• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sarana Prasarana Ekowisata

Dalam dokumen BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 48-53)

5.8 Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi

5.8.4 Pengembangan Sarana Prasarana Ekowisata

Pengembangan sarana prasarana diperlukan untuk meningkatkan pelayanan demi kepuasan pengunjung. Pembangunan sarana prasarana di kawasan yang berstatus Suaka Alam harus disesuaikan dengan penataan blok-blok dalam kawasan (blok inti dan blok rimba). Pengembangan sarana prasarana wisata tersebut juga tidak harus selalu ada pada setiap obyek. Hal ini karena obyek-obyek berada pada satu jalur, sehingga keduanya dianggap sebagai satu kesatuan obyek. Pengembangan sarana prasarana pada lokasi obyek di Suaka Alam Merapi dapat saling menunjang satu sama lainnya.

5.8.4.1 Sarana Prasarana Dalam Kawasan

Sarana prasarana yang terdapat di dalam kawasan belum lengkap. Suaka Alam Merapi memiliki 1 jalur pendakian dengan kondisi yang jelas dan mudah diakses, 1 unit pos jaga yang berlokasi di 200 m sebelum Pesangrahan dan fasilitas interpretasi berupa papan penunjuk arah, papan petunjuk obyek, papan himbauan dan papan peringatan dengan kondisi yang sederhana serta sudah rusak.

C D

Gambar 54 Sarana prasarana dalam kawasan. Ket: (A) Pos jaga BKSDA & MAC; (B) Papan penunjuk arah; (C) Papan himbauan; dan (D) Papan petunjuk obyek.

Sarana prasarana di dalam kawasan perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut meliputi kegiatan perbaikan jalur Koto Baru, penyediaan sarana prasarana dasar, penambahan sarana interpretasi, penyediaan tempat sampah dan sistem pengelolaan sampah dan pembuatan areal api unggun.

1) Perbaikan jalur Koto Baru

Kuisioner menunjukkan hasil bahwa sarana prasarana yang paling diinginkan adalah perbaikan jalan dan jalur Koto Baru (46%). Jalur Koto Baru relatif sudah aman diakses dan sudah cukup jelas. Hanya diperlukan perbaikan jalur menuju obyek di sekitar Shelter Paninjauan yang kondisinya sudah tertutup dengan tumbuhan semak. Sarana pembantu yang perlu disediakan adalah kernmantel, disediakan pada lokasi-lokasi dengan topografi menanjak dan rawan longsor, khususnya Cadas. Jalur dari Cadas menuju kawasan puncak dan Taman Edelweis juga perlu diperbaiki.

2) Prasarana dasar

Prasarana dasar dibutuhkan oleh petugas Merapi dan MAC yang memantau kegiatan ekowisata dan pengamanan kawasan. Prasarana tersebut adalah peta dasar Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru), 1 unit radio komunikasi dan 5 unit handy talky di pos jaga Kecamatan X Koto, pengadaan peralatan navigasi (kompas, 5 unit altimeter dan 1 unit GPS), 2 unit peralatan camping dan lapangan, 1 unit kamera, 1 unit mesin tik dan 1 unit komputer, 5 unit kendaraan patroli roda dua, 5 unit senjata api laras panjang dan 1 pucuk senjata laras pendek.

3) Penambahan sarana interpretasi

Muntasib (2001) mendefinisikan interpretasi sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seni dalam memberikan penjelasan

tentang suatu kawasan. Interpretasi memuat berbagai materi yang dapat disajikan kepada pengunjung, contohnya materi sejarah pengelolan Suaka Alam Merapi, materi flora dan fauna pada masing-masing obyek dan materi keunikan kawasan dengan ekosistem Gunung Merapi. Interpretasi pada Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) didukung dengan sarana interpretasi, seperti jalur interpretasi, data potensi kawasan (flora, fauna, ekosistem), papan interpretasi (papan petunjuk arah, papan petunjuk jarak, papan nama obyek, papan cerita, papan larangan / tanda bahaya), shelter, menara pandang dan sebagainya.

4) Penyediaan tempat sampah dan pengelolaan sampah

Sampah adalah masalah utama yang dihadapi pengelola di Suaka Alam Merapi. Lokasi yang terkonsentrasi seperti Pesangrahan Bung Hatta membutuhkan tempat-tempat sampah. Areal sekitar tower juga membutuhkan lokasi pembuangan sampah karena pengunjung (khususnya pendaki) umumnya membawa perbekalan berupa makanan dan minuman yang memakai kemasan, dengan tidak adanya tempat pembuangan sampah akhir maka pengunjung cenderung tidak mempunyai kesadaran untuk membawa sampah mereka kembali.

5) Pembuatan tungku/areal api unggun

Pesangrahan Bung Hatta digunakan sebagai areal aktivitas camping. Lokasi ini memerlukan fasilitas tambahan berupa tungku atau areal api unggun untuk mengantisipasi sikap pengunjung menggunakan areal sekitar pohon di Pesangrahan Bung Hatta sebagai lokasi untuk membuat tungku/api unggun. Alternatif bahan bakar juga perlu disediakan, seperti arang/sabut untuk mengantisipasi pengunjung mengambil kayu-kayu pohon di sekitar Pesangrahan Bung Hatta. Kegiatan ini mengajarkan kepada pengunjung akan pentingnya fungsi vegetasi pada kawasan hutan sekitar Pesangrahan Bung Hatta.

6) Pengadaan sarana pusat informasi

Pusat informasi diperlukan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung saat memasuki kawasan. Pos jaga Merapi Adventure Camp dapat berfungsi sebagai pusat informasi bagi pengunjung. Pusat informasi tersebut perlu difasilitasi dengan sumber-sumber informasi tentang

kawasan, seperti foto-foto, peta kawasan, alat peraga dan buku-buku informasi yang memberikan pengetahuan bagi pengunjung tentang kawasan Suaka Alam Merapi.

7) Sarana MCK

Belum ada sarana MCK yang memadai yang terdapat di kawasan. Selama ini pengunjung hanya menggunakan MCK sederhana di tower dengan meminta izin pada petugas tower. Sarana MCK adalah salah satu kebutuhan mendasar bagi pengunjung yang harus dipenuhi dan jumlahnya cukup. Penyediaan sarana MCK cukup dibangun di pusat informasi (pos jaga BKSDA dan MAC).

5.8.4.2 Sarana Prasarana Penunjang

Sarana prasarana penunjang dibutuhkan untuk memudahkan pengunjung mengakses obyek. Sarana prasarana penunjang yang terdapat di kawasan sekitar Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) adalah:

a. Jalan menuju kawasan tower (pintu masuk Jalur Koto Baru). Jalan tersebut sepanjang 2,5 km dan lebar 4 m, permukaan aspal dan banyak yang rusak. Jalan dapat dilalui oleh kendaraan roda 2 dan roda 4.

b. Jalan tower – batas nagari sepanjang 1.400 m dengan lebar jalan 2,5 m, 400 m diaspal dan 1 km berupa jalan tanah.

c. Angkutan Koto Baru – tower menggunakan ojek dengan biaya Rp 5.000,-dan angkutan tower – pos jaga BKSDA menggunakan ojek dengan biaya Rp 3.000,- . Ojek tower – pos jaga BKSDA akan dibatasi pada hari-hari yang menjadi puncak kunjungan.

d. 1 unit warung sederhana terletak di tower (aktif Sabtu / Minggu dan hari ramai pengunjung).

e. Jaringan listrik dan telekomunikasi sampai ke kawasan tower. f. 1 unit mushola dengan kondisi kurang terawat dan kurang memadai.

Sarana prasarana penunjang yang diperlukan meliputi perbaikan prasarana infrastruktur jalan menuju tower (pintu masuk Jalur Koto Baru), sarana angkutan dari Koto Baru menuju tower, sarana MCK, warung masyarakat, toko penjualan cenderamata (souvenir shop), sarana menginap dan perbaikan sarana ibadah sekitar tower.

1) Prasarana infrastruktur jalan menuju tower

Tower merupakan pintu masuk menuju Jalur Koto Baru. Jalan aspal sepanjang 2,5 km menuju tower sudah banyak mengalami kerusakan. Perbaikan jalan perlu dilakukan untuk memudahkan akses kendaraan roda dua dan roda empat yang digunakan oleh pengunjung mencapai kawasan. 2) Sarana angkutan Koto Baru menuju tower

Jalan Koto Baru – tower dapat ditempuh oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Sarana angkutan yang tersedia saat ini hanya berupa ojek motor dengan frekuensi jarang. Pada saat musim liburan dan kunjungan ke Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru), warga sekitar yang tidak berprofesi sebagai tukang ojek ikut menjadi tukang ojek untuk menambah penghasilan mereka. Pengaturan jumlah tukang ojek perlu dilakukan agar pengunjung dapat selalu menggunakan jasa tersebut. Tukang ojek tersebut dapat diberdayakan menjadi ojek wisata, mengingat dalam perjalanan menuju tower, pengunjung disajikan pemandangan asri alam perkebunan Nagari Koto Baru yang berlatar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang.

3) Sarana MCK

Sarana MCK di kawasan tower sangat minim, pengunjung menumpang di WC darurat pada ladang perkebunan masyarakat atau WC di kantor stasiun pemancar tower. Sarana MCK terletak cukup jauh dari perumahan penduduk. Masyarakat dapat membangun WC sederhana dengan sistem sewa, sehingga menambah pendapatan masyarakat.

4) Warung masyarakat di sekitar tower

Warung masyarakat menyediakan kebutuhan pengunjung, baik wisatawan yang akan melakukan kunjungan maupun wisatawan yang sudah melakukan kunjungan. Saat ini hanya terdapat 1 unit warung sederhana di sekitar tower yang hanya aktif pada hari-hari ramai kunjungan. Warung tersebut menyediakan kebutuhan seperti minuman (kopi, teh, air mineral), makanan (gorengan, mie instant) dan rokok untuk keperluan pengunjung. Warung di sekitar tower perlu ditambah agar pelayanan terhadap pengunjung meningkat.

Pengunjung dengan lama kunjungan lebih dari 1 hari biasanya membutuhkan sarana menginap di sekitar kawasan. Nagari Koto Baru sendiri belum memiliki tempat sewa untuk penginapan. Pengunjung umumnya menginap di kota terdekat, seperti Padang Panjang dan Bukit Tinggi. Pengunjung dengan tujuan pendakian bahkan hanya menginap secara sederhana di areal sekitar tower, yaitu di pelataran warung dan mushola. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 9% pengunjung menginginkan sarana penginapan (guest house). Sarana penginapan tersebut dibangun sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.

6) Perbaikan sarana ibadah

Sarana ibadah juga menjadi faktor penting dalam hal meningkatkan kepuasan pengunjung. Pengunjung (3%) menginginkan perbaikan sarana ibadah, khususnya mushola di tower.

Dalam dokumen BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 48-53)

Dokumen terkait