• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Produksi Perikanan dan Pertanian yang Berkelanjutan

2. PROFIL SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR DESA BENTENAN DAN DESA TUMBAK

2.2.3 Pengembangan Produksi Perikanan dan Pertanian yang Berkelanjutan

Berbagai potensi usaha ser ta produksi perikanan dan pertanian di Desa Bentenan dan khususnya produksi perikanan di Desa Tumbak, memiliki peluang untuk dikembangkan di waktu mendatang. Usaha-usaha produksi telah dijalankan oleh masy arakat selama ini sebag ai mata pencaharian tetapi cara pemanfaatan dan mutu pengelolaannya perlu ditingkatkan, terutama yang menjamin kelestarian sumberdaya.

Tabel 11. Sebab dan akibat isu kondisi kerusakan sarana jalan

Parameter

Isu : Beberapa bagian jalan menuju desa dalam kondisi yang rusak. Kerusakan-kerusakan jalan

menyebabkan perjalanan tidak nyaman dan aman bagi kendaraan-kendaraan yang lewat, baik yang membawa penumpang maupun muatan barang.

Sebab Akibat

* Kerusakan-kerusakan di beberapa bagian pada jalur jalan menuju desa

* Jalan di dalam desa belum diaspal

* Jalan desa berbatu-batu dan tergenang air saat hujan atau air laut pasang

* Air tergenang di jalan sehingga jalan cepat berlobang. * Jalan rusak sehingga mobil angkutan umum kadang-kadang

tidak mau masuk ke desa

* Kesulitan memasarkan hasil-hasil tangkapan ikan yang kadang mengakibatkan keterlambatan

* Jalur transportasi untuk tibo-tibo (penjual ikan) sering terlambat mengakibatkan harga ikan turun

* Biaya transportasi menjadi mahal * Biaya perawatan mobil meningkat

* Terisolasinya desa karena sarana jalan yang kurang memadai * Hubungan dan informasi ke luar desa dan kecamatan terhambat

Kegiatan penanganan awal yang telah dilakukan berkenaan dengan peningkatan kondisi jalan:

Telah ada usaha perbaikan kondisi sarana jalan di Desa Bentenan seperti pekerjaan pengerasan jalan di lokasi dekat SMP Bentenan dan jalan di sepanjang pantai Dusun IV yang ditangani oleh Dinas PU melalui P3DT (Proyek Pengembangan Prasarana Penunjang Desa Tertinggal). Pekerjaan pengerasan jalan yang dilakukan yaitu penyusunan batu-batu gunung di sepanjang jalan kemudian ditutupi dengan tanah liat (domato) ataupun pasir. Kegiatan lain dari proyek (P3DT) ini adalah pembuatan jembatan di Dusun III.

Penggunaan batu gunung ini merupakan bukti kesadaran masyarakat terhadap kelestarian karang, dimana pada masa lampau apabila membuat jalan atau bangunan lainnya, masyarakat dan pemerintah desa menggunakan karang sebagai bahan utamanya

(a) Budidaya Rumput Laut

Rumput laut mempuny ai nilai ekonomis ting gi dan merupakan komoditas ekspor sebagai bahan baku industri makanan, obat-obatan dan kosmetik dengan jangkauan pasar yang sangat luas. Keuntungan lain dari usaha budidaya rumput laut adalah areal-ar-eal budidaya r umput laut menjadi tempat berlindung dan berkembang biak ikan-ikan karang, sehingga hal itu bisa memberi nilai tambah kepada nelayan. Budidaya rumput laut dapat dijadikan sebagai mata pencaharian alternatif.

Perairan laut Desa Bentenan dan Desa Tumbak merupakan areal yang potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut dengan cara penanaman terapung di laut yang agak dalam (kedalaman + 15 meter dengan menggunakan jangkar yang kuat (Gambar 17). Lokasi yang menjadi areal lahan budidaya rumput laut ini adalah di perairan laut Desa Bentenan, sekitar Pulau

Bentenan, Teluk Sompini, perairan laut Desa Tumbak sampai di lokasi ke arah muara Sungai Montoy yang merupakan bagian Desa Minanga.

Tabel 12. Sebab dan akibat isu pengembangan produksi budidaya rumput laut

Parameter

Isu : Pengembangan budidaya rumput laut, penggunaan lahan budidayanya, sarana pengawetan/pengolahan dan

pengembangan jalur pemasaran yang belum memadai.

Sebab Akibat

* Sewaktu-waktu rumput laut terkena hama (pada musim-musim tertentu) dan sosoro (sejenis ubur-ubur).

* Cara pengeringan yang sederhana kadang kualitasnya kurang baik. * Kekurangan modal.

* Masyarakat tidak langsung menjual/memasarkan dengan harga yang wajar karena hasil yang diperoleh masih dijual kepada para

tengkulak yang telah memberikan pinjaman modal sebelumnya. * Belum ada koperasi ataupun kelompok usaha bersama yang

menangani hal ini.

* Gagal panen.

* Di musim hujan kualitas menurun bahkan banyak yang rusak.

* Tidak efisien waktu.

* Harga dipermainkan oleh para tengkulak.

Gambar 17. Kegiatan budidaya rumput laut di Desa Bentenan dan Desa Tumbak. (Foto: Proyek Pesisir Sulut)

Tabel 13. Sebab dan akibat isu pengembangan usaha penangkapan ikan.

Parameter

Isu : Kegiatan penangkapan ikan di perairan laut Desa Bentenan dan Desa Tumbak memerlukan penanganan dan

pengelolaan yang berkelanjutan.

Sebab Akibat

* Alat dan cara penangkapan yang masih sederhana (pancing dan pukat).

* Cara pengolahan hasil perikanan masih sederhana. * Belum ada kelompok usaha bersama yang cukup

memadai kapasitasnya.

* Nelayan tidak cukup bermodal untuk membeli alat yang lebih modern (perahu motor, jaring untuk budidaya).

* Jumlah hasil tangkapan ikan sedikit.

* Tingkat pendapatan nelayan rata-rata tergolong rendah.

* Usaha penangkapan masyarakat tidak banyak mengalami kemajuan, adanya monopoli usaha dan ketergantungan nelayan kecil pada nelayan pemilik usaha/modal besar.

Beberapa kendala dan tantangan dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut antara lain adanya konflik pemanfaatan ar-eal budidaya, cara dan sarana pengawetan serta pengolahan hasil yang masih sederhana, distribusi dan pemasaran yang belum maksimal serta gang guan hama (pada musim tertentu) yang menyebabkan gagal panen. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu kegiatan yang telah dilakukan oleh Dinas Perikanan yaitu dengan memberikan pelatihan atau petunjuk pembudidayaan rumput laut kepada masyarakat.

(b) Usaha Penangkapan Ikan

Perairan laut Desa Bentenan dan Desa Tumbak serta perairan di sekitarnya memiliki potensi perikanan yang cukup tinggi dan berpeluang untuk dikembangkan. Hasil perikanan baik dari penangkapan ikan pelagis (cakalang dan deho) maupun penangkapan ikan karang, antara lain ikan beronang, kerapu dan

ikan ekor kuning (Gambar 19) saat ini cukup baik.

Alat tangkap perikanan yang ada antara lain kapal motor penangkap ikan pajeko, perahu londe dan pelang bermotor, perahu dayung maupun perangkap ikan (bubu) dan jaring pengumpul bibit nener (sere). Hal yang perlu dikembangkan untuk menjadi lebih baik adalah pengelolaan pasca penangkapan seperti sarana pelelangan, penyimpanan dan pendinginan, sistem penjualan (tibo-tibo) dan pengangkutan yang dilaksanakan oleh suatu kelompok usaha bersama atau koperasi.

Untuk memudahkan menangkap dan mengumpulkan ikan di laut lepas, para nelayan pajeko membuat semacam rumpon yang disebut “rakit”, dan dilepas di perairan laut dalam. Hasil yang diperoleh biasanya cukup banyak dan lebih menguntungkan daripada cara penangkapan secara tradisional. Tapi sayang daya tahan rakit-rakit tersebut kurang baik. Sejak terjadinya krisis ekonomi, jumlah rakit makin berkurang karena nelayan belum dapat memperbaiki atau mengganti rakit-rakit yang telah rusak.

Kegiatan penanganan awal yang telah dilakukan

berkenaan dengan peningkatan mutu usaha penangkapan ikan laut:

Telah ada usaha dari Dinas Perikanan untuk membantu masyarakat nelayan dengan memberi beberapa pelatihan seperti cara penangkapan, pengolahan dan teknik budidaya ikan. Ada juga bantuan pemberian alat-alat penangkapan ikan pada kelompok nelayan seperti motor katinting (2-5 PK), jaring/pukat udang, alat pancing pole and line dan kotak es (cool box). Di samping bantuan, kelompok nelayan menda patkan petunjuk pengelolaan kelompok dan pendampingan dari petugas penyuluh lapangan.

Masyarakat nelayan yang hidup di pantai Desa Bentenan dan Desa Tumbak amat menggantungkan penghidupan mereka dengan kegiatan penangkapan ikan. Tapi patut disayangkan, ada di antara mereka yang tidak mahir mengelola uang hasil pendapatan mereka (boros), dengan prinsip bahwa besok mereka bisa mencari lagi. Meskipun sering mendapat uang banyak, karena tidak memiliki kebiasaan menyimpan atau mengelola keuangan mereka terutama kalangan anak-anak mudanya, pada saat tidak mendapat ikan mereka sudah kehabisan uang. Kadang-kadang mereka yang merupakan golongan nelayan kecil tidak bisa mengumpulkan modal untuk usaha mereka yang lebih besar atau memperbaiki kehidupan mereka, seperti membangun rumah yang lebih baik dan menyekolahkan anak-anak ke tingkat yang lebih tinggi.

(c) Budidaya Ikan Karang

Budidaya ikan karang dengan karamba apung berpotensi untuk dikembangkan di perairan laut sekitar Desa Bentenan dan Desa Tumbak sebagai alternatif usaha perikanan yang ramah terhadap lingkungan. Kondisi alam yang memungkinkan seperti iklim yang sesuai, bibit yang mudah diperoleh, dukung an kemampuan dan pengalaman masyarakat, dan peluang pasar yang terbuka menunjang usaha budidaya ikan karang ini. Jika upaya ini dilaksanakan akan menambah sumber pendapatan masyarakat, dan lingkungan pesisir akan menjadi lebih baik karena kegiatan destruktif semakin berkurang.

Gambar 18. Ikan ekor kuning merupakan salah satu hasil perikanan yang memiliki nilai ekonomis. (Foto: Proyek Pesisir Sulut)

(d) Intensifikasi Pertanian dan Perkebunan

Desa Bentenan merupakan desa pesisir yang juga memiliki wilayah perbukitan. Sebagian masyarakat Desa Bentenan bekerja sebagai petani yang mengolah lahan pertanian di wilayah perbukitan di sekitar desa deng an mengusahakannya menjadi daerah perkebunan. Jenis tanaman yang ditanam dan diusahakan antara lain jagung, kacang tanah, bawang merah dan batang bawang (daun bawang), juga tanaman perkebunan seperti kelapa, vanili dan cengkih. Hasil pertanian maupun perkebunan selama ini sudah cukup baik tapi masih perlu ditingkatkan produktivitas hasilnya.

Sebagian petani memiliki pendapatan yang cukup dari kegiatan pertanian tetapi sebagian lagi masih banyak yang hidup sebagai keluarga prasejahtera. Akibat kemarau panjang yang pernah

terjadi selama tahun 1997-1998 dan krisis ekonomi yang melanda desa, tidak sedikit hasil pertanian yang gagal dan mengakibatkan pendapatan masyarakat menurun sehingga para petani makin kekurangan dana untuk dijadikan modal untuk meneruskan usaha pertaniannya.

Cara dan alat-alat yang digunakan oleh para petani sangat sederhana, baik dalam hal pemilihan bibit, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan. Ada beberapa akibat negatif dari kegiatan pertanian dan perkebunan di wilayah perbukitan Desa Bentenan yang kurang berwawasan lingkungan yaitu lahan-lahan kosong hasil penebangan hutan. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi atau pengikisan tanah yang cukup intensif pada lahan-lahan berlereng curam sehingga mendorong terjadinya sedimentasi pada daerah pesisir pantai dan terumbu karang. Tabel 14. Sebab dan akibat isu pengembangan potensi budidaya ikan karang

Parameter

Isu : Budidaya ikan karang dengan sistem keramba apung maupun tancap berpotensi sebagai usaha perikanan

alternatif masyarakat bagi penangkapan ikan yang merusak.

Sebab Akibat

* Potensi alam menunjang * Bibit mudah diperoleh

* Perlu dicari alternatif jalan keluar atas kegiatan perikanan yang merusak seperti membom ikan * Peluang pasar terbuka

* Sumber pendapatan masyarakat bertambah * Lingkungan pesisir menjadi lebih baik * Kegiatan destruktif dapat berkurang

Melalui kelompok-kelompok tani, kegiatan mereka diorganisir tetapi tetap membutuhkan bantuan dan pendampingan baik dari pemerintah maupun dinas terkait. Penanganan ini telah dilakukan oleh Dinas Pertanian melalui tenaga-tenaga penyuluh pertanian, bantuan kredit kepada petani kecil dan pelatihan-pelatihan kelompok tani. Tapi upaya pencegahan kegiatan penebangan pohon di sekitar daerah aliran sungai dan daerah sekitar mata air belum menjadi perhatian dari masyarakat dan pemerintah.

2.2.4 Peranan Wanita Dalam Pengelolaan Sumberdaya

Dokumen terkait