• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Perpustakaan Menurut UU Perpustakaan

2.6.7. Standar Penyelenggaraan

Hal-hal yang diatur dalam standar ini adalah mengenai penyelenggaraan dan pendirian perpustakaan, nomor pokok perpustakaan, struktur organisasi, dan program kerja.

2.6.6 Standar Pengelolaan

Standar Pengelolaan berkaitan dengan standar pengelolaan hal yang diatur adalah tentang visi dan misi perpustakaan, tujuan perpustakaan sekolah, kebijakan pengelolaan perpustakaan sekolah, dan tugas perpustakaan sekolah. Selain itu juga mengatur tentang fungsi perpustakaan sekolah.

2.6.5 Standar Anggaran

Standar anggaran mengatur bahwa sekolah menjamin tersedianya anggaran perpustakaan setiap tahun sekurang-kurangnya 5% dari total anggaran sekolah di luar belanja pegawai dan pemeliharaan serta perawatan ruang.

2.7 Pengembangan Perpustakaan Menurut UU

Perpustakaan

Pengembangan Perpustakaan sekolah diatur dalam pasal 23 UU no 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan yang berbunyi demikian:

1) Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan

perpustakaan yang memenuhi standar nasional

perpustakaan dengan memperhatikan Standar

Nasional Pendidikan.

2) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran yang

ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan pendidik.

3) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengembangkan koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan.

4) Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta didik pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di lingkungan satuan pendidikan yang bersangkutan. 5) Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan

layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

6) Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar

belanja pegawai dan belanja modal untuk

pengembangan perpustakaan.

Berdasarkan pasal 23 UU Perpustakaan nomor 43 tahun 2007, pengembangan perpustakaan sekolah meliputi komponen-komponen:

1. Pengembangan koleksi yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan baik berupa buku teks maupun koleksi yang lain (ayat 1 dan 2)

2. Memberikan layanan yang mendukung kurikulum (ayat 3)

3. Mengembangkan layanan berbasis teknolgi informasi dan komunikasi (ayat 4)

4. Pengalokasian dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional atau belanja barang di luar belanja pegawai untuk pengembangan perpustakaan (ayat 5).

Komponen dalam pengembangan perpustakaan sekolah menurut Undang-Undang Perpustakaan secara rinci diuraikan di bawah ini.

Proyek Pembakuan Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mendifiniskan koleksi perpustakaan adalah:

sekumpulan sumber informasi dalam berbagai bentuk yang telah dipilih sesuai dengan tujuan program sekolah yang bersangkutan ,mencakup dan menunjang semua program studi,,memberikan pengetahuan umum yang sesuai dengan tingkat kecerdasan ,kemampuan baca,serta perkembangan jiwa murid dan tuntutan profesi guru (Prastowo, 2012, hal 115).

Sinaga, demikian juga Yusuf dan Suhendar menyatakan koleksi perpustakaan yaitu sekumpulan bahasn pustaka baik yang berupa buku atau bukan buku ,yang dikelola sedemikian rupa oleh perpustakaan (sekolah) untuk turut serta menjamin kelancaran dan keberhasilan kegiatan proses pembelajaran di sekolah (Prastowo, 2012).

Sedangkan ketentuan umum Undang-Undang Perpustakaan nomor 43 tahun 2007 menyatakan bahwa koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, dolah dan dilayankan (pasal 1).

Koleksi perpustakaan menurut Randall dan Godrich (Prastowo, 2012) memiliki empat fungsi yaitu:

a. Fungsi referensi (reference function), yaitu koleksi perpustakaan harus dapat meberikan informasi yang cepat, tepat dan akurat bagi pemakainya.

b. Fungsi kurikuler (curricular function), yaitu bahan-bahan pustaka harus mendukung kurikulum. c. Fungsi umum (general function). Fungsi ini berkaitan

manusia secara keseluruhan. Pelestarian tersebut diharapkan berguna bagi kehidupan seluruh manusia. d. Fungsi penelitian (research function), keberadaan koleksi perpustakaan dapat menjawab keingintahuan para pemakainya. Selain itu juga menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan para pemakai maupun peneliti dalam menjalankan tugas mereka. Suwarno (2011) menyatakan bahwa koleksi perpustakaan terdiri dari tiga jenis, yaitu:

a. Karya cetak berupa buku teks, buku referensi (buku rujukan, seperti ensklopedi, kamus, biografi, dll), terbitan pemerintah (seperti peraturan perundang-undangan), laporan penelitian dan terbitan berkala (seperti majalah, jurnal, buletin dan surat kabar). b. Karya rekam berupa kaset audio, VCD, CD

pengetahuan, televisi, dan lain-lain.

c. Media elektronik atau not recorded, yaitu media

penyimpanan informasi berupa pangkalan data yang ditayangkan melalui monitor komputer, misalnya internet .

d. Prastowo (2012) menambahkan satu jenis koleksi yang lain yaitu berupa alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar supaya materi pelajaran mudah dipahami peserta didik (halaman133).

Pengembangan koleksi perpustakaan terkait dengan pengadaan koleksi. Rangkaian kegiatan pengadaan meliputi:

a. Pemilihan koleksi

Pemilihan koleksi dilakukan dengan mengidentifikasi koleksi yang akan dipilih.Pemilihan

koleksi sebaiknya dilakukan oleh pustakawan dengan melibatkan guru dan kepala sekolah. Tujuannya adalah agar koleksi perpustakaan benar-benar berdaya guna bagi guru maupun murid ( Sinaga dalam Prastowo, 2012).

Terdapat enam prinsip dalam pemilihan koleksi, yaitu (1) disesuaikan dengan kurikulum nasional, (2) disesuaikan dengan sistem pendidikan secara nasional, (3) disesuaikan dengan daerah tempat perpustakaan tersebut berada, (4) disesuaikan dengan tingkat kemampuan membaca siswa usia sekolah, (5) disesuaikan dengan sistem perpustakaan nasional, dan (6) disesuaikan dengan dana yang tersedia.

Dalam pengadaan koleksi diperlukan alat bantu seleksi koleksi perpustakaan yang berupa pendapat para ahli, bibliografi, majalah profesional dan book

review,serta katalog-katalog, baik dari penerbit, toko

buku, dealer maupun lembaga-lembaga tertentu. b. Cara pengadaan

Teknik atau pengadaan koleksi perpustakaan sekolah adalah kegiatan rutin yang dilakukan dengan cara pembelian, hadiah/sumbangan, swadaya masyarakat setempat, tukar menukar dengan perpustakaan lain (Prastowo, 2012).

Langkah pembelian dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) mengadakan musyawarah antara pustakawan, guru dan kepala sekolah mengenai cara

pembalian buku dan jenis buku yang akan dibeli;

2) pustakawan menulis daftar pesanan buku atau koleksi lain yang akan dibeli

3) mengirim daftar pesanan ke pihak yang akan dipesan bukunya.

Apabila pengadaan koleksi dengan hadiah atau sumbangan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) perpustakaan secara aktif menghubungi pihak-pihak tertentu sambil membuat permohonan. Pihak yang dapat dihubungi misalnya penerbit, badan pemerintah, perusahaan, dan lain-lain.

2) mencari bantuan yang sifatnya tidak mengikat 3) mengundang orang tua murid untuk

mendiskusikan pengembangan perpustakaan. 4) Mengedarkan permohonan sumbangan sukarela

baik berupa buku maupun uang kepada masyarakat maupun orang tua murid.

Apabila pengadaan buku dengan tukar menukar antar perpustakaan, perlu dipertimbangkan sebagai berikut: (1) apakah koleksi tersebut bermanfaat bagi perpustakaan sekolah, (2) apakah koleksi sesuai dengan kebutuhan guru atau siswa.

Menurut Standar Nasional Perpustakaan Sekolah, perpustakaan memperkaya koleksi dan menyediakan bahan perpustakaan dalam bentuk media dan format sekurang-kurangnya:

a. Buku teks 1 eksemplar per mata pelajaran per peserta didik.

b. Buku panduan pendidik 1 eksemplar per mata pelajaran per guru bidang studi

c. Buku pengayaan dengan perbandingan 60% non fiksi dan 40% fiksi, dengan ketentuan bila 1 sampai 6 rombongan belajar jumlah buku sebanyak 1.000 judul, 7 sampai 12 rombongan belajar sebanyak 1.500 judul,13 sampai 24 rombongan belajar jumlah buku sebanyak 2.000 judul.

Perpustakaan menambah koleksi buku per tahun dengan ketentuan semakin besar jumlah koleksi, semakin kecil prosentasi penambahan koleksi. Untuk 1.000 judul buku penambahan sebanyak 10%, buku sejumlah 1.500 judul penambahan 8% dan untuk 2.000 judul buku atau lebih penambahan sebanyak 6%.

Selain itu, perpustakaan berlangganan minimal satu judul majalah dan satu judul surat kabar. Sedangkan bahan perpustakaan referensi sekurang-kurangnya meliputi kamus Bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris-Indonesia, kamus bahasa daerah, ensiklopedi, buku statistik daerah, buku telepon, peraturan perundang-undangan, atlas, peta, biografi tokoh dan kitab suci.

2.7.2. Pelayanan Perpustakaan Sekolah yang Mendukung Kurikulum

Layanan perpustakaan diatur dalam Undang-Undang Perpustakaan no 43 tahun 2007 pasal 14 yang menyatakan bahwa layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi pada kepentingan pemustaka (ayat 1).

Perpustakaan termasuk perpustakaan sekolah harus menerapkan layanan berdasarkan standar nasional perpustakaan (ayat 2). Selain itu ayat 3 menyatakan bahwa setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam Undang-Undang Perpustakaan dinyatakan bahwa layanan perpustakaan dilakukan secara prima. Pelayanan prima perpustakaan menurut Dian Sinaga dalam Pratowo, 2012 adalah suatu upaya dari pihak pustakawan sekolah untuk memberikan kesempatan kepada pemustaka dalam mendayagunakan bahan pustaka dan fasilitas perpustakaan lainnya secara optimal. Sedangkan Muchyidin (Sinaga, 2011) menyatakan bahwa kegiatan pelayanan perpustakaan adalah usaha untuk mendayagunakan bahan-bahan agar dapat digunakan secara maksimal oleh pemustaka. Standar Nasional Perpustakaan menyatakan perpustakaan wajib menyediakan layanan kepada pemustaka sekurang-kurangnya enam jam per hari kerja.

Tujuan pelayanan perpustakaan adalah untuk memberikan pelayanan yang dapat maemuaskan dan fokus pada pelanggan (pemustaka). Pelayanan perpustakaan merupakan pemberdayaan, dalam hal ini memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pemustaka yang terbaik (Suryanto, Adi dan Sutopo dalam Prastowo 2012).

Terdapat dua jenis pelayanan perpustakaan menurut Prastowo (2012) yaitu pelayanan langsung dan pelayanan tidak langsung. Pelayanan langsung merupakan pelayanan yang diberikan pustakawan langsung kepada pemustaka. Dalam pelayanan lansung hasilnya akan dinikmati langsung oleh pemakai. Contoh pelayanan langsung:

1) Pelayanan sirkulasi, yaitu kegiatan melayani permintaan dan pengembalian buku-buku perpustakaan sekolah. Kegiatan yang dilakukan yaitu pelayanan peminjaman koleksi, pengembalian koleksi perpustakaan, membuat statistik pengunjung dan peminjam perpustakaan dan pembuatan keterangan bebas pinjam, misalnya kepada pemustaka yang tidak lagi menjadi anggota perpustakaan.

2) Pelayanan referensi, yaitu semua kegiatan yang ditujukan untuk mempersiapkan segala sarana (fisik dan non fisik) untuk mempermudah penelusuran innformasi. Pelayanan referensi kepada siswa dimaksudkan sebagai bimbingan kepada para siswa agar mampu menggunakan berbagai jenis koleksi referensi secara cepat, tepat dan akurat. Dalam memberikan pelayanan referensi, perlu dijelaskan penggunaan katalog manual, komputer, penggunaan sumber rujukan.

3) Pelayanan bimbingan kepada pemakai, merupakan kegiatan yang ditujukan kepada pemakai untuk dapat mengoptimalkan penggunaan koleksi perpustakaan. Terdapat beberapa bentuk pelayanan bimbingan misalnya menerangkan kepada pemustaka tentang cara penggunaan perpustakaan dengan baik. Kegiatan yang bisa dilakukan yaitu mengadakan momen-momen yang tepat untuk memperkenalkan keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan, misalnya kegiatan ramah tamah atau pertemuan lainnya. Kegiatan lain yang dapat dilaksanakan yaitu mengadakan pameran sederhana tentang perpustakaan dengan melibatkan guru dan siswa,

mengadakan pemuataran film yang menarik, kegiatan perlombaan. Dan yang tidak kalah penting adalah para petugas harus bersikap ramah dan senang membantu (Prastowo, 2012). Berkaitan dengan pelayanan bimbingan menurut Standar Nasional Pendidikan, perpustakaan wajib memiliki program pendidikan pemustaka sekurang-kurangnya setahun sekali. Selain itu perpustakaan memiliki program literasi informasi sekurang-kurangnya dua kali setahun untuk setiap tingkatan kelas.

Jenis pelayanan yang kedua adalah pelayanan tidak langsung. Pelayanan ini ditujukan kepada pengguna potensial dan pengguna aktual. Pengguna potensial yaitu para siswa yang belum menggunakan fasilitas perpustakaan. Sedangkan pengguna aktual adalah pihak yang sudah datang ke perpustakaan dan menggunakan fasilitas perpustakaan. Terhadap pengguna aktual, petugas perpustakaan dapat melakukan pembinaan, sedangkan kepada pengguna potensial petugas melakukan pendekatan sebaik-baiknya dan memberikan motivasi agar pengguna potensial mau datang dan menggunakan perpustakaan. Kegiatan ini dapat melibatkan guru dan kepala sekolah.

Selain kedua jenis pelayanan di atas juga terdapat pelayanan perpustakaan lainnya, yaitu membaca di tempat, pelayanan fotokopi, pelayanan internet, jam/hari wajib di perpustakaan, pelayanan kelas alternatif, dan penyediaan bahan pelajaran. Kegiatan membaca di tempat diselenggarakan dengan berbagai pertimbangan, misalnya keterbatasan koleksi, keterbatasan petugas maupun

keterbatasan ruangan. Untuk kegiatan ini diperlukan ruangan yang nyaman dan memadai.

Menurut Standar Nasional Perpustakaan kegiatan wajib kunjung perpustakaan sekurang-kurangnya satu jam pelajaran per kelas per minggu. Kegiatan jam/hari wajib di perpustakaan berlaku untuk staf, guru, siswa dan karyawan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca.

Pelayanan kelas alternatif maksudnya adalah penggunaan ruang perpustakaan untuk kegiatan belajar mengajar di bawah bimbingan guru tertentu. Agar kegiatan tidak tumpang tindih, maka perlu dibuat jadwal dan koordinasi antara guru dan pihak perpustakaan.

Penyediaan bahan pelajaran dilakukan dengan menyediakan bahan pelajaran materi tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kegiatan ini melibatkan pimpinan sekolah, guru dan pustakawan.

Menurut Standar Nasional Perpustakaan (2011), pelayanan di perpustakaan harus melakukan kegiatan yang berintegrasi dengan kurikulum yang meliputi

a. Kegiatan mendorong kegemaran membaca melalui mendongeng, membaca bersama dan menceritakan kembali

b. Pembelajaran bidang studi di perpustakaan di bawah asuhan guru dan pustakawan

c. Pengajaran program literasi informasi

d. Menyelenggarakan kegiatan membaca buku elektronik e. Membantu guru mengidentifikasi sumber rujukan

materi mata pelajaran

f. Pembelajaran berbasis teknologi informasi bekerja sama dengan guru bidang studi

2.7.3 Mengembangkan Layanan Berbasis Teknolgi Informasi dan Komunikasi

Menurut International Federation of Library Associations

and Institution atau IFLA/UNESCO (2006) perpustakaan

sekolah mempunyai peran penting sebagai pintu gerbang bagi masyarakat masa kini yang berbasis informasi. Oleh karena itu perpustakaan sekolah harus menyediakan akses ke semua peralatan elektronik, komputer, dan pandang-dengar. Peralatan tersebut meliputi komputer meja dengan akses Internet, katalog akses publik yang disesuaikan dengan usia dan tingkat murid yang berbeda, tape-recorder, perangkat CD-ROM, alat pemindai (scanner), perangkat video (video players), peralatan komputer, khusus disesuaikan untuk pengguna tuna netra ataupun menderita cacat fisik lainnnya (halaman 12).

Basuki (2010) menulis teknologi informasi dan komunikasi memiliki dampak terhadap perpustakaan sebagai berikut:

a. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan menciptakan informasi digital.Selain itu memungkinkan penciptaan materi perpustakaan dalam bentuk digital

b. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan terbentuknya akses terpasang (online acces) serta transfer berkas.

c. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan terbentuknya jaringan komputer.

Perkembangan teknologi dan komunikasi informasi membawa pengaruh kepada pemustaka, yaitu meningkatnya tingkat “melek” teknologi, meningkatnya tuntutan pada akses informasi yang lebih cepat dan lebih baik, serta meningkatnya kesenjangan antara yang kaya informasi dengan kelompok yang miskin informasi (Basuki, 2010).

Terhadap pustakawan, perkembangan teknologi dan komunikasi informasi memiliki dampak yaitu adanya tuntutan pustakawan perlu memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang teknologi dan komunikasi informasi. Selain itu pustakawan memerlukan alat teknologi dan komunikasi informasi. Pustakawan juga dituntut untuk belajar terus menerus tentang teknologi komunikasi dan informasi.

Lasa, seperti yang dikutip Prastowo (2012), menyatakan pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dalam kegiatan perpustakaan memiliki tujuan sebagai berikut (1) meringankan pekerjaan, (2) memudahkan dan memperlancar pelaksanaan tugas kepustakawanan, (3) mempercepat temu kembali akan informasi, dan (5) meningkatkan pelayanan informasi dan memanfaatkan teknologi informasi.

Dalam pengembangan perpustakaan, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kepada pemustaka. Salah satu legiatan yang dilakukan berkaitan dengan hal tersebut adalah otomatisasi perpustakaan. Basuki (2010) menulis otomatisasi perpustakaan adalah penggunaan teknologi informasi di perpustakaan, dalam hal ini peran teknologi informasi lebih dominan daripada peran manusia.

Sedangkan Prastowo (2012), mengutip Lasa, menyatakan bahwa otomatisasi perpustakaan sebenarnya lebih tepat disebut teknologi informasi, yaitu teknologi elektronik yang digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan pemanfaatan informasi. Teknologi informasi digunakan untuk kegiatan pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulas, bibliografi, pengindeksan dan penelusuran literatur.

Seiring perkembangan teknologi,perpustakaan telah beranjak dari sistem konvensional menuju sistem digital. Jika perpustakaan tidak mengikuti perkembangan maka akan ditinggalkan pemustaka (Suwarno, 2010). Kondisi tersebut memunculkan perpustakaan perpustakaan digital (digital library).

Suwarno (2010 ) menyatakan perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang melayani pemustaka dengan segala kemudahannya. Marryla, seperti yang dikutip Suwarno (2010), menyatakan bahwa:

perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan berbagai sumber informasi yang mencakup staf ahli untuk memilih, menyusun dan menyediakan akses karya ilmiah agar diinterpretasikan, didistribusikan, dan dipelihara secara terintegrasi dari waktu ke waktu sedemikian rupa sehingga selalu tersedia dan siap dimanfaatkan oleh komunitas pemustaka .

Adapun ciri-ciri perpustakaan digital secara umum adalah sebagai berikut 1) menggunakan komputer untuk mengelola SDP, 2) menggunakan saluran elektronik untuk menghubungkan penyedia informasi dengan pengguna informasi, 3)memanfaatkan transaksi elektronik, 4) memakai sarana elektronik untuk menyimpan, mengelola, dan menyampaikan informasi kepada pemustaka.

Suwarno (2010) mempertanyakan ketika semua koleksi perpustakaan menjadi digital apakah tidak ada ruang untuk koleksi konvensional. Menurut Suwarno (2010) perlu melaksanakan “perpustakaan dua muka“ artinya menggabungkan koleksi digital dengan koleksi konvensional. Penggabungan seperti ini disebut perpustakaan hibrida (hybrid library). Perpustakaan hibrida menurut Suwarno (2010) lebih humanis karena menjembatani pemustaka yang belum mengerti dan memahami koleksi digital.

Borgman, seperti dikutip Suwarno (2010), menyatakan perpustkaan hibrida didesain untuk mengelola teknologi dari dua sumber yang berbeda, yaitu sumber elektronik dan sumber koleksi tercetak yang dapat diakses melalui jarak dekat dan jarak jauh.

2.7.4 Pengalokasian Dana dalam Pengembangan Perpustakaan Sekolah

Pendanaan perpustakaan diatur dalam Undang-Undang Perpusatkaan no 43 tahun 2007 pasal 39 ayat 1 yang berbunyi “Pendanaan perpustakaan menjadi tanggung jawab penyelenggara perpustakaan”. Sebelumnya di pasal 23 ayat 6 menyatakan bahwa “sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.”

Petunjuk penggunaan dana BOS tahun 2014 yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no 101 tahun 2013 menyatakan bahwa

salah satu penggunaan dana BOS adalah untuk pengembangan perpustakaan, yaitu 1) wajib membeli buku teks pelajaran kurikulum 2013 (SD kelas 1, 2, 4, dan 5, SMP kelas 7 dan 8) bagi peserta didik dan guru; 2) membeli kekurangan buku teks pelajaran kurikulum 2013 atau mengganti buku yang rusak di kelas lainnya; 3) membeli buku teks pelajaran kurikulum 2013 untuk peserta didik sebagai cadangan yang disimpan di perpustakaan sebanyak 5% dari jumlah peserta didik; 4) Langganan publikasi berkala; 5) akses informasi online; 6) pemeliharaan buku/koleksi perpustakaan; 7) peningkatan kompetensi tenaga pustakawan; 8) pengembangan database

perpustakaan; 9) pemeliharaan perabot perpustakaan; dan 10) pemeliharaan dan pembelian AC perpustakaan.

Dalam merencanankan anggaran komponen rencana anggaran berikut hedaknya mencakup hal-hal berikut:

a. Biaya pengadaan sumberdaya baru (misalnya, buku, terbitan berkala/majalah.

b. Bahan terekam/tidak tercetak); biaya keperluan promosi (misalnya, poster).

c. Biaya pengadaan alat tulis kantor (ATK) dan keperluan administrasi.

d. Biaya berbagai aktivitas pameran dan promosi e. biaya penggunaan teknologi komunikasi dan

informasi (ICT).

f. Biaya perangkat lunak dan lisensi.

2.8 Model Pengembangan Perpustakaan Menurut

Dokumen terkait