. Perkembangan informasi perikanan
3. Tersedianya teknologi penangkapan ikan cakalang yang produktif dan ramah lingkungan
4. Adanya dukungan dari Provinsi NTB untuk kegiatan perikanan cakalang dengan adanya revitalisasi tuna
(2) Ancaman:
1. Pemasaran ikan cakalang ke luar kota maupun luar negeri yang tidak secara langsung
2. Adanya nelayan pendatang dan kegiatan illegal fishing
3. Harga jual ikan cakalang yang masih rendah
4. Pencemaran lingkungan perairan oleh kegiatan pertambangan
Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dilakukan perhitungan skor terhadap masing-masing unsur SWOT pada kedua faktor tersebut. Berikut merupakan hasil perhitungan skor tersebut, dimana hasil tersebut disajikan dalam matriks evaluasi faktor internal (internal strategic factors analysis summary: IFAS) dan matrik evaluasi faktor eksternal (externa; strategic factors analysis summary: EFAS) untuk pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.
Tabel 13 Matriks IFAS untuk pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur
Unsur SWOT Bobot Rating Skor
Kekuatan
Terdapat industri perikanan, termasuk perikanan
cakalang, yang maju di PPP Labuhan Lombok 0,06 3 0,18
Adanya jaminan pasar untuk ikan cakalang 0,16 3 0,47
Kemudahan dalam memenuhi kebutuhan melaut
di PPP Labuhan Lombok 0,25 4 1,00
Penggunaan rumpon dalam kegiatan penangkapan
ikan cakalang 0,03 4 0,14
Kelemahan
Jumlah unit penangkapan ikan cakalang yang
melebihi batas optimal 0,29 1 0,29
Nelayan perikanan cakalang di Kabupaten
Lombok Timur yang dinamis 0,03 2 0,06
Keterbatasan modal yang dimiliki oleh nelayan
pemilik kapal pancing tonda 0,13 1 0,13
Penanganan ikan cakalang yang belum baik 0,20 2 0,40
Tidak berfungsinya TPI di PPP Labuhan Lombok
secara maksimal 0,05 1 0,05
Posisi tawar nelayan yang rendah dalam transaksi
jual beli 0,08 1 0,08
Tabel 14 Matriks EFAS untuk pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur
Unsur SWOT Bobot Rating Skor
Peluang:
Meningkatnya permintaan ikan cakalang 0,03 3 0,09
Perkembangan informasi perikanan 0,06 4 0,25
Tersedianya teknologi penangkapan ikan
cakalang yang produktif dan ramah lingkungan 0,15 3 0,46
Adanya dukungan dari Provinsi NTB untuk kegiatan perikanan cakalang dengan adanya revitalisasi tuna
0,26 4 1,02
Ancaman:
Pemasaran ikan cakalang ke luar kota maupun
luar negeri yang tidak secara langsung 0,03 2 0,06
Adanya nelayan pendatang dan kegiatan illegal
fishing 0,13 1 0,13
Harga jual ikan cakalang yang masih rendah 0,06 1 0,06
Pencemaran lingkungan perairan oleh kegiatan
pertambangan 0,27 2 0,55
Total 1,00 2,62
Pada Tabel 13 ditunjukkan bahwa terdapat beberapa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Kabupaten Lombok Timur untuk pengembangan perikanan cakalang. Kekuatan yang memberikan pengaruh paling besar diantara kekuatan yang lainnya adalah kemudahan nelayan dalam memenuhi kebutuhan melaut di PPP Labuhan Lombok. Kekuatan yang selanjutnya memberikan pengaruh terhadap kegiatan pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur adalah adanya jaminan pasar untuk ikan cakalang baik di sekitar Kabupaten Lombok Timur maupun di luar kota serta terdapat industri perikanan, termasuk perikanan cakalang, yang maju di PPP Labuhan Lombok. Kekuatan yang pengaruhnya paling kecil diantara kekuatan yang lainnya yaitu penggunaan rumpon dalam kegiatan penangkapan ikan cakalang. Adapun kelemahan yang memberikan pengaruh paling besar diantara kelemahan lainnya untuk pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yaitu Jumlah unit penangkapan ikan cakalang yang melebihi batas optimal. Kelemahan selanjutnya yang memberikan pengaruh terhadap kegiatan pengembangan tersebut yaitu penanganan ikan cakalang yang belum baik; keterbatasan modal yang
dimiliki oleh nelayan pemilik kapal pancing tonda; posisi tawar nelayan yang rendah dalam transaksi jual beli; tidak berfungsinya TPI di PPP Labuhan Lombok secara maksimal; dan nelayan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yang dinamis.
Tabel 14 menunjukkan peluang dan ancaman yang dimiliki oleh Kabupaten Lombok Timur untuk kegiatan pengembangan perikanan cakalang. Peluang yang memberikan pengaruh paling besar untuk pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yaitu adanya dukungan dari Provinsi NTB untuk kegiatan perikanan cakalang dengan adanya revitalisasi tuna. Peluang lainnya yang memberikan tingkatan pengaruh dari yang terbesar sampai terkecil secara berturut-turut yaitu tersedianya teknologi penangkapan ikan cakalang yang produktif dan ramah lingkungan; perkembangan informasi perikanan; dan meningkatnya permintaan ikan cakalang. Adapun ancaman yang memberikan pengaruh paling besar untuk pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yaitu pencemaran lingkungan perairan oleh kegiatan pertambangan dan ancaman yang pengaruhnya paling kecil yaitu pemasaran ikan cakalang ke luar kota maupun luar negeri yang tidak secara langsung. Ancaman lainnya yang dimiliki oleh Kabupaten Lombok Timur yaitu adanya nelayan pendatang dan kegiatan illegal fishing dan harga jual ikan cakalang yang masih rendah.
Pada Tabel 13 dan Tabel 14 diperoleh hasil bahwa skor untuk faktor internal sebesar 2,81 dan faktor eksternal sebesar 2,62. Hal ini berarti bahwa kondisi internal untuk pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur memiliki kekuatan untuk mengatasi berbagai kelemahan yang dimilikinya. Selain itu, Kabupaten Lombok Timur telah mampu merespon peluang secara maksimal untuk mengatasi ancaman dalam pengembangan perikanan cakalang.
Penentuan alternatif strategi untuk pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dapat dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh kabupaten tersebut serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Dari hasil analisis IFAS dan EFAS yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan alternatif strategi tersebut, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 15.
Tabel 15 Matriks SWOT pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur Kekuatan (S):
1. Terdapat industri perikanan, termasuk perikanan cakalang, yang maju di PPP Labuhan Lombok 2. Adanya jaminan pasar untuk ikan
cakalang
3. Kemudahan dalam memenuhi kebutuhan melaut di PPP Labuhan Lombok
4. Penggunaan rumpon dalam kegiatan penangkapan ikan cakalang
Kelemahan (W):
1. Jumlah unit penangkapan ikan cakalang yang melebihi batas optimal
2. Nelayan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yang dinamis
3. Keterbatasan modal yang dimiliki oleh nelayan pemilik kapal pancing tonda
4. Penanganan ikan cakalang yang belum baik 5. Tidak berfungsinya TPI di PPP Labuhan
Lombok secara maksimal
6. Posisi tawar nelayan yang rendah dalam transaksi jual beli
Peluang (O):
1. Meningkatnya permintaan ikan cakalang 2. Perkembangan informasi perikanan
3. Tersedianya teknologi penangkapan ikan cakalang yang produktif dan ramah lingkungan
4. Adanya dukungan dari Provinsi NTB untuk kegiatan perikanan cakalang dengan adanya revitalisasi tuna
Strategi SO:
1. Optimalisasi pemanfataan sumberdaya ikan cakalang
Strategi WO:
2. Rasionalisasi jumlah unit penangkapan ikan cakalang
3. Pelatihan kepada nelayan mengenai cara penanganan hasil tangkapan
4. Perbaikan kelembagaan nelayan untuk perbaikan posisi tawar nelayan
Ancaman (T):
1. Pemasaran ikan cakalang ke luar kota maupun luar negeri yang tidak secara langsung
2. Adanya nelayan pendatang dan kegiatan illegal fishing
3. Harga jual ikan cakalang yang masih rendah 4. Pencemaran lingkungan perairan oleh kegiatan
pertambangan
Strategi ST:
5. Memaksimalkan potensi pasar komoditi ikan cakalang
Strategi WT:
6. Diversifikasi jenis pengolahan ikan cakalang
Analisis Internal
Analisis Eksternal
6 PEMBAHASAN
Analisis mengenai pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dilakukan dengan beberapa tahap analisis yaitu analisis unit penangkapan, analisis stok sumberdaya ikan, analisis kelayakan finansial dan analisis SWOT. Analisis unit penangkapan ikan, analisis stok sumberdaya ikan dan analisis kelayakan finansial perlu dilakukan sebelum mengetahui strategi yang tepat untuk pengembangan perikanan cakalang. Hal ini dikarenakan perlu adanya informasi mengenai teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur sehingga dapat diketahui dampak terhadap hasil tangkapan ikan cakalang dari penggunaan teknologi alat penangkap ikan tersebut. Selain itu, perlu pula diketahui besarnya potensi sumberdaya ikan cakalang di wilayah perairan Kabupaten Lombok Timur sehingga dapat dianalisis status dari sumberdaya ikan cakalang di wilayah tersebut dan dapat diketahui tindakan yang perlu dilakukan berdasarkan status sumberdaya ikan cakalang tersebut. Selanjutnya, pada kegiatan usaha perikanan cakalang, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui keuntungan dan kelayakan dari usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.
Menurut Haluan (1996), kegiatan pengembangan pemanfaatan perikanan dilandasi oleh studi-studi dasar setiap komponen pemanfaatan sumberdaya perikanan serta interaksinya, dimana pendataan sumberdaya perikanan dan identifikasi potensi, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta tingkat pemanfaatannya merupakan dasar penyusunan model pengembangan pemanfaatan sumberdaya hayati. Oleh Karena itu, hasil dari analisis unit penangkapan, analisis stok sumberdaya ikan dan analisis kelayakan finansial selanjutya digunakan sebagai pertimbangan dalam penetapan strategi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.
6.1 Kelayakan Pengembangan Perikanan Cakalang
Analisis unit penangkapan ikan cakalang pada penelitian ini menunjukkan bahwa ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur ditangkap dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda, dimana alat tangkap tersebut termasuk ke dalam alat tangkap yang menghasilkan hasil tangkapan yang segar. Selain itu,
kapal pancing tonda yang digunakan oleh nelayan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dilengkapi dengan palkah yang selalu diisi dengan es untuk tetap menjaga kesegaran ikan hasil tangkapan. Sehingga dapat dikatakan bahwa alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur tidak merusak kualitas dari ikan cakalang tersebut. Informasi lain yang diperoleh yaitu nelayan pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur menggunakan rumpon sebagai alat bantu dalam operasi penangkapan ikan, dimana rumpon tersebut dipasang sekitar perairan selatan Nusa Tenggara.
Pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur memiliki produktivitas sekitar 3.850 kg/trip (pada musim sedang) hingga 6.375 kg/trip (pada musim puncak). Hal ini berbeda dengan produktivitas pancing tonda di Trenggalek, Jawa Timur. Penelitian Ross (2011) menunjukkan bahwa produktivitas pancing tonda di daerah Trenggalek yaitu 550 kg/trip (pada musim paceklik) dan 950 kg/trip (pada musim puncak). Perbedaan produktivitas pancing tonda pada kedua daerah tersebut disebabkan oleh waktu trip yang berbeda. Waktu trip penangkapan pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur antara 10 – 14 hari sedangkan waktu trip penangkapan pancing tonda di Trenggalek antara 7 – 10 hari. Selain itu, perbedaan produktivitas ini juga dapat pula disebabkan oleh daerah penangkapan ikan yang menjadi lokasi penangkapan pancing tonda pada kedua daerah tersebut.
Menurut Haryani, Fauzi, dan Monintja (2009), produksi lestari merupakan hubungan antara hasil tangkapan dengan upaya penangkapan dalam bentuk kuadratik, dimana tingkat effort maupun hasil tangkapan yang diperoleh tidak akan mengancam kelestarian sumberdaya perikanan. Produksi lestari pada penelitian ini menggunakan produksi lestari maksimum (MSY). Adapun analisis pendugaan produksi lestari untuk ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur pada penelitian ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan cakalang tersebut terindikasi mengalami over fishing. Effort aktual perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yang telah melebihi effort optimalnya menyebabkan produksi aktual ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur lebih kecil daripada produksi lestarinya. Hal ini terjadi karena kegiatan perikanan digambarkan ke dalam kurva MSY yang berbentuk parabola. Bentuk kurva MSY tersebut memiliki arti bahwa produksi ikan akan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya effort
yang dilakukan, namun setelah mencapai titik maksimumnya, produksi ikan akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya effort yang dilakukan. Produksi lestari ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur adalah 2.473 ton/tahun, sedangkan produksi aktual ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur adalah 1.702,90 ton/tahun. Adapun effort optimal untuk kegiatan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur adalah 38.107 trip/tahun, sedangkan effort
aktual ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur adalah 73.154 trip/tahun. Perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur yang terindikasi mengalami over fishing telah sangat jelas ditunjukkan oleh kurva MSY (Gambar 24). Selanjutnya, kondisi terindikasinya over fishing pada perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur tersebut diperkuat pula oleh salah satu indikator over fishing yang dinyatakan oleh Nijikuluw (2002) vide Hiariey (2009) yaitu menurunnya produksi dan produktivitas penangkapan secara nyata.Produksi ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2006 adalah 2.913,30 ton dan produksi ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2010 menurun sekitar 58% sehingga menjadi 1.702,90 ton. Menurut kategori over fishing yang dinyatakan oleh Fauzi (2005) dan Widodo dan Suadi (2006), kondisi over fishing
pada perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur termasuk ke dalam kategori biological over fishing. Hal tersebut dikarenakan effort aktual pada kegiatan perikanan cakalang tersebut melampui effort optimalnya.
Kondisi pemanfaatan dan pengupayaan kegiatan perikanan cakalang seperti yang dihasilkan dari analisis stok sumberdaya ikan pada penelitian ini dapat berdampak buruk pada usaha perikanan cakalang. Menurut Zulkarnain dan Darmawan (1997), kondisi dimana tingkat pengupayaan melebihi effort optimal dan produksi cenderung kecil menunjukkan bahwa sumberdaya perikanan telah berada dalam kondisi kritis. Namun, kondisi seperti ini dapat diatasi dengan melakukan pengurangan terhadap jumlah trip atau jumlah unit dari kapal perikanan cakalang, yang pada penelitian ini adalah kapal pancing tonda. Sesuai dengan pendapat dari Haluan (2001) yang menyatakan bahwa analisis potensi suatu jenis ikan di suatu kawasan perairan laut penting dilakukan untuk mengontrol dan memonitor tingkat eksploitasi dalam kegiatan penangkapan sumberdaya di perairan tersebut sebagai tindakan preventif guna mencegah
terjadinya kepunahan sumberdaya akibat tingkat pemanfaatan berlebihan. Sehingga pengurangan effort untuk kegiatan penangkapan ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur akan membantu mencapai produksi ikan cakalang yang optimal demi mencapai keberlanjutan perikanan cakalang yang pada akhirnya akan mensejahterakan masyarakat, khususnya nelayan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.
Analisis optimasi pada penelitian ini dilakukan dengan analisis rasio