• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sarana dan Prasarana Wilayah, yaitu pengembangan fasilitas-fasilitas meliputi: tersedianya terminal tipe A, Pasar induk regional,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. Pengembangan Sarana dan Prasarana Wilayah, yaitu pengembangan fasilitas-fasilitas meliputi: tersedianya terminal tipe A, Pasar induk regional,

RSU tipe B, PTN; meningkatnya pasokan daya di wilayah Jawa Barat melalui pembangunan Instalasi listrik baru, yaitu Interbus Transformer (IBT) Purwakarta, terbangunnya sistem jaringan telekomunikasi di seluruh ibukota kecamatan dan desa dan terciptanya prasarana permukiman yang berfungsi mendukung peran dan fungsi kota-kota

Dalam RTRW 2006-2010 dirumuskan tujuan, konsepsi dan strategi pengembangan wilayah Kabupaten Purwakarta pada tahun mendatang didasarkan dari hasil identifikasi potensi, persoalan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mendukung terwujudnya struktur ruang yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah adalah adanya kegiatan yang bersifat mendorong tumbuhnya sektor-sektor perekonomian dan perkembangan kependudukan yang perlu diwadahi dalam ruang wilayah dengan ditunjang oleh sarana dan prasarana pendukungnya.

Dalam arahan struktur ruang pada RTRW Tahun 1996, Kabupaten Purwakarta, dibagi dalam 3 Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP) yaitu:

Purwakarta, Babakancikao, Campaka, Bungursari, Cibatu, Jatiluhur, Sukasari, Pasawahan dan Kecamatan Pondoksalam.

2. WPP II berpusat di Plered, meliputi wilayah : Kecamatan Plered, Sukatani, Tegalwaru, Darangdan dan Kecamatan Maniis

3. WPP III berpusat di Wanayasa ditunjang wilayah belakangnya seperti : Kecamatan Wanayasa, Kiarapedes dan Kecamatan Bojong

Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Purwakarta disusun dengan memperhatikan :

1. Penentuan fungsi dan peran Kabupaten Purwakarta dalam Lingkup propinsi yang dimuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat. 2. Permasalahan dan potensi Kabupaten Purwakarta dalam lingkup nasional

dan regional Propinsi Jawa Barat.

3. Permasalahan dan potensi internal Kabupaten Purwakarta.

4. Rencana-rencana strategis, rencana pembangunan sektoral dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purwakarta 1996.

5. Hasil analisis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purwakarta 2002. Strategi pengembangan wilayah Kabupaten Purwakarta hingga tahun 2012 bertujuan antara lain :

1. Meningkatkan peran Kabupaten Purwakarta dalam Konstelasi Nasional (Kabupaten Purwakarta terletak diantara Pusat Kegiatan Nasional DKI Jakarta – Bandung – Cirebon).

2. Meningkatkan peran Kabupaten Purwakarta dalam Konstelasi Regional Jawa Barat

3. Pengembangan sistem kota-kota dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dalam mendorong perkembangan kota-kota dan kecamatan dalam wilayah.

4. Mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan memberdayakan pengusaha kecil. menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan mengoptimalkan sumberdaya daerah yang bertitik berat pada penguatan basis pertanian dan industri serta mengembangkan mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat.

sektor-sektor kegiatan ekonomi, terutama sektor pertanian, industri, pariwisata dan pertambangan

6. Pengembangan sistem pemerintahan yang baik (good governance) untuk meningkatkan kapasitas pelayanan pembangunan.

7. Peningkatan sumberdaya manusia sebagai modal utama dan sebagai pelaku pembangunan dan pengguna hasil pembangunan.

8. Pengembangan sistem transportasi sebagai prasarana dasar untuk mendorong perkembangan perekonomian dan melayani pergerakan penduduk dan barang antar wilayah.

9. Pengembangan sarana dan prasarana wilayah untuk mendorong perkembangan perekonomian dan sosial budaya.

10. Pengembangan kawasan perdesaan, perkotaan dan tertentu yang seimbang dan berkelanjutan

11. Pengembangan sistem perwilayahan yang seimbang dan terjamin aspek lingkungannya.

Secara lengkap strategi pengembangan wilayah Kabupaten Purwakarta hingga tahun 2012 tertuang dalam RTRW Kabupaten Purwakarta disajikan pada Lampiran 2.

Bila memperhatikan kebijakan dan program-program pembangunan yang dirumuskan, nampaknya telah mencakup berbagai aspek. Sehingga apabila diimplemenrasikan akan berdampak cukup besar bagi pengembangan masyarakat dan kemajuan daerah. Namun hasil pembangunan selama ini masih belum merata di semua wilayah, oleh karena itu perlu kajian yang lebih mendalam untuk merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan wilayah yang lebih akurat dan berimplikasi luas terhadap peningkatan dan perkembangan daerah, dengan memprioritaskan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pada upaya pemecahan terhadap permasalahan yang menjadi isu strategis yang ada di daerah.

Struktur Hirarki Wilayah

Melalui analisis skalogram akan diperoleh gambaran karakteristik perkembangan suatu wilayah, yaitu dengan menentukan struktur pusat-pusat pelayanan berdasarkan tingkat hirarki wilayah. Penentuan struktur hirarki wilayah ini berdasarkan kapasitas pelayanan yang dapat disediakan oleh suatu wilayah, sehingga dapat diidentifikasi wilayah yang berfungsi sebagai pusat/inti dan wilayah-wilayah hinterlandnya.

Wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk yang relatif tinggi atau wilayah yang lebih maju akan membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik dibandingkan wilayah dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah atau wilayah yang belum maju. Sarana dan prasarana dibutuhkan antara lain: bidang pendidikan, kesehatan, transportasi, perekonomian dan aksesibilitas wilayah.

Tingkat perkembangan wilayah dapat dicerminkan oleh nilai Indeks Perkembangan Desa/Kecamatan (IPD/IPK) pada analisis skalogram, semakin tinggi IPD/IPK maka semakin berkembang atau maju desa atau kecamatan tersebut, sehingga dapat menjadi pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya atau bagi wilayah yang memiliki nilai IPD/IPK yang lebih rendah.

Hasil analisis skalogram di Kabupaten Purwakarta, diperoleh IPD antara 3.40 sampai dengan 295.52. Nilai tertinggi diperoleh Desa Nagrikaler di Kecamatan Purwakarta dan terendah oleh Desa Wanawali di Kecamatan Cibatu, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan hirarki wilayah menurut ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum berdasarkan perhitungan skalogram diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Wilayah yang termasuk pada hirarki I merupakan desa-desa yang memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih tinggi/maju dibandingkan desa-desa pada hirarki yang lebih rendah. Desa-desa-desa yang termasuk pada hirarki ini memiliki IPD antara 97.25 sampai dengan 295.52, yaitu sebanyak 6 desa dari 192 desa yang ada di Kabupaten Purwakarta (3.13 % dari total desa yang ada di Kabupaten Purwakarta) terdapat di 2 Kecamatan antara lain: 5

Desa-desa ini memiliki tingkat tingkat ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum yang lebih memadai, terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Desa-desa ini memiliki aksesibitas yang tinggi terhadap pusat pemerintahan karena hampir delapan puluh persen terdapat di pusat ibukota kabupaten, sehingga merupakan wilayah perkotaan.

2. Wilayah yang termasuk pada hirarki II merupakan desa-desa yang memiliki tingkat perkembangan wilayah sedang, memiliki nilai IPD antara 20.83 sampai dengan 76.65. Desa-desa yang termasuk pada hirarki ini sebanyak 90 desa (46.88 % dari total desa yang ada di Kabupaten Purwakarta) yang tersebar pada semua kecamatan kecuali di Kecamatan Campaka seperti terlihat pada Tabel 9 di bawah. Kecamatan-kecamatan yang desa-desanya didominasi desa pada hirarki ini terdapat 6 kecamatan, antara lain: Kecamatan Jatiluhur (90.00 %), Plered (62.50%), Bungursari (80.00%), Sukatani (71,43%), Darangdan (73.33) dan Kecamatan Bojong (78.57%). Ciri-ciri yang menonjol dari desa-desa ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana dan fasilitas pelayanan umum relatif lebih rendah dibandingkan desa-desa pada hirarki I dan berada di dekat desa-desa yang berhirarki I. 3. Wilayah yang termasuk pada hirarki III merupakan desa-desa yang memiliki

tingkat perkembangan wilayah paling rendah, memiliki nilai IPD antara 3.40 sampai dengan 20.62. Di Kabupaten Purwakarta Desa-desa pada hirarki III paling banyak jumlahnya, yaitu sebanyak 96 desa (50.00% dari total desa yang ada di Kabupaten Purwakarta) yang tersebar pada semua kecamatan kecuali di Kecamatan Purwakarta. Kecamatan-kecamatan yang desa-desanya didominasi desa pada hirarki ini terdapat 10 kecamatan, antara lain: Wanayasa (53.33%), Pasawahan (75.00%), Babakancikao (55.56%), Tegalwaru (61.54%), Pondoksalam (90.91%), Campaka (100.00%), Maniis (62.50%), Cibatu (90.00%), Kiarapedes(80.00%) dan Kecamatan Sukasari (80.00%). Ciri-ciri yang menonjol dari desa-desa ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang relatif kurang dibandingkan desa-desa pada hirarki yang lebih tinggi. Penyebaran desa-desa menurut hirarki di Kabupaten Purwakarta dapat dilihat pada Gambar 8.

terdapat di dua tempat (dua kecamatan yaitu Kecamatan Purwakarta dan Kecamatan wanayasa) dan desa-desa yang berhirarki II berada pada wilayah pada umumnya menyebar pada wilayah tengah Kabupaten Purwakarta, sedangkan desa-desa yang berhirarki III pada umumnya menyebar pada wilayah-wilayah pinggiran Kabupaten Purwakarta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sarana-prasarana dan fasilitas pelayanan umum terpusat pada pusat kota, juga menyebar sepanjang jalur transportasi utama Jakarta - Bandung.

Pada Tabel 12 di atas terlihat bahwa hasil pengelompokan berdasarkan hirarki wilayah menunjukkan bahwa sebagian besar desa-desa yang ada di Kabupaten Purwakarta berada pada hirarki III yaitu mencapai 50.00%, dengan wilayah-wilayah yang dominan hirarki III-nya antara lain: Kecamatan Wanayasa, Pasawahan, Babakan Cikao, Tegalwaru, Pondoksalam, Campaka (bahkan seluruh desanya berhirarki III), Kecamatan Maniis, Cibatu, Kiarapedes dan Kecamatan Sukasari. Desa-desa berhirarki II sebanyak 46.88%, dengan wilayah-wilayah yang dominan hirarki II-nya antara lain: Kecamatan Jatiluhur, Plered, Bungursari, Sukatani, Darangdan dan Kecamatan Bojong.

Sedangkan desa-desa yang berhirarki I hanya sebanyak 3.13% yaitu 5 kelurahan yang berada di Kecamatan Purwakarta dan 1 desa di Kecamatan Wanayasa. Hal ini menunjukan struktur pusat pelayanan yang memusat di pusat pertumbuhan yang ada di Kecamatan Purwakarta, sedangkan di luar Kecamatan Purwakarta hanya ada 1 desa yang termasuk Desa berhirarki I yaitu Desa Wanayasa di Kecamatan Wanayasa, yang menurut sejarah merupakan ibukota Kabupaten Purwakarta sebelum ibukota Kabupaten Purwakarta dipindah ke Desa Cipaisan Kecamatan Purwakarta. Sebagai ibukota kabupaten, dimana pusat pemerintahan berada biasanya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pelayanan umum dan infrastruktur yang lebih baik. Wilayah ini memiliki aksesibilitas yang baik, terletak pada jalur utama Jakarta – Bandung dengan kondisi jalan yang baik dan saat ini ditunjang dengan dibukanya akses ke jalan tol.

Sedangkan secara rekapitulasi jumlah desa-desa berdasarkan hirarki wilayah dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini :

Jumlah Desa Persentase Desa No Kecamatan

I II III Total I II III Total

1 Purwakarta 5 5 - 10 50.00 50.00 - 100.00 2 Jatiluhur - 9 1 10 - 90.00 10.00 100.00 3 Plered - 10 6 16 - 62.50 37.50 100.00 4 Bungursari - 8 2 10 - 80.00 20.00 100.00 5 Wanayasa 1 6 8 15 6.67 40.00 53.33 100.00 6 Sukatani - 10 4 14 - 71.43 28.57 100.00 7 Darangdan - 11 4 15 - 73.33 26.67 100.00 8 Bojong - 11 3 14 - 78.57 21.43 100.00 9 Pasawahan - 3 9 12 - 25.00 75.00 100.00 10 Babakancikao - 4 5 9 - 44.44 55.56 100.00 11 Tegalwaru - 5 8 13 - 38.46 61.54 100.00 12 Pondoksalam - 1 10 11 - 9.09 90.91 100.00 13 Campaka - - 10 10 - - 100.00 100.00 14 Maniis - 3 5 8 - 37.50 62.50 100.00 15 Cibatu - 1 9 10 0.00 10.00 90.00 100.00 16 Kiarapedes - 2 8 10 0.00 20.00 80.00 100.00 17 Sukasari - 1 4 5 0.00 20.00 80.00 100.00 Jumlah 6 90 96 192 3.13 46.88 50.00 100.00

Sumber : Podes 2003 (diolah)

Tabel 13. IPK Kabupaten Purwakarta Tahun 2002 dan 2006

Tahun 2002 Tahun 2006

No Kecamatan

IPK Hirarki IPK Hirarki

1 Purwakarta 215.26 I 132.52 I 2 Plered 76.82 II 48.53 II 3 Jatiluhur 76.17 II 36.29 II 4 Darangdan 65.38 II 32.52 II 5 Wanayasa 62.18 II 28.69 II 6 Sukatani 56.77 II 29.92 II 7 Bojong 55.12 II 29.86 II 8 Bungursari 52.66 II 28.55 II 9 Tegalwaru 31.14 II 26.63 III 10 Babakancikao 30.93 III 29.30 II

11 Pasawahan 28.57 III 17.40 III

12 Maniis 20.33 III 16.29 III

13 Kiarapedes 17.75 III 16.16 III

14 Pondoksalam 17.75 III 17.98 III

15 Campaka 15.44 III 18.35 III

16 Cibatu 13.54 III 22.04 III

17 Sukasari 6.10 III 5.46 III

49.52 31.56

Ket : Tahun 2002 Data Podes 2003 (diolah)

Perkembangan Kecamatan (IPK), pada tahun 2002 menunjukan wilayah yang berada pada hirarki I hanya Kecamatan Purwakarta dengan IPK 215.26. Nilai IPK ini sangat jauh berbeda dengan nilai-nilai IPK yang dimiliki kecamatan lainnya dan IPK rata-rata Kabupaten saja yang hanya mencapai 49.52, sedangkan IPK hirarki II memiliki selang nilai antara 31.14 sampai dengan 76.82 meliputi 8 kecamatan yaitu: Kecamatan Plered, Jatiluhur, Darangdan, Wanayasa, Sukatani, Bojong, Bungursari dan Kecamatan Tegalwaru dan Hirarki III memiliki selang nilai antara 6.10 sampai dengan 30.93 meliputi 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Babakancikao, Pasawahan, Maniis, Kiarapedes, Pondoksalam, Campaka, Cibatu dan Kecamatan Sukasari. Indeks Perkembangan Kecamatan di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2002 dan 2006 dapat dilihat pada Tabel 13 dan Peta sebaran Hirarki wilayah tahun 2002 dapat dilihat pada Gambar 9.

Pada Gambar 9 tampak bahwa wilayah Kabupaten Purwakarta didominasi wilayah yang termasuk hirarki II dan hirarki III, yang menyebar mengelilingi wilayah hirarki I. Wilayah hirarki II terletak sepanjang jalur transportasi utama di Kabupaten Purwakarta dan wilayah hirarki III menyebar pada wilayah-wilayah pinggiran kabupaten yang berbatasan langsung dengan kabupaten tetangga. Sedangkan wilayah yang memiliki hirarki I hanya Kecamatan Purwakarta dimana ibukota Kabupaten Purwakarta berada, dengan demikian pusat pertumbuhan di Kabupaten Purwakarta terletak di Kecamatan Purwakarta.

Pada tahun 2006, pemusatan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum masih terjadi dimana hasil perhitungan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) pada tahun 2006 wilayah yang berada pada hirarki I hanya Kecamatan Purwakarta dengan IPK 132.52. Nilai IPK ini sangat jauh berbeda dengan nilai-nilai IPK yang dimiliki kecamatan lainnya dan IPK rata-rata Kabupaten saja yang hanya mencapai 31.56, sedangkan IPK hirarki II memiliki selang nilai antara 28.54 sampai dengan 48.53 meliputi 8 kecamatan dan Hirarki III memiliki selang nilai antara 5.46 sampai dengan 26.62 meliputi 8 Kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil-hasil pembangunan berupa sarana prasarana dan fasilitas pelayanan umum yang dibangun masih belum merata dinikmati seluruh masyarakat Kabupaten Purwakarta.

Purwakarta memiliki struktur hirarki yang relatif tidak berubah, dimana IPK tertinggi tetap dimiliki Kecamatan Purwakarta, IPK terendah dimiliki Kecamatan Sukasari dan Kecamatan-kecamatan lain tetap pada posisi hirarki yang sama, kecuali Kecamatan Tegalwaru berubah dari hirarki II pada tahun 2003 menjadi Hirarki III pada tahun 2006 dan Kecamatan Babakancikao berubah dari hirarki III pada tahun 2003 menjadi Hirarki II pada tahun 2006. Hal ini mengisyaratkan bahwa belum ada perubahan dalam strategi pengembangan wilayah dalam menyikapi kondisi dan permasalahan yang dihadapi masing-masing wilayah, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dilakukan secara seragam antar wilayah dan cenderung monoton dari tahun ke tahun.

Perkembangan Wilayah

Perkembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya antara lain untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan mengurangi disparitas pembangunan antar wilayah. Untuk mengetahui perkembangan suatu wilayah, dapat dilakukan dengan menganalisa pencapaian hasil pembangunan melalui indikator-indikator kinerja di bidang ekonomi dan sosial serta bidang-bidang lain, salah satumya dengan menggunakan analisis indeks entropi.

Perkembangan aktivitas perekonomian pada suatu wilayah dapat dianalisis dengan menghitung indeks diversifikasi dengan konsep entropi. Prinsip indeks entropi ini adalah semakin beragam aktivitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah, yang berarti bahwa wilayah tersebut semakin berimbang. Aktivitas suatu wilayah dapat dicerminkan dari perkembangan sektor-sektor perekonomian dalam PDRB. Semakin besar indeks entropinya maka dapat diperkirakan semakin berkembang dan semakin proporsional komposisi antar sektor-sektor perekonomiannya, sebaliknya semakin kecil indeksnya maka dapat diperkirakan terdapat sektor perekonomian yang dominan di wilayah tersebut.

Aktivitas perekonomian pada suatu wilayah akan membentuk sistem kegiatan dimana masing-masing komponen sistem saling terkait. Perkembangan

serta penyebaran (jangkauan spasial) komponen sistem tersebut. Kedua hal tersebut pada dasarnya bermakna peningkatan kuantitas komponen serta perluasan hubungan spasial dari komponen di dalam sistem maupun dengan di luar sistem. Artinya suatu sistem dikatakan berkembang jika jumlah dari komponen/aktivitas sistem tersebut bertambah atau aktivitas dari komponen sistem tersebar lebih luas (Saefulhakim 2005).

Hasil perhitungan indeks entropi kecamatan di Kabupaten Puwakarta pada tahun 2002 dan sektor-sektor perekonomiannya, tampak pada tabel 14.

Tabel 14. Indeks entropi Kecamatan di Kabupaten Purwakarta tahun 2002 Sektor

No Kecamatan

Tani Tmb Ind Ligas Kons Dag Akt Keu Jasa

Jumlah 1 Plered 0.367 0.106 0.243 0.032 0.097 0.328 0.190 0.195 0.257 1.814 2 Purwakarta 0.142 0.005 0.036 0.114 0.294 0.345 0.135 0.349 0.326 1.746 3 Tegalwaru 0.365 0.111 0.310 0.031 0.085 0.299 0.139 0.110 0.225 1.675 4 Sukatani 0.362 0.166 0.143 0.022 0.107 0.345 0.135 0.124 0.231 1.636 5 Pasawahan 0.368 0.023 0.030 0.036 0.068 0.241 0.206 0.330 0.309 1.610 6 Pondoksalam 0.349 0.016 0.032 0.030 0.064 0.262 0.193 0.279 0.268 1.493 7 Darangdan 0.343 0.025 0.069 0.037 0.077 0.286 0.202 0.139 0.297 1.474 8 Cibatu 0.331 0.029 0.350 0.031 0.058 0.306 0.084 0.121 0.115 1.426 9 Bojong 0.332 0.006 0.069 0.023 0.078 0.268 0.191 0.145 0.295 1.406 10 Wanayasa 0.341 0.002 0.040 0.023 0.047 0.219 0.200 0.162 0.340 1.373 11 Kiarapedes 0.297 0.004 0.049 0.027 0.052 0.254 0.152 0.179 0.250 1.265 12 Bungursari 0.068 0.001 0.352 0.060 0.134 0.368 0.099 0.130 0.023 1.234 13 Jatiluhur 0.106 0.002 0.312 0.206 0.027 0.354 0.033 0.036 0.041 1.117 14 Campaka 0.220 0.004 0.275 0.022 0.032 0.295 0.045 0.145 0.075 1.113 15 Babakancikao 0.086 0.006 0.224 0.069 0.032 0.312 0.013 0.053 0.067 0.861 16 Maniis 0.316 0.010 0.333 0.031 0.241 0.038 0.034 0.187 1.190 17 Sukasari 0.211 0.042 0.020 0.084 0.241 0.075 0.039 0.193 0.904 Maksimum 0.368 0.166 0.352 0.333 0.294 0.368 0.206 0.349 0.340 1.814 Minimum 0.068 0.001 0.010 0.020 0.027 0.219 0.013 0.034 0.023 0.861 Rata-Rata 0.271 0.034 0.152 0.066 0.081 0.292 0.125 0.151 0.206 1.373 Simpangan Baku 0.108 0.051 0.130 0.083 0.063 0.046 0.067 0.095 0.104 0.280

Sumber : BPS 2002 ( data di olah) Keterangan

Tani : Pertanian Dag : Perdagangan

Tmb : Pertambangan dan Pengalian Akt : Angkutan dan Komunikasi

Ind : Industri Pengolahan Keu : Lemb.Keu Persewaan dan Jasa perusahaan Ligas : Listrik, gas dan air minum Jasa : Jasa-jasa

berikut :

a. Indeks entropi Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Purwakarta yang berkisar antara 0.861 – 1.814, yang berarti secara umum cukup tinggi dan masih di atas rata-rata nilai indeks (ada 9 Kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Purwakarta memiliki nilai indeks entropi lebih dari 1.373). Hal ini menunjukkan, secara umum perkembangan proporsi keragaman sektor perekonomiaan di Kabupaten Purwakarta cukup baik. b. Kecamatan Plered mempunyai indeks entropi yang paling tinggi, padahal

nilai PDRBnya hanya menduduki peringkat ke 7. Hal ini berarti bahwa Kecamatan Plered merupakan wilayah yang paling berimbang dan terdiversifikasi perkembangan sektor-sektor perekonomian dengan baik sehingga tidak didominan oleh sektor tertentu saja.

c. Kecamatan Bungursari mempunyai nilai PDRB yang paling tinggi, ternyata indeks entropinya di bawah rata-rata nilai indeks entropi Kabupaten. Hal ini berarti bahwa di Kecamatan Bungursari sektor perekonomiannya di dominasi oleh sektor tertentu, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Terbukti bahwa di Kecamatan Bungursari sektor tersebut memberi kontribusi lebih dari 85% dari total PDRB kecamatan tersebut. d. Sektor pertanian di Kabupaten Purwakarta secara umum menyebar merata di

seluruh wilayah, demikian juga dengan sektor angkutan, keuangan dan jasa. Sektor perdagangan memiliki indeks entropi maksimum cukup tinggi 0.368 dan rata-rata nilai indeks entropi 0.292 dan simpangan bakunya 0.046.

e. Sektor industri pengolahan meskipun memiliki nilai indeks entropi maksimum tinggi yaitu 0.352 tetapi memiliki rata-rata nilai indeks entropi yang rendah yaitu 0.152 dan simpangan bakunya yang tinggi yaitu 0.130 berarti bahwa sektor tersebut hanya spesifik dan terkonsentrasi di suatu wilayah serta tidak bersifat menyebar di sebagian besar wilayah. Fenomena ini akan nampak jelas bila dilakukan analisis LQ.

Sedangkan hasil perhitungan indeks entropi untuk tiap sektor perekonomian di Kabupaten Puwakarta pada kurun waktu tahun 2002-2006, tampak pada Tabel 15 di bawah ini :

tahun 2002-2006 Sektor Perekonomian 2002 2003 2004 2005 2006 1 Pertanian 0.24 0.23 0.25 0.23 0.23 2 Pertambangan & Penggalian 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 3 Industri Pengolahan 0.36 0.36 0.37 0.36 0.36 4

Listrik Gas dan Air

Bersih 0.11 0.09 0.10 0.09 0.09 5 Bangunan/Kontruksi 0.10 0.11 0.14 0.12 0.11 6 Perdagangan,Hotel dan Restoran 0.35 0.35 0.35 0.35 0.34 7 Pengangkutan & Komunikasi 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12

8 Keuangan, Persewaan &

jasa Perusahaan 0.13 0.15 0.16 0.15 0.14

9 Jasa-jasa 0.15 0.15 0.16 0.15 0.15

Total PBRB 1.58 1.59 1.65 1.58 1.55

Sumber : BPS 2002 ( data di olah)

Pada tahun 2002-2006 perubahan angka indeks yang relatif stabil, yang mengindikasikan bahwa secara umum komposisi perkembangan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Purwakarta kurang banyak mengalami perkembangan atau bisa dikatakan stagnan. Pada kurun waktu tersebut sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi indeks terbesar yakni sebesar 0.34–0.37, kemudian sektor pertanian 0.23-0.25 pada urutan ketiga sedangkan sektor-sektor lain relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pada kurun waktu tersebut sektor industri pengolahan dan perdagangan mendominasi perekonomian daerah. Keadaan seperti ini menggambarkan bahwa kebijakan pembangunan di bidang ekonomi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta belum memberi prioritas dalam mengembangkan sektor perekonomian tertentu serta beragamnya aktivitas sektor-sektor perekoniomian memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta untuk menentukan prioritas pengembangan pada suatu sektor-sektor perekonomian tertentu.

Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam perumusan kebijakan pembangunan adalah mengetahui sektor-sektor unggulan daerah. Sektor unggulan (leading sektor) merupakan sektor perekonomian yang diharapkan menjadi motor perekonomian suatu wilayah. Dengan mengetahui dan mengoptimalkan sektor unggulan yang dimiliki daerah, maka diharapkan terdapat efek yang positif bagi kemajuan aktivitas perekonomian daerah.

Untuk menentukan apakah suatu sektor merupakan sektor unggulan bagi suatu daerah atau tidaknya, dapat dilihat melalui analisis Location Quotient (LQ). Hasil perhitungan LQ dengan data dasar PDRB per kecamatan berdasarkan sektor-sektor perekonomian tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini: Tabel 16. Nilai LQ Per Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Purwakarta

Tahun 2002

Sektor N

o

Kecamatan

Tani Tmb Ind Ligas Kons Dag Akt Keu Jasa

1 Sukasari 6.87 0.00 0.02 0.12 0.69 0.43 0.78 0.16 1.55 2 Kiarapedes 5.63 0.19 0.02 0.17 0.37 0.47 2.12 1.28 2.43 3 Maniis 5.26 0.00 0.00 7.36 0.19 0.43 0.33 0.13 1.48 4 Bojong 4.93 0.26 0.04 0.14 0.63 0.52 3.00 0.93 3.40 5 Wanayasa 4.70 0.07 0.02 0.14 0.32 0.36 3.25 1.09 4.90 6 Darangdan 4.64 1.48 0.04 0.25 0.62 0.60 3.30 0.87 3.44 7 Pondoksalam 4.47 0.85 0.01 0.19 0.48 0.50 3.07 2.80 2.78 8 Sukatani 3.93 19.05 0.10 0.13 0.97 0.97 1.77 0.74 2.12 9 Tegalwaru 3.79 10.57 0.41 0.20 0.71 0.66 1.85 0.62 2.02 10 Pasawahan 3.46 1.33 0.01 0.24 0.52 0.43 3.41 4.18 3.78 11 Plered 3.15 9.89 0.24 0.21 0.84 0.83 2.99 1.47 2.56 12 Cibatu 1.97 1.79 1.09 0.21 0.43 0.70 0.90 0.71 0.72 13 Campaka 0.84 0.16 1.47 0.13 0.20 0.64 0.40 0.93 0.40 14 Jatiluhur 0.28 0.10 1.31 2.77 0.16 1.07 0.27 0.14 0.18 15 Babakancikao 0.21 0.25 1.64 0.57 0.20 0.73 0.09 0.23 0.34 16 Bungursari 0.15 0.03 1.07 0.47 1.33 1.47 1.14 0.79 0.09 17 Purwakarta 0.42 0.20 0.02 1.12 5.08 0.97 1.77 4.98 4.34

Sumber : PDRB Kabupaten Purwakarta tahun 2002 Diolah

Berdasarkan data-data pada Tabel 16, dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut :

tersebut dapat menjadi sektor unggulan bagi wilayah kecamatan yang bersangkutan. Sektor pertanian, angkutan dan jasa memiliki nilai LQ>1 pada beberapa kecamatan sehingga sektor-sektor ini merupakan sektor unggulan pada kecamatan-kecamatan tersebut (pada 12 kecamatan dari 17 kecamatan).

b. Kecamatan-kecamatan yang memiliki sektor pertanian sebagai sektor unggulan ternyata sektor angkutan dan atau sektor jasanya juga menjadi sektor unggulan pada kecamatan tersebut, kecuali pada Kecamatan Cibatu yang menjadi sektor unggulan sektor pertambangan dan industri selain sektor pertanian.

c. Sektor jasa juga menjadi sektor unggulan di Kecamatan Purwakarta, selain sektor ligas, kontruksi, angkutan dan sektor keuangan, sehingga pada Kecamatan Purwakarta hampir semua sektor perekonomian berkembang dengan baik.

d. Sedangkan sektor-sektor lain hanya menjadi sektor unggulan pada beberapa kecamatan saja, misalnya sektor listrik hanya pada kecamatan Maniis, Jatiluhur dan Purwakarta karena ada waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur. Beberapa kecamatan memiliki lebih dari satu sektor perekonomian yang potensial menjadi sektor unggulan bagi masing kecamatan tersebut, seperti Kecamatan Plered, Pasawahan dan Kecamatan Purwakarta memiliki 5 sektor unggulan. Akan tetapi pada Kecamatan Babakancikao dan Campaka hanya memiliki 1 sektor unggulan yaitu sektor industri pengolahan. Secara rinci sektor-sektor perekonomian unggulan tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 17 berikut:

Tabel 17. Sektor-Sektor Perekonomian Unggulan Per Kecamatan di Kabupaten Purwakarta

No Kecamatan Sektor Unggulan

1 Jatiluhur 1. Sektor Industri Pengolahan

2. Sektor Listrik, gas dan Air Minum 3. Sektor Perdagangan

2 Sukasari 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Jasa-jasa

3 Maniis 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Listrik, gas dan Air Minum 3. Sektor Jasa-jasa

No Kecamatan Sektor Unggulan 4 Tegalwaru 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Pengalian 3. Sektor Angkutan dan Komunikasi 4. Sektor Jasa-jasa

5 Plered 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Pengalian 3. Sektor Angkutan dan Komunikasi 4. Sektor Keuangan

5. Sektor Jasa-jasa 6 Sukatani 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Pengalian 3. Sektor Angkutan dan Komunikasi 4. Sektor Jasa-jasa

7 Darangdan 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Pengalian 3. Sektor Angkutan dan Komunikasi 4. Sektor Jasa-jasa

8 Bojong 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Angkutan dan Komunikasi 3. Sektor Jasa-jasa

9 Wanayasa 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Angkutan dan Komunikasi 3. Sektor Keuangan

4. Sektor Jasa-jasa 10 Kiarapedes

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Angkutan dan Komunikasi 3. Sektor Keuangan

4. Sektor Jasa-jasa 11 Pasawahan 1. Sektor Pertanian

Dokumen terkait