• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Obyek Daya Tarik Wisata Suaka Alam Merapi

Obyek daya tarik wisata (ODTW) Suaka Alam Merapi dibagi menjadi dua cluster, yaitu obyek di dalam kawasan dan obyek di luar kawasan (Gambar 4). Sembilan obyek yang berada di dalam kawasan, yaitu Pesangrahan Bung Hatta (PBH), Parak Batuang (PB), Shelter Paninjauan (SP), Terowongan Pakis (TP), Cadas (C), Tugu Abel Tasman (TAT), Kawah Merapi (KM), Puncak Merpati (PM) dan Taman Edelweis (TE). Lima obyek yang berada di luar kawasan, yaitu nagari tenunan/ukiran Pandai Sikek, komplek makam Haji Miskin, komplek makam dan mesjid Tuanku Pamansingan, air terjun Lembah Anai dan kawasan pertanian Koto Baru. Selain obyek-obyek tersebut, juga terdapat berbagai atraksi budaya, seperti randai dan adu kerbau, serta makanan tradisional “bika”.

Gambar 4 Denah obyek Suaka Alam Merapi dan nagari sekitarnya.

Sembilan obyek yang berada di dalam kawasan Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) akan dianalisis dengan menggunakan tabel kriteria penilaian dan pengembangan obyek daya tarik wisata oleh Ditjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi. Unsur yang dinilai meliputi unsur daya tarik dan unsur kadar hubungan (aksesibilitas).

(2)

5.1.1 Daya Tarik

Unsur daya tarik terdiri dari 6 sub unsur. Keenam sub unsur tersebut adalah keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol, kepekaan sumberdaya alam, variasi kegiatan wisata, kebersihan lokasi dan keamanan kawasan.

5.1.1.1 Keunikan Sumberdaya Alam

Lima obyek yang memiliki nilai tertinggi (20), yaitu Pesangrahan Bung Hatta, Shelter Paninjauan, Cadas, Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Kelimanya masing-masing mempunyai tiga jenis sumberdaya alam yang menonjol, secara umum keunikan sumberdaya alam yang dapat dinikmati di lokasi obyek adalah pemandangan alam (Tabel 16).

Tabel 16 Penilaian keunikan sumberdaya alam

No Obyek Keunikan Sumberdaya Alam Nilai

1. Pesangrahan Bung Hatta a) Sumber air panas

b) Peninggalan sejarah: bekas bangunan Pesangrahan Bung hatta

c) Flora: Pinus (Pinus merkusii)

20

2. Parak Batuang a) Flora: hutan bambu 10

3. Shelter Paninjauan a) Pemandangan alam b) Fauna: burung Sepah (suku

Caepephagidae) dan Kelasi c) Air: Mata ai r Barakaik

20

4. Terowongan Pakis a) Flora: pakis dan lumut

b) Gua tanah berbentuk terowongan

15

5. Cadas a) Pemandangan alam

b) Flora: Cantigi c) Batuan gunung berapi

20

6. Tugu Abel Tasman a) Tugu: Abel Tasman, seorang pendaki yang meninggal di Gunung Merapi.

10 7. Kawah Merapi a) Kawah: 7 buah kawah Merapi (Verkeed,

Bungsu, Tuo, Bungo, a, b dan c) b) Batuan gunung berapi

15

8. Puncak Merpati a) Puncak tertinggi Gunung Merapi: puncak Merpati

b) Pemandangan alam c) Batuan gunung berapi

20

9. Taman Edelweis a) Flora: bunga Edelweis (Anaphalis javanica)

b) Pemandangan alam

c) Peninggalan sejarah: bekas makam Tungku Tigo Sajarangan

(3)

Gambar 5 Pesangrahan Bung Hatta. Gambar 6 Shelter Paninjauan.

Gambar 7 Cadas. Gambar 8 Tugu Abel Tasman.

Gambar 9 Kawah Merapi. Gambar 10 Puncak Merpati.

(4)

Gambar 12 Parak Batuang. Gambar 13 Terowongan Pakis. 5.1.1.2 Sumberdaya Alam yang Menonjol

Sumberdaya alam yang menonjol adalah obyek-obyek yang mudah dilihat oleh pengunjung karena jumlahnya banyak. Terdapat dua obyek yang memiliki nilai tertinggi (20), yaitu Shelter Paninjauan dan Cadas. Keduanya sama-sama memiliki tiga jenis sumberdaya alam yang menonjol.

Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang, Tugu Abel Tasman, Puncak Merpati dan Taman Edelweis sama-sama hanya memiliki satu jenis sumberdaya alam yang menonjol sehingga diberi nilai 10. Pesangrahan Bung Hatta memiliki sumber air panas, Parak Batuang memiliki hutan bambu, Tugu Abel Tasman dan Puncak Merpati memiliki pemandangan alam, sedangkan Taman Edelweis memiliki flora (Edelweis). Terowongan Pakis dan Kawah Merapi masing-masingnya memiliki dua jenis sumberdaya alam yang menonjol sehingga nilainya 15.

Tabel 17 Penilaian banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol

No Obyek Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol Nilai 1. Pesangrahan Bung

Hatta

Air: sumber air panas 10

2. Parak Batuang Flora: Bambu 10

3. Shelter Paninjauan Pemandangan alam, fauna: burung dan Kelasi, flora: pohon Shorea sp.

20 4. Terowongan Pakis Flora : Pakis, air : sumber mata air 15 5. Cadas Pemandangan alam, batuan gunung berapi, flora: Cantigi

gunung (Vaccinium sp.)

20

6. Tugu Abel Tasman Pemandangan alam 10

7. Kawah Merapi Kawah, batuan gunung berapi 15

8. Puncak Merpati Pemandangan alam 10

(5)

5.1.1.3 Kepekaan Sumberdaya Alam

Kepekaan sumberdaya alam meliputi nilai sejarah/mitos, nilai pengetahuan, nilai keindahan dan nilai pengobatan (Tabel 18). Seluruh obyek umumnya memiliki nilai sejarah/mitos. Hal ini disebabkan karena kesembilan obyek tersebut merupakan bagian dari kesatuan Gunung Merapi yang bernilai sejarah tinggi bagi masyarakat Minangkabau. Obyek yang memiliki nilai kepekaan tertinggi adalah Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang, Cadas, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Ketiganya memiliki tiga nilai kepekaan, sehingga masing-masingnya bernilai 20. Tugu Abel Tasman memiliki dua nilai kepekaan sehingga diberi nilai 15, sedangkan Shelter Paninjauan dan Terowongan Pakis memperoleh nilai terendah (10) karena masing-masingnya hanya memiliki satu nilai kepekaan.

Tabel 18 Penilaian kepekaan sumberdaya alam

No Obyek Kepekaan Sumberdaya Alam Nilai

1. Pesangrahan Bung Hatta Nilai sejarah/mitos, pengetahuan dan pengobatan 20 2. Parak Batuang Nilai sejarah/mitos, pengetahuan dan pengobatan 20

3. Shelter Paninjauan Nilai keindahan 10

4. Terowongan Pakis Nilai keindahan 10

5. Cadas Nilai sejarah / mitos, keindahan dan pengetahuan 20 6. Tugu Abel Tasman Nilai sejarah / mitos, pengetahuan 15 7. Kawah Merapi Nilai sejarah / mitos, pengetahuan dan keindahan 20 8. Puncak Merpati Nilai sejarah / mitos, keindahan dan pengetahuan 20 9. Taman Edelweis Nilai sejarah / mitos, keindahan dan pengetahuan 20

1) Nilai sejarah/mitos

Keberadaan Gunung Merapi sangat kental karena mempunyai nilai historis bagi masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Menurut sejarahnya, nenek moyang orang Minangkabau berasal dari lereng Gunung Merapi, hal ini ditandai dengan terdapatnya Nagari Pariangan di Kabupaten Tanah Datar. Nagari Pariangan merupakan cikal bakal dari lahirnya sistem pemerintahan masyarakat berbasis nagari di Sumatera Barat.

Catatan sejarah Minangkabau menyebutkan bahwa Nagari Pariangan adalah nagari asal suku Minangkabau. Tambo (Catatan sejarah Minangkabau) menyatakan bahwa nenek moyang orang Minangkabau adalah keturunan Iskandar Zulkarnain, yaitu dari salah seorang puteranya yang bernama Sutan Maharajo Dirajo. Sutan Maharajo Dirajo melakukan rute pelayaran sampai akhirnya beliau terdampar disebuah puncak gunung yang belakangan dikenal dengan sebutan Gunung Merapi. Terkait dengan hal ini, falsafah adat Minangkabau:

(6)

“Dek lamo bakalamoan, nampaklah gosong dari lauik yang sagadang talua itiak sadang dilamun-lamun ombak”

(artinya: setelah lama berlayar, terlihat pulau yang sangat kecil kira-kira sebesar telur itik, yang kelihatan hanya timbul tenggelam sesuai dengan naik turunnya ombak). Pulau yang kecil itu adalah puncak Gunung Merapi.

Sutan Maharajo Dirajo dan pengikutnya di kapal adalah cikal bakal nenek moyang orang Minangkabau. Pada lereng Gunung Merapi bagian tenggara tersebut Sutan Maharajo Dirajo membangun Nagari Pariangan (sekitar tahun 1119 M). Berkaitan dengan hal ini, masyarakat Minangkabau memiliki pantun adat yang berbunyi:

Darimano asa titik palito (Darimana asal titik pelita) Dibaliak telong nan batali (Dari balik telong yang bertali)

Darimano asa niniak moyang kito (Darimana asal nenek moyang kita) Dari lereang Gunuang Marapi (Dari lereng Gunung Merapi)

Anai-anai tabang ka rimbo (Anai-anai terbang ke hutan) Tibo di rimbo mamakan padi (Sampai di hutan memakan padi) Darimano datang nenek moyang kito (Darimana nenek moyang kita) Dari puncak Gunuang Marapi (Dari puncak Gunung Merapi)

Obyek berikutnya yang memiliki nilai sejarah yang penting adalah Pesangrahan Bung Hatta yang dahulunya bernama Amore Nature. Pada tahun 1822, tempat ini digunakan oleh pemerintahan Hindia Belanda sebagai tempat peristirahatan tentara Belanda yang bermarkas di Benteng Fort de Kock, Bukit Tinggi. Pada tahun 1942, tempat ini diambil alih oleh pemerintahan Jepang dengan fungsi yang sama, yaitu sebagai tempat peristirahatan tentara Jepang. Hingga saat kemerdekaan Indonesia (1945) Pesangrahan diambil alih oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di bawah naungan Batalyon Marapi. Berikutnya saat terjadi Agresi Militer Belanda II di Indonesia, Pesangrahan digunakan oleh Bung Hatta dan pejuang-pejuang Indonesia untuk mengadakan rapat dan pertemuan rahasia. Sejak itu, tempat ini dinamakan masyarakat sebagai Pesangrahan Bung Hatta.

Taman Edelweis terletak di kawasan puncak Gunung Merapi juga mempunyai nilai sejarah. Menurut wawancara dengan masyarakat Nagari Koto Baru, di dalam Taman Edelweis ini terdapat bekas makam Tungku Tigo

(7)

Sajarangan, lambang sejarah rakyat Minangkabau. Taman Edelweis ditengahnya dilalui oleh sungai kecil yang airnya sangat jernih. Dari taman ini dapat dinikmati langsung pemandangan Danau Maninjau dan Danau Singkarak.

2) Nilai pengetahuan

Nilai pengetahuan dihubungkan dengan status kawasan sebagai Suaka Alam. Suaka Alam Merapi mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi cagar alam dan fungsi suaka margasatwa (PP No. 68 Tahun 1998). Nilai pengetahuan dari fungsinya sebagai Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang dimanfaatkan untuk penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, wisata alam terbatas dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang budidaya. Nilai pengetahuan diaplikasikan dalam kegiatan pengamatan flora/fauna, pengetahuan gejala geologi dan vulkanologi dan pendidikan konservasi. Enam dari sembilan obyek memiliki nilai pengetahuan, yaitu Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang, Tugu Abel Tasman, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis.

3) Nilai pengobatan

Nilai pengobatan hanya dimiliki oleh Pesangrahan Bung Hatta dan Parak Batuang. Pesangrahan Bung Hatta memiliki sumber air panas yang berasal dari Gunung Merapi. Sumber air panas tersebut mengandung zat belerang yang dapat digunakan sebagai media pengobatan bagi pengunjung. Parak Batuang memiliki nilai pengobatan karena obyek tersebut berupa hutan bambu. Bagian bambu yang berkhasiat obat adalah air batang, sebagai obat batuk. Batang bambu yang masih muda (rebung) dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan.

4) Nilai keindahan

Nilai keindahan dimiliki oleh obyek Shelter Paninjauan, Terowongan Pakis, Cadas, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Keenam obyek tersebut memiliki nilai keindahan berupa pemandangan alam dan atau gejala alam.

5.1.1.4 Variasi Kegiatan Wisata

Pesangrahan Bung Hatta dan Cadas adalah dua obyek yang memiliki lebih dari lima variasi kegiatan wisata (Tabel 19). Keduanya mendapatkan nilai 30.

(8)

Tabel 19 Penilaian variasi kegiatan wisata

No Obyek Variasi Kegiatan Wisata Nilai

1. Pesangrahan Bung Hatta

Camping, kegiatan pendidikan, wisata sejarah, wisata kesehatan, hiking, fotografi dan menikmati pemandangan alam

30

2. Parak Batuang Camping, hiking dan kegiatan pendidikan 20 3. Shelter Paninjauan Camping, hiking, fotografi dan kegiatan pendidikan 25 4. Terowongan Pakis Fotografi, hiking dan kegiatan pendidikan 20 5. Cadas Fotografi, Hiking, camping, menikmati pemandangan

alam dan kegiatan pendidikan

30 6. Tugu Abel Tasman Fotografi, wisata sejarah dan hiking 20 7. Kawah Merapi Fotografi, hiking dan wisata pendidikan 20 8. Puncak Merpati Fotografi dan menikmati pemandangan alam 15 9. Taman Edelweis Fotografi, menikmati pemandangan dan wisata

pendidikan

20

5.1.1.5 Kebersihan Lokasi

Nilai kebersihan lokasi tertinggi diperoleh obyek Parak Batuang (20). Parak Batuang tidak mendapat pengaruh dari tiga faktor, yaitu alam, binatang penganggu dan sampah (Tabel 20).

Tabel 20 Penilaian kebersihan lokasi

No Obyek Kebersihan Lokasi Nilai

1. Pesangrahan Bung Hatta Tidak mendapat pengaruh dari: a) Alam

b) Binatang penganggu

15

2. Parak Batuang Tidak mendapat pengaruh dari: a) Alam

b) Binatang penganggu c) Sampah

20

3. Shelter Paninjauan Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu

10 4. Terowongan Pakis Tidak mendapat pengaruh dari:

a) Binatang penganggu

10

5. Cadas Tidak mendapat pengaruh dari:

a) Binatang penganggu

10 6. Tugu Abel Tasman Tidak mendapat pengaruh dari:

a) Binatang penganggu

10 7. Kawah Merapi Tidak mendapat pengaruh dari:

a) Binatang penganggu b) Sampah

15

8. Puncak Merpati Tidak mendapat pengaruh dari: a) Binatang penganggu

10 9. Taman Edelweis Tidak mendapat pengaruh dari:

a) Binatang penganggu

10

Kebersihan lokasi obyek lainnya dipengaruhi alam, sampah dan coretan (vandalisme). Pengaruh alam karena sebagian besar obyek berada di lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi merupakan gunung berapi aktif yang telah mengalami beberapa kali letusan (1822-1973). Mutu lingkungan Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) semakin menurun karena terdapatnya banyak sampah dan coretan (vandalisme) pada obyek (Gambar 14).

(9)

Gambar 14 Kebersihan lokasi di Suaka Alam Merapi. Ket: (A) Sampah bekas pendaki di Shelter Paninjauan; (B) Vandalisme di batuan Cadas; (C) vandalisme pada obyek Tugu Abel Tasman.

5.1.1.6 Kemanan Kawasan

Obyek yang disekitarnya terdapat hutan, relatif aman dari penebangan liar dan kegiatan perambahan. Seluruh obyek umumnya aman dari ancaman binatang penganggu (Tabel 21). Tujuh dari sembilan obyek (kecuali Pesangrahan Bung Hatta dan Parak Batuang) dipengaruhi peristiwa kebakaran yang disebabkan oleh letusan kawah Gunung Merapi. Masalah utama terkait keamanan kawasan yang paling sering dihadapi pengelola adalah kegiatan pengambilan dan pencurian Bunga Edelweis di Taman Edelweis oleh pengunjung (Gambar 15).

Gambar 15 Pengambilan bunga edelweis dan bunga padi adalah salah satu bentuk gangguan terhadap kawasan.

Tabel 21 Penilaian keamanan kawasan

No Obyek Kebersihan Lokasi Nilai

1. Pesangrahan Bung Hatta Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Kebakaran

c) Jenis flora dan fauna eksotik

20

2. Parak Batuang Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Kebakaran

c) Jenis flora dan fauna eksotik

20

(10)

Tabel 21 (Lanjutan)

No Obyek Kebersihan Lokasi

(6) Nilai

3. Shelter Paninjauan Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Jenis flora dan fauna eksotik

15

4. Terowongan Pakis Tidak mendapat pengaruh dari: a) Penebangan liar dan perambahan b) Jenis flora dan fauna eksotik

15

5. Cadas Tidak mendapat pengaruh dari:

a) Penebangan liar dan perambahan b) Jenis flora dan fauna eksotik

15

6. Tugu Abel Tasman - 1

7. Kawah Merapi - 1

8. Puncak Merpati Garuda - 1

9. Taman Edelweis Tidak mendapat pengaruh dari: a) Jenis flora dan fauna eksotik

10

Bobot total sembilan obyek di Suaka Alam Merapi (Tabel 22) yang memiliki daya tarik tertinggi hingga terendah, yaitu Pesangrahan Bung Hatta (690), Cadas (690), Parak Batuang (600), Shelter Paninjauan (600), Taman Edelweis (540), Kawah Merapi (516), Terowongan Pakis (510), Puncak Merpati (456) dan Tugu Abel Tasman (396). Delapan obyek termasuk ke dalam klasifikasi sedang karena berada dalam selang 420-750 (Tabel 6), sedangkan satu obyek termasuk ke dalam klasifikasi rendah, yaitu Tugu Abel Tasman (396).

Tabel 22 Rekapitulasi penilaian daya tarik Suaka Alam Merapi

No Unsur / Sub Unsur PBH PB SP TP C TAT KM PM TE 1. Keunikan sumberdaya

alam

20 10 20 15 20 10 15 20 20

2. Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol

10 10 20 15 20 10 15 10 10

3. Kepekaan sumberdaya alam

20 20 10 10 20 15 20 20 20

4. Variasi kegiatan wisata 30 20 25 20 30 20 20 15 20

5. Kebersihan lokasi 15 20 10 10 10 10 15 10 10

6. Keamanan kawasan 20 20 15 15 15 1 1 1 10

Total Nilai Sub Unsur 115 100 100 85 115 66 86 76 90 Bobot Total =

Total Nilai Sub Unsur x 6

690 600 600 510 690 396 516 456 540 Klasifikasi Penilaian S* S* S* S* S* R* S* S* S* Keterangan

PBH : Pesangrahan Bung Hatta C : Cadas TE : Taman Edelweis PB : Parak Batuang TAT : Tugu Abel Tasman S* : Klasifikasi Sedang SP : Shelter Paninjauan KM : Kawah Merapi B* : Klasifikasi Rendah TP : Terowongan Pakis PMG: Puncak Merpati

5.1.2 Kadar Hubungan (Aksesibilitas)

Aksesibilitas merupakan kemudahan untuk berpindah/bepergian dari tempat tinggal wisatawan ke tempat yang menyediakan atraksi wisata.

(11)

Obyek-obyek di Suaka Alam Merapi dapat diakses melalui 3 jalur, yaitu jalur Koto Baru di Nagari Koto Baru, jalur Simabur di Nagari Pariangan dan jalur Kacawali di Nagari Candung. Jalur Koto Baru (Gambar 16) adalah jalur aktif yang digunakan oleh pengunjung untuk tujuan pendakian, jalur ini sudah sangat jelas dan relatif mudah diakses. Jalur Koto Baru dimulai pada ketinggian 1.225 m dpl dengan waktu tempuh 5-6 jam perjalanan, jaraknya ± 80 km dari Padang dengan kondisi jalan baik, bobot untuk kategori ini adalah 60. Perjalanan dari Padang membutuhkan waktu 1 jam 20 menit, dari Bukit Tinggi membutuhkan waktu 20-30 menit dan dari Padang Panjang hanya membutuhkan waktu 15-20 menit.

Pengunjung naik angkutan umum dari Koto Baru menuju persimpangan Nagari Pandai Sikek. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan ojek (15 menit) menuju tower (pintu masuk kawasan). Jalan menuju tower adalah jalan aspal yang sebagiannya sudah rusak, sepanjang perjalanan pengunjung dapat melihat pemandangan lahan perkebunan penduduk yang asri. Dari tower, pengunjung menuju Pesangrahan Bung Hatta, berupa areal datar bekas bangunan bersejarah “Bung Hatta”. Pengunjung selanjutnya akan menemukan Parak Batuang, jalur dari Parak Batuang berupa tanjakan dari undakan akar kayu. Pada ketinggian 1.750 m dpl, pengunjung akan menemukan Shelter Paninjauan. Pengunjung dapat melihat pemandangan kota Bukit Tinggi dan sekitarnya, tempat ini menjadi lokasi favorit pemberhentian sementara pengunjung. Obyek berikutnya yang ditemui adalah Terowongan Pakis, berupa goa sempit yang dipayungi oleh jalinan daun paku/pakis. Pada salah satu titik di hutan pakis, terdapat sumber mata air yang bernama mata air Pintu Angin (2.277 m dpl).

Akses jalur menuju kawasan puncak (Cadas, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis) akan terus berupa alur naik, akar pohon, bebatuan gamping dan jalan yang licin serta berbatu. Pada beberapa titik, jalur akan terpecah menjadi dua, akan tetapi di jalur berikutnya akan menjadi satu lagi. Dari Cadas, pengunjung dapat menikmati indahnya pemandangan alam khas pegunungan dengan deretan kawasan pegunungan Bukit Barisan. Sekitar 2,5 km (2 jam perjalanan) dari Cadas, pengunjung sampai di kawasan puncak, disana ada obyek berupa Tugu Abel Tasman, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis.

(12)
(13)

Unsur aksesibilitas terdiri dari tiga sub unsur. Ketiga unsur tersebut adalah kondisi dan jarak jalan darat dari ibukota provinsi ke kawasan, pintu gerbang nasional/internasional dan waktu tempuh dari ibukota provinsi (Tabel 23).

Tabel 23 Penilaian kriteria aksesibilitas Suaka Alam Merapi

No Aksesibilitas Nilai

1. Kondisi dan jarak jalan dari darat ibukota provinsi ke kawasan

60

2. Pintu gerbang nasional/internasional 40

3. Waktu tempuh dari ibukota provinsi 30

Total Nilai Sub Unsur 130

Bobot Total = Total Nilai Sub Unsur x 5 650

Klasifikasi Penilaian Tinggi

Nilai bobot aksesibilitas kesembilan obyek tidak berbeda karena berada pada jalur yang sama, yaitu Jalur Koto Baru. Kondisi jalan darat yang baik akan memudahkan perjalanan pengunjung. Kawasan Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) dapat ditempuh dari berbagai daerah di Sumatera Barat (Tabel 23) melalui jalan darat dengan kondisi yang relatif baik. Suaka Alam Merapi dikelilingi jalan raya yang sebagian besarnya beraspal hot mix.

Tabel 24 Aksesibilitas Suaka Alam Merapi dari kantor pusat pengelola dan pemerintahan

No Nama Lokasi Lokasi Jarak (km)

1 Balai KSDA (Pengelola) Padang ± 80

2 Seksi KSDA (Pengelola) Batusangkar ± 20

3 Ibukota Kabupaten Tanah Datar Batusangkar ± 15

4 Ibukota Kabupaten Agam Lubuk Basung ± 75

Sumber: BKSDA Sumatera Barat (2007)

Transportasi merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan agar pengunjung dapat mengakses lokasi dengan mudah. Jalan menuju Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) merupakan jalan lintas yang menghubungkan berbagai kota besar di Sumatera Barat, seperti Padang, Padang Panjang dan Bukit Tinggi. Suaka Alam Merapi berdekatan dengan pintu gerbang nasional/internasional, yaitu Bandara Internasional Minangkabau (BIM), jaraknya ± 78 km dan diberi skor 40. Waktu tempuh dari pusat ke obyek Suaka Alam Merapi adalah 1,5-2 jam perjalanan dan diberi skor 30. Nilai bobot total kadar hubungan/aksesibilitas bernilai 650. Artinya, kadar hubungan (aksesibilitas) Suaka Alam Merapi dan obyek-obyek didalamnya termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tinggi berada dalam selang 525-750.

(14)

5.1.3 Rekapitulasi Kriteria Penilaian ODTW Suaka Alam Merapi

Rekapitulasi penilaian ODTW Suaka Alam Merapi (Tabel 25) diketahui melalui penjumlahan bobot total kriteria daya tarik dan aksesibilitas pada sembilan obyek yang dilakukan penilaian (Gambar 17). Obyek-obyek dengan total skor tertinggi hingga terendah, yaitu Pesangrahan Bung Hatta (1340), Cadas (1340), Parak Batuang (1250), Shelter Paninjauan (1250), Taman Edelweis (1190), Kawah Merapi (1166), Terowongan Pakis (1160), Puncak Merpati (1106) dan Tugu Abel Tasman (1046).

Tabel 25 Rekapitulasi kriteria penilaian ODTW SA Merapi

No Unsur / Sub Unsur

PBH PB SP TP C TAT KM PM TE

1. Daya Tarik 690 600 600 510 690 396 516 456 540 2. Aksesibilitas 650 650 650 650 650 650 650 650 650

Bobot Total = Daya tarik + Aksesibilitas 1340 1250 1250 1160 1340 1046 1166 1106 1190 1340 1250 1250 1160 1340 1046 1166 1106 1190 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 PBH PB SP TP C TAT KM PM TE O bye k

Bobot Total (Daya Tarik + Aksesibilitas)

Jumlah nilai minimal dari kedua klasifikasi (daya tarik dan aksesibilitas) untuk bisa dikembangkan sebagai obyek wisata adalah 720 (Tabel 6), yaitu limit terendah dari klasifikasi sedang (daya tarik = 420, aksesibilitas = 300). Delapan dari sembilan obyek direkomendasikan sebagai obyek ekowisata. Tugu Abel Tasman mendapatkan total skor melebihi 720, namun obyek tersebut mendapat

Keterangan

PBH : Pesangrahan Bung Hatta TP : Terowongan Pakis PM : Puncak Merpati PB : Parak Batuang TAT : Tugu Abel Tasman TE : Taman Edelweis SP : Shelter Paninjauan KM : Kawah Merapi

(15)

skor rendah untuk unsur utama, yaitu daya tarik, sehingga tidak direkomendasikan sebagai obyek ekowisata.

5.2 Obyek Daya Tarik Wisata Sekitar Suaka Alam Merapi

Jalur Koto Baru berbatasan langsung dengan nagari-nagari yang memiliki obyek wisata budaya dan sejarah. Obyek-obyek tersebut dapat dijadikan obyek ekowisata penunjang. Obyek-obyek tersebut adalah nagari tenunan dan ukiran “Pandai Sikek”, komplek makam dan mesjid Tuanku Pamansingan, situs makam Haji Miskin, air terjun Lembah Anai, makanan tradisional “Bika Si Mariana”, atraksi budaya (randai dan adu kerbau) dan kawasan pertanian Koto Baru.

5.2.1 Tenunan dan Ukiran “Pandai Sikek”

Tahun 1347, Raja Minangkabau “Adityawarman” memindahkan pusat kerajaan Minangkabau ke Pagaruyung yang terletak di sekitar Gunung Merapi. Sejak itu berkembang kebudayaan dan kesenian Minangkabau, seperti budaya menenun. Adat istiadat Minangkabau mewajibkan masyarakatnya, terutama datuk, raja dan puti untuk selalu memakai kain tenunan dalam setiap acara adat. Kata-kata adat hampir selalu diabadikan dalam setiap nama motif tenunan kain.

Gambar 18 Nagari Pandai Sikek. Ket: (A) Ibu Hj. Sanuar, pimpinan “Rumah Pusako”; dan (B) Pusat kerajinan Pandai Sikek “Rumah Pusako”. Seluruh nagari di Minangkabau (Sumatera Barat) umumnya memiliki pusat-pusat kerajinan tenunan, masing-masing mempunyai corak tersendiri. Tenunan yang terkenal adalah tenunan dan sulaman Pandai Sikek. Nagari Pandai Sikek sangat berdekatan dengan Nagari Kotobaru yang merupakan jalur masuk menuju obyek-obyek dalam kawasan. Salah satu pusat kerajinan Pandai Sikek yang terkenal adalah “Rumah Pusako” yang saat ini dipimpin oleh Ibu Hj. Sanuar. Keluarga Hj. Sanuar sudah lebih dari 250 tahun bermukim di Nagari Pandai Sikek dan mengembangkan kerajinan tenunan dan sulaman Pandai Sikek.

(16)

Gambar 19 Berbagai bentuk ukiran Pandai Sikek. Ket: (A,B) Ukiran pada lemari; dan (C) Ukiran pada lampu.

Nagari Pandai Sikek menjadi sentral untuk belajar kerajinan tenunan, sulaman dan ukiran, memiliki 446 unit usaha sentra industri kecil/kerajinan dengan jumlah tenaga kerja mencapai 796 orang (BPS Tanah Datar 2006). Berikut adalah daftar beberapa toko souvenir dan pengrajin Pandai Sikek (Tabel 26). Tabel 26 Daftar beberapa toko souvenir dan pengrajin Pandai Sikek

No Nama Toko Alamat Pimpinan

A. TENUNAN

1. Pandai Sikek Art Centre Jl. Pandai Sikek No. 5 (0752) 498240

2. Fatimah Sayuti Simpang Koto Tinggi (0752) 498162

3. Indah Karya Jl. Pandai Sikek No. 293 (0752) 498466 4. Yun’s Traditional Weaving Pasar Pandai Sikek

5. Pusako Traditional Weaving Jl. Pandai Sikek (0752) 498193 6. Pusako Minang Jl. Koto Laweh, Pandai Sikek

7. Ati Pinang Jorong Koto Tinggi, Pandai Sikek (0752) 498017 8. Hj. Jalisah Jorong Tanjuang, Pandai Sikek (0752) 498305 9. Srikandi Jorong Tanjuang, Pandai Sikek (0752) 498496 10. Songket Balapah Nagari Pandai Sikek

11. Nan Sari Baruah, Pandai Sikek Dt.Mangkuto Kayo

12. Tenun Pusako Baruah, Pandai Sikek Hj. Sanuar

13. Weaving House Baruah, Pandai Sikek Hj. Yurni

14. Hj. Marlis Baruah, Pandai Sikek Hj. Marlis

15. Minang Maimbau Pagu-Pagu, Pandai Sikek Wawan S. 16. Puti Rumah Gadang Koto Tinggi, Pandai Sikek Sulnita Rahim

17. Amanah Tanjuang, Pandai Sikek

B. UKIRAN

1. Istana Art Shop Baruah, Pandai Sikek

2. Can Umar Nagari Pandai Sikek

3. Atrinovrizal Nagari Pandai Sikek 4. Nivia Warman Nagari Pandai Sikek

5. Lima Saudara Nagari Pandai Sikek M. Natsir

6. Afrizal Nagari Pandai Sikek

7. Istiqamah Nagari Pandai Sikek Alwirzal

8. Limbago Nagari Pandai Sikek Afauzi

9. Fatimah Sayuti Nagari Pandai Sikek (0752) 498162

10. Saciok Bak Ayam Nagari Pandai Sikek

Sumber: Observasi lapang dan Disbudpar Kabupaten Tanah Datar (2009)

(17)

5.2.2 Cagar Budaya (Komplek Makam dan Mesjid)

Nagari Pandai Sikek dan Nagari Koto Laweh memiliki situs cagar budaya, berupa komplek makam dan mesjid. Nagari Pandai Sikek memiliki situs makam Haji Miskin, sedangkan Nagari Koto Laweh memiliki komplek makam dan mesjid Tuanku Pamansingan.

Gambar 20 Komplek makam Haji Miskin. Ket: (A) Pintu masuk; (B) Komplek makam; (C) Makam Haji Miskin; dan (D) Pemandangan Gunung Merapi dari makam Haji Miskin.

Haji Miskin dan Tuanku Pamansingan adalah anggota dari Harimau Salapan (Harimau Delapan berarti 8 orang wali), keduanya adalah pejuang Perang Paderi di Sumatera Barat. Ajaran Islam di Minangkabau dahulunya tidak dijalankan secara ketat karena penganutnya masih menganut tradisi adat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Pada waktu itu segolongan ulama di Minangkabau (1803) melakukan perang Paderi dengan membentuk “Harimau Salapan”, anggotanya terdiri dari Tuanku Nan Renceh, Tuanku Kubu Sanang, Tuanku Ladang Laweh, Tuanku Ambalau, Tuanku Padang Lua, Tuanku Koto Ambalau, Tuanku Pamansingan dan Tuanku Haji Miskin. Haji Miskin sendiri adalah salah satu dari empat asisten Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Paderi (1803-1836).

A B

(18)

Gambar 21 Komplek makam Tuanku Pamansingan. Ket: (A) Mesjid Tuanku Pamansingan; (B) Pintu masuk ke makam; (C) Komplek makam Tuanku Pamansingan dan pengikutnya; dan (D) Wisata ziarah yang dilakukan salah seorang pengunjung.

5.2.3 Air Terjun Lembah Anai

Lembah Anai berupa air terjun yang terletak di Nagari Singgalang. Bentang alamnya berupa lembah dan air terjun Lembah Anai. Pengunjung yang menempuh perjalanan Padang – Koto Baru – Bukit Tinggi pasti menikmati pemandangan air terjun Lembah Anai karena letaknya tepat di seberang jalan lintas utama. Air terjun Lembah Anai sangat indah dan belum pernah berhenti mengalir meski musim kemarau sekalipun.

A

B

(19)

Gambar 22 Air terjun Lembah Anai. 5.2.4 Makanan Tradisional “Bika Si Mariana”

Koto Baru memiliki makanan tradisional “Bika Si Mariana”. Bika adalah sejenis penganan (kue) yang terbuat dari tepung beras yang diisi parutan kelapa, gula merah dan sedikit aroma kayu manis, adonannya dibakar bersama kulit pisang. Bika dibuat dengan cara dibakar di dalam kuali belanga di atas api kayu bakar. Kayu yang digunakan sebagai bahan bakarnya adalah kayu manis (Cinnamomum burmanii), kayu bakar akan terus diganti hingga bika matang.

Gambar 23 Bika, makanan khas Koto Baru. 5.2.5 Atraksi Budaya: Randai dan Adu Kerbau

Atraksi budaya lainnya yang dapat ditemukan di Kecamatan X Koto adalah randai dan adu kerbau. Randai adalah salah satu kesenian tradisional Minangkabau. Randai merupakan perpaduan antara seni sastra, seni musik, seni tari, seni suara dan pencak silat yang keseluruhannya digabungkan hingga membentuk sebuah drama. Cerita yang disampaikan di dalam sebuah atraksi randai biasanya diambil dari cerita-cerita rakyat yang terdapat dalam tambo alam

(20)

Minangkabau. Randai Nilam Suri adalah salah satu group randai yang paling terkenal di Sumatera Barat, terdapat di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto. Group ini dipimpin oleh Datuk Gindo dengan jumlah anggotanya sebanyak 25 orang.

Gambar 24 Atraksi randai, kebudayaan khas Minangkabau (Sumber: Disbudpar Kab. Tanah Datar).

Suku Minangkabau mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan kerbau. Hal ini terlihat pada berbagai identitas budaya Minangkabau, seperti atap Rumah Gadang (rumah tradisional Sumatera Barat) yang berbentuk seperti tanduk kerbau. Begitu pula pada pakaian wanitanya (Baju Tanduak Kabau). Kegiatan adu kerbau di Nagari Koto Baru umumnya dilakukan pada perayaan-perayaan besar, seperti Hari Kemerdekaan RI.

Gambar 25 Adu kerbau, atraksi budaya Koto Baru (Sumber: Disbudpar Kab. Tanah Datar).

(21)

5.2.6 Kawasan Pertanian Koto Baru

Nagari Koto Baru telah mengembangkan tanaman pertanian dengan jenis tanaman hortikultura, yaitu wortel, kubis, kentang, tomat, buncis, cabai, bawang daun dan labu siam (hasil wawancara dengan Wali Nagari Koto Baru). Nagari Koto Baru berada di dataran tinggi Gunung Merapi.

Kecamatan X Koto umumnya memiliki banyak pasar yang menjual hasil sayuran, seperti Pasar Koto Baru di Koto Baru, Pasar Rabaa di Panyalaian dan Pasar Baruah di Pandai Sikek. Sayur-sayuran disini langsung didatangkan dari kebun masyarakat yang ada di sekitarnya. Dari lokasi pasar itu juga terhampar pemandangan kebun sayur masyarakat yang dilatarbelakangi pemandangan alam Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Pasar yang terdapat di Nagari Koto Baru luasannya 1,5 ha. Fasilitas yang ada terdiri dari 22 petak los berukuran rata-rata 2x2 m dan 14 gudang berukuran rata-rata 2x4 m. Akan tetapi pasar ini mempunyai permasalahan ketidaktersediaan fasilitas penunjang, seperti lokasi parkir dan jumlah gudang yang memadai. Oleh karena itu sejak Oktober 2005 telah dibangun Sub Terminal Agropolitan (STA) yang berada di Jorong Koto, tepatnya di depan rumah industri makanan tradisional “Bika Si Mariana”. Luasannya 2,5 ha dan memiliki sarana prasarana yang relatif lengkap, yaitu gedung pemasaran, gedung penyimpanan, tempat pameran sayur-sayuran, ruang penyortiran, perkantoran, mushola, ruang pertemuan dan lapangan parkir.

Gambar 26 Gedung pasar Sub Terminal Agropolitan di Koto Baru. 5.3 Obyek Daya Tarik Wisata di Luar Suaka Alam Merapi

Suaka Alam Merapi (Koto Baru) berbatasan langsung dengan kota wisata Bukit Tinggi yang memiliki obyek-obyek wisata yang menarik. Bukit Tinggi

(22)

adalah kota wisata yang paling terkenal di Sumatera Barat, waktu tempuh dari Kecamatan X Koto adalah 20 menit menggunakan kendaraan umum. Bukit Tinggi mempunyai 11 obyek wisata terkenal yang terbagi menjadi obyek wisata alam, obyek wisata sejarah dan budaya dan obyek wisata pendidikan (Tabel 27).

Tabel 27 Obyek wisata di Bukit Tinggi

No Obyek Wisata Gambar Obyek

A. OBYEK WISATA ALAM 1. NGARAI SIANOK

Ngarai Sianok berupa lembah yang indah, hijau dan subur. Di bawahnya mengalir anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Keindahan alam Ngarai Sianok dapat dinikmati di pusat Kota Bukittinggi dengan panjang ± 15 km, kedalaman ± 100 m dan lebar ±

200 m. Sumber:

Disbudpar Bukit Tinggi 2. TAMAN PANORAMA

Lokasinya di Jl. Panorama (± 1 Km dari pusat Kota Bukittinggi). Dari dalam taman ini kita menikmati pemandangan yang indah dan mempesona terutama kearah lembah Ngarai Sianok dengan latar belakang Gunung Singgalang. Di lokasi ini terdapat kios-kios souvenir khas Minangkabau, warung makanan dan minuman, tempat

duduk permanen, parkir dan berbagai fasilitas lainnya. Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi 3. JANJANG SARIBU

Jenjang 1000 merupakan objek wisata yang masih alami, berliku-liku menelusuri celah-celah tebing. Jenjang 1000 ini digunakan masyarakat setempat untuk mengambil air minum ke lembah Ngarai Sianok, juga untuk berolah raga jalan kaki dengan latar belakang gunung Merapi dan Singgalang yang anggun dan mempesona. Pada tempat wisata ini tersedia tempat peristirahatan (kopel) WC, kolam pancing, lokasi camping serta lapangan parkir yang luas. Disamping itu kita menyaksikan perilaku binatang liar seperti kera dan burung.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi B. OBYEK WISATA SEJARAH DAN BUDAYA

1. JAM GADANG

Didirikan oleh Controleur Rook Maker pada (1926) dan terletak di pusat kota Bukit Tinggi, bangunan ini dirancang oleh Putra Minangkabau Jazid dan Sutan Gigih Ameh. Jam Gadang ini merupakan lambang Kota Wisata Bukittinggi yang dikelilingi oleh taman bunga dan pohon-pohon pelindung, yang dapat memberikan kesejukan dan berfungsi sebagai alun-alun kota. Dari puncaknya kita dapat rnenikmati dan menyaksikan betapa indahnya alam sekitar Bukittinggi vang dihiasi Gunung, Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago dan Ngarai Sianok.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi

(23)

Tabel 27 (Lanjutan)

No Obyek Wisata Gambar Obyek

2. BENTENG FORT DE KOCK

Didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun (1825) pada masa Baron Hendrik Markus De Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya perang Paderi (1821-1837). Dari lokasi wisata ini kita dapat menikmati Kota Bukittinggi dan daerah sekitarnya.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi 3. LUBANG JEPANG

Lubang ini dibangu tahun 1942 sebagai pusat pertahanan tentara Jepang dalam PD II dan perang Asia Timur Raya. Lubang Jepang ini memiliki panjang ± 1400 m dan lebar ± 2 m. Jika dilakukan penelusuran, di dalamnya terdapat ruang makan, ruang minum, ruang penyiksaan, dapur dan ruang persenjataan. Pintu masuk Lubang Jepang ini terdapat dibeberapa tempat seperti di tepi Ngarai Sianok, Taman Panorama dan disamping Istana Bung Hatta.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi 4. MUSEUM TRIDAYA EKA DHARMA

Lokasinya di depan Taman Panorama. Museum ini menjadi sarana komunikasi antar generasi untuk mewariskan nilai-nilai juang 45. Di museum ini dapat kita saksikan peninggalan sejarah seperti pesawat, senjata, sarana komunikasi serta foto perjuangan sewaktu melawan penjajah Belanda dan Jepang dan lain

sebagainya. Sumber:

Disbudpar Bukit Tinggi 5. RUMAH KELAHIRAN BUNG HATTA

Rumah ini adalah tempat lahirnya Muhammad Hatta atau yang lebih akrab dipanggil Bung Hatta yang merupakan seorang tokoh nasional dan internasional, seorang pejuang dan proklamator kemerdekaan Indonesia. Rumah ini berlokasi di Jl. Soekarno Hatta dan dapat dijadikan salah satu alternatif obyek wisata bila berkunjung ke Bukittinggi dan didalamnya juga

terdapat foto-foto kenangan Bung Hatta dan keluarga. Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi 6. ISTANA BUNG HATTA

Istana Bung Hatta berada di depan taman Jam Gadang. Pada zaman Jepang gedung ini dijadikan tempat kediaman Panglima Jepang (Seiko Seikikan Kakka) dan dizaman revolusi fisik 1946 menjadi Istana Wakil Presiden M.Hatta. Sekarang gedung ini digunakan sebagai tempat seminar, lokakarya dan pertemuan nasional dan regional serta sebagai rumah tamu negara bila berkunjung ke Bukittinggi. Arsitektur bangunan ini berciri kolonial, dengan kamar-kamar yang luas berjumlah 12 buah.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi

(24)

Tabel 27 (Lanjutan)

No Obyek Wisata Gambar Obyek

C. OBYEK WISATA PENDIDIKAN 1. PUSTAKA BUNG HATTA

Perpustakaan ini sangat lengkap dan bertaraf nasional. Lokasinya di Bukit Gulai Bancah. Dibangun diatas tanah seluas 5609 m² pustaka ini merupakan kembaran dari pustaka nasional yang ada di Blitar. Pustaka ini dilengkapi dengan sarana audio visual, ruang konferensi, auditorium serta mushola. Meeting Room yang ada di lantai 3 juga disewakan untuk berbagai kegiatan seperti pesta perkawinan dan sebagainya.

Sumber: Disbudpar Bukit Tinggi 2. TAMAN MARGASATWA KINANTAN

Taman Marga Satwa Kinantan atau Kebun Binatang Bukit Tinggi dibangun tahun 1900 oleh seorang Belanda yang bernama Controleur Strom Van Govent. Pada tahun 1929 dijadikan kebun binatang oleh Dr. J. Hock dan merupakan satu-satunya kebun binatang yang ada di Sumatera Barat. Kebun binatang ini juga merupakan

kebun binatang tertua di Indonesia. Sumber:

Disbudpar Bukit Tinggi

Sumber: Observasi lapang dan Disbudpar Bukit Tinggi 5.3 Pengunjung

5.3.1 Karakteristik Pengunjung

Jumlah pengunjung Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) setiap minggunya adalah 30 orang (hasil wawancara dengan petugas resort Merapi dan anggota Merapi Adventure Camp). Peningkatan jumlah pengunjung dipengaruhi oleh faktor cuaca dan hari libur nasional. Jika cuaca bagus dan pada saat hari libur nasional, jumlah pengunjung dapat mencapai 100 orang setiap minggunya.

10 % 45 % 35 % 10 % 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Anak Remaja Dewasa Dewasa tua

Jum

la

h

Kategori Umur

(25)

79 % 21 % 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Laki-laki Perempuan Jum la h Jenis Kelamin 79 % 13 % 8 % 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Sum-Bar Luar Sum-Bar Luar negeri

Jum la h Daerah Asal 10 % 9 % 61 % 20 % 0 10 20 30 40 50 60 70 SD SMP SMA PT Jum la h Pendidikan Terakhir

Gambar 28 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin.

Gambar 30 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan terakhir. Gambar 29 Karakteristik pengunjung berdasarkan daerah asal.

(26)

18 % 31 % 32 % 19 % 0 5 10 15 20 25 30 35

Pelajar Mahasiswa PNS/Swasta Lainnya

Jum

la

h

Profesi/Pekerjaan

Daya tarik Gunung Merapi menjadi semakin penting sebagai pusat perhatian mengingat adanya kecenderungan bahwa wisatawan yang berkunjung ke Gunung Merapi sebagian besar terdiri dari remaja (kelompok usia 15-24 tahun). Kelompok wisatawan remaja ini umumnya secara aktif menghabiskan sebagian besar waktu dan aktivitas wisata mereka di kawasan pendakian Gunung Merapi. Pengunjung terbanyak adalah laki-laki 79% (Gambar 28). Pengunjung terbanyak berasal dari daerah-daerah di Sumatera Barat (79%), sedangkan 13% sisanya berasal dari luar Sumatera Barat (Jambi, Pekan Baru, Medan, Jakarta, Manado dan lain-lain) dan sebanyak 8% adalah pengunjung mancanegara yang berasal dari Polandia, Belanda, Prancis, Belgia, Mesir, Inggris dan lain-lain (Gambar 29).

Pengunjung terbanyak adalah dari lulusan SMA (61%), menyusul kemudian Perguruan Tinggi (20%), SD (10%) dan SMP (9%) (Gambar 30). Berdasarkan tingkat profesinya (Gambar 31), pengunjung terbanyak berasal dari kalangan PNS / Swasta (32%), mahasiswa (31%) menyusul kemudian profesi lainnya (pedagang, pegawai freelance, ahli kubah, fotografer, mekanikal dan petani) sebanyak 19% dan pelajar (18%).

5.3.2 Tujuan dan Pola Kunjungan

Wisatawan datang ke Suaka Alam Merapi untuk melakukan pendakian ke puncak Gunung Merapi (50%) disusul berjalan-jalan menikmati pemandangan Suaka Alam Merapi (47%) (Gambar 32). Aktivitas pendakian di Gunung Merapi sudah lama dilakukan oleh masyarakat umum. Kegiatan favorit yang dilakukan pengunjung saat berada dalam kawasan adalah melihat dan menikmati suasana/ pemandangan alam (71%) disusul kegiatan mendaki gunung (20%) (Gambar 33).

(27)

50% 47%

2% 1%

Gambar 32 Tujuan kunjungan.

Pendakian ke puncak Gunung Merapi

Berjalan-jalan menikmati pemandangan SA Merapi Kegiatan penelitian Fieldtrip 20% 71% 4% 5%

Gambar 33 Kegiatan yang dilakukan di Suaka Alam Merapi.

Mendaki gunung

Melihat dan menikmati suasana/pemandangan alam Melihat dan mengamati satwa

Melihat dan mengamati tumbuhan

28%

1%

10% 61%

Gambar 34 Daya tarik utama Suaka Alam Merapi.

Gunung Merapi Satwa

Hutan dan tumbuhan Pemandangan alam

(28)

9%

80% 11%

Gambar 35 Rekan kunjungan.

Sendiri Teman Keluarga 27% 57% 13% 3%

Gambar 36 Lama kunjungan.

1 hari 2 hari 3 hari 7 hari 16% 56% 23% 5% Nilai ekonomi/harganya

Ciri fisiknya (batang besar, daun lebat, kayu kuat, dll) Fungsinya (tempat hidup satwa, seperti burung/beruang) Lainnya

Suaka Alam Merapi memiliki bentang alam yang menarik, obyek utamanya Gunung Merapi dapat dilihat dari berbagai sisi diberbagai kota besar di Sumatera Barat, khususnya kota-kota di Kabupaten Tanah Datar dan Agam. Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) memerlukan data tentang daya dukung pengunjung (carrying capacity). Pendakian ke Gunung Merapi sudah marak dilakukan sehingga menyebabkan ledakan pengunjung.

(29)

Sumber: Linda BKSDA Sumbar Sumber: Linda BKSDA Sumbar

Sumber: Linda BKSDA Sumbar Sumber: Linda BKSDA Sumbar Gambar 38 Ledakan pengunjung pada hari besar nasional dan hari libur.

Pemandangan alam Suaka Alam Merapi menempati 61% daya tarik utama kawasan (Gambar 34). Pengunjung umumnya datang bersama teman (80%), keluarga (11%) dan sendiri (9%) (Gambar 35). Lama kunjungan bervariasi (Gambar 36), 57% pengunjung datang selama 2 hari, 27 % pengunjung datang selama 1 hari, 13% pengunjung datang selama 3 hari dan sisanya (3%) berkunjung selama 1 minggu.

Merapi memiliki keindahan alam yang didukung oleh keanekaragaman flora fauna. Beberapa jenis satwa yang dijumpai oleh pengunjung terutama dari jenis burung, tupai, kelasi, babi hutan dan terkadang ular. Dari jenis tumbuhan, umumnya responden menjawab Cantigi gunung (Vaccinium sp.), pohon shorea, bunga edelweiss dan anggrek hutan. Jenis tumbuhan tersebut diklasifikasikan menarik dilihat dari ciri fisiknya (56%) dan dari fungsinya (23%) (Gambar 37). Unsur-unsur keindahan alam Suaka Alam Merapi yang perlu diperhatikan adalah kelestarian hutan dan ekosistemnya, sungai dan sumber-sumber mata air di dalamnya, lembah dan Gunung Merapi itu sendiri. Sama halnya dengan faktor-faktor daya tarik Suaka Alam Merapi lainnya, faktor-faktor keberadaan penduduk setempat juga menjadi daya tarik wisatawan datang ke kawasan. Peran penduduk

(30)

setempat sebagai tuan rumah turut mempengaruhi kualitas pengalaman berwisata selama berada di Suaka Alam Merapi.

5.3.3 Pengetahuan tentang Jenis yang Dilindungi

Pengunjung umumnya belum mengetahui jenis-jenis satwa dan tumbuhan dilindungi yang terdapat di Suaka Alam Merapi. 57% responden menjawab tidak tahu, namun 43% responden sudah mengetahuinya.

43%

57%

Tahu Tidak tahu

5.3.4 Penilaian Pengunjung

Penilaian pengunjung untuk mengetahui bentuk fasilitas yang diinginkan oleh pengunjung (Gambar 49).

33%

37% 30%

Fasilitas lengkap dengan pelayanan pengunjung yang intensif

Fasilitas sederhana dengan pelayanan pengunjung yang intensif

Tanpa fasilitas, dibiarkan berjalan alami saja

Sarana prasarana dibutuhkan dalam ekowisata karena merupakan satu faktor penentu keberhasilan penyelenggaraan ekowisata. Pengunjung Suaka Alam Merapi tetap menginginkan suasana alami dari obyek-obyek wisata yang dinikmatinya, sehingga bentuk fasilitas yang diinginkan adalah fasilitas sederhana dengan pelayanan pengunjung yang intensif (37%) (Gambar 40).

Gambar 39 Pengetahuan pengunjung tentang jenis yang dilindungi.

(31)

5.4.5 Harapan Pengunjung

Harapan pengunjung terutama adalah dilaksanakannya kegiatan Operasi Bersih Merapi (OPSI) dari sampah-sampah pengunjung, khususnya di sepanjang jalur pendakian ke Gunung Merapi. Beberapa harapan pengunjung lainnya terkait pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan kualitas sarana prasarana yang sudah ada, terutama yang menunjang kegiatan pendakian ke Gunung Merapi. Contohnya adalah perbaikan jalur.

2) Penyediaan sarana akomodasi, seperti penginapan di sekitar kawasan Suaka Alam Merapi yang akan dikembangkan untuk kegiatan ekowisata. 5.5 Pendapat Pengelola (BKSDA Sumatera Barat) tentang

Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi

Suaka Alam Merapi dikelola oleh BKSDA Provinsi Sumatera Barat. BKSDA Sumatera Barat merupakan salah satu UPT pusat Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) yang mengelola 21 kawasan konservasi di Sumatera Barat. BKSDA Sumatera Barat mempunyai tugas pokok dan fungsi yang berorientasi pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P/02/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumberdaya Alam. Tugas pokok BKSDA Sumatera Barat adalah “Sebagai pengelola Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata Alam dan Taman Buru serta konservasi jenis di alam (insitu) dan di luar kawasan (exsitu)”. Sedangkan fungsi-fungsi BKSDA Sumatera Barat adalah:

a. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan kawasan konservasi yang dikelola dan konservasi tumbuhan dan satwaliar di dalam dan di luar kawasan hutan.

b. Pengelolaan kawasan konservasi serta konservasi insitu dan eksitu.

c. Perlindungan, pengamanan dan karantina sumberdaya alam di dalam dan di luar kawasan.

d. Pengamanan, perlindungan dan penanggulangan kebakaran hutan.

e. Promosi dan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem kawasan yang dikelola.

f. Kerjasama pengembangan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

(32)

Balai KSDA Sumatera Barat dalam tugas operasionalnya dilaksanakan dalam 3 seksi wilayah, yaitu:

a. Seksi Konservasi Wilayah I (Pasaman) di Pasaman. Wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Lima Puluh Kota, Kota Payakumbuh dan Kota Bukit Tinggi.

b. Seksi Konservasi Wilayah II (Tanah Datar) di Batu Sangkar. Wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman dan Kota Pariaman.

c. Seksi Konservasi Wilayah III (Sawah Lunto Sinjunjung) di Muaro Sijunjung. Wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Sijunjung, Sawah Lunto, Solok, Kota Solok, Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya dan Pesisir Selatan.

Merapi mempunyai karakteristik kawasan yang unik, berupa pegunungan berapi yang masih aktif, namun mekanisme pengelolaan yang dilaksanakan selama ini masih kurang kondusif ke arah pengelolaan yang lebih maju. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola diketahui bahwa terdapat banyak obyek potensial di Suaka Alam Merapi, seperti potensi bentang alam (Gunung Merapi), kawasan hutan, potensi sejarah “Pesangrahan Bung Hatta” dan potensi budaya berupa kehidupan masyarakat adat Minangkabau yang tinggal di sekitar kawasan. Salah satu fungsi Suaka Alam adalah mengimplementasikan fungsi pendidikan/penelitian didalamnya. Dalam periode pengelolaan jangka menengah untuk Suaka Alam Merapi, BKSDA Sumatera Barat merencanakan beberapa kegiatan, yaitu:

a. Penataan blok kawasan (blok inti & blok rimba). b. Pengembangan kawasan Gunung Merapi, Koto Baru.

c. Pedampingan masyarakat Koto Baru, khususnya tim Merapi Adventure Camp (MAC) yang merupakan partner BKSDA dalam pemantauan aktivitas wisata pengunjung di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru). d. Penyusunan rancangan topik-topik penelitian dan pendidikan tentang

potensi Suaka Alam Merapi (tumbuhan, satwa, ekosistem, gejala alam, hidrologi, sosial ekonomi, budaya dan pola-pola adat di masyarakat). e. Promosi dan pengembangan pola kerjasama penelitian dan pendidikan

(33)

(seperti ADB, World Bank, FAO, JICA dan sebagainya), LSM dalam dan luar negeri (seperti WALHI, KEHATI dan Yayasan Suaka Alam Indonesia).

f. Pembinaan generasi muda dan pecinta alam yang berada di sekitar kawasan Suaka Alam Merapi khususnya dan Sumatera Barat umumnya. Kegiatan ini dilaksanakan melalui pelatihan dan pendidikan konservasi. Gunung Merapi merupakan obyek yang menjadi pusat perhatian dalam beberapa dekade terakhir ini. Secara faktual, sebelum Merapi ditetapkan sebagai kawasan suaka alam, Merapi telah dijadikan lokasi untuk aktivitas pendakian di Jalur Koto Baru. Kegiatan pendakian di Jalur Koto Baru dipandang sebagai dua busur panah yang memberikan efek berbeda. Kegiatan pendakian yang tidak terkendali telah memberikan ancaman serius bagi kawasan, seperti masalah sampah, sementara kegiatan wisata alam berupa pendakian ini juga potensial untuk menyebarluaskan pendidikan konservasi dan informasi hidupan liar di Suaka Alam Merapi.

Pengelola (BKSDA Sumatera Barat) telah aktif melakukan pendampingan terhadap masyarakat sekitar kawasan, khususnya dalam mengontrol aktivitas pendakian ke Gunung Merapi. Pengelola telah membentuk organisasi Merapi Adventure Camp (MAC) yang anggotanya berasal dari masyarakat Nagari Koto Baru. Organisasi ini telah mendapat dukungan dari Pemerintahan Nagari Koto Baru dengan pembaharuan masa kerja setiap jangka waktu 3 tahun.

Pengelola terus melakukan penataan blok pengelolaan Suaka Alam Merapi. Sejak tahun 2007 terus dilakukan evaluasi batas kawasan konservasi Suaka Alam Merapi. Blok pengelolaan Suaka Alam Merapi dalam perencanaannya akan dibagi menjadi blok inti dan blok rimba. Blok inti diarahkan pada bagian-bagian kawasan yang kondisinya masih asli, sedangkan blok rimba diarahkan untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan, seperti wisata pendidikan, kegiatan penelitian, pengambilan plasma nutfah dan pengelolaan wisata alam terbatas.

5.6 Pendapat Masyarakat tentang Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi

Pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi didukung sepenuhnya oleh masyarakat sekitar kawasan. Wawancara dilakukan terhadap 30 orang untuk

(34)

mengetahui pendapat masyarakat terhadap rencana pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru). Responden adalah 20 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Masyarakat yang menjadi responden (63,3%) umumnya berprofesi sebagai petani, sisanya berprofesi sebagai pedagang dan buruh.

0% 100% Tidak Setuju Setuju 90% 10% Pernah Tidak pernah 0% 100% Tidak mendukung Mendukung

Seluruh responden (100 %) menyatakan setuju untuk menjaga kelestarian lingkungan dan alam Suaka Alam Merapi (Gambar 41). Banyak falsafah adat

Gambar 41 Dukungan terhadap pelestarian lingkungan Suaka Alam Merapi.

Gambar 42 Pengetahuan masyarakat: pernah/tidak mendengar istilah ekowisata.

Gambar 43 Dukungan masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi.

(35)

masyarakat setempat yang berhubungan erat dengan alam Suaka Alam Merapi, seperti ungkapan “Bumi sanang, padi manjadi”. Padi hanya bisa hidup dan berbuah dengan baik apabila kelestarian alam disekitarnya dijaga dengan baik.

Logika ilmu pengetahuan alam ini disadari masyarakat yang tinggal di sekitar Suaka Alam Merapi yang sebagian besar hidupnya tergantung pada sawah dan kebun. Masyarakat bertani di area sekitar Gunung Merapi yang menyuplai air untuk kebutuhan hidup, pengairan sawah dan kebun mereka. Air tersebut mengalir dari lembah-lembah di Suaka Alam Merapi. Masyarakat tidak perlu membeli air untuk kebutuhan hidup mereka karena hutan telah menyediakannya secara gratis. Air gunung mengalir sampai ke rumah penduduk, bahkan sebagian dimanfaatkan untuk kolam alami. Lahar-lahar bekas muntahan dan letusan Gunung Merapi menyuburkan tanah pertanian mereka. Oleh sebab itu, masyarakat mengharapkan agar pengunjung yang datang ke Suaka Alam Merapi hendaknya memperhatikan aspek kebersihan lingkungan Merapi.

Kerusakan hutan di sekitar Gunung Merapi dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat sekitar, seperti banjir, tanah longsor dan bencana kemarau yang panjang. Hal ini telah dipahami masyarakat sehingga tingkat gangguan terhadap kawasan hutan di Suaka Alam Merapi oleh masyarakat sangat rendah. Di Kabupaten Tanah Datar khususnya, tidak pernah ada pembalakan hutan (illegal logging), kebakaran hutan dan perladangan liar di dalam kawasan Suaka Alam Merapi.

Masyarakat (90%) umumnya pernah mendengar istilah “ekowisata” (Gambar 42), namun pandangan masyarakat secara umum cenderung mengkategorikan ekowisata sebagai kegiatan berwisata di alam dan lingkungan. Kalangan masyarakat yang memahami istilah ekowisata umumnya adalah responden yang pernah berinteraksi langsung dengan pengelola (BKSDA Sumatera Barat), seperti Wali Nagari dan anggota Merapi Adventure Camp. Mereka mengungkapkan bahwa yang membedakan ekowisata dengan wisata pada umumnya adalah kepedulian yang lebih tinggi terhadap alam dan ekologinya. Masyarakat umumnya mengetahui status kawasan Merapi sebagai Suaka Alam, akan tetapi cenderung menyebutnya dengan istilah “hutan lindung” yang menjadi milik pemerintah dan tidak boleh diganggu keberadaannya.

(36)

Masyarakat (100%) menyatakan setuju terhadap pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi (Gambar 43). Obyek-obyek yang potensial untuk dikembangkan adalah Gunung Merapi dan Pesangrahan Bung Hatta. Masyarakat mengharapkan agar pengembangan ekowisata Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) dapat dikelola dengan baik, seperti lokasi-lokasi wisata gunung berapi lainnya di Indonesia. Masyarakat meyakini bahwa Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) juga mempunyai potensi wisata yang besar, namun pengembangan yang dilakukan hendaknya berorientasi pada kelestarian lingkungan Suaka Alam Merapi dan selaras dengan norma adat dan norma kesopanan yang berlaku.

5.7 Prinsip Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi

Prinsip pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi harus memperhatikan tujuh hal sebagaimana yang dijelaskan oleh Muntasib et al. (2004). Ketujuh prinsip tersebut adalah:

1) Berhubungan/kontak langsung dengan alam (touch the nature)

Kegiatan ekowisata bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dengan menikmati alam. Pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi membutuhkan interaksi antara wisatawan dengan alam sekitarnya, ini karena Suaka Alam Merapi mempunyai daya tarik utama berupa bentang alam (gunung, kawah, flora, fauna dan sebagainya).

2) Pengalaman yang bermanfaat, baik secara pribadi ataupun secara sosial Faktor yang membedakan ekowisata dengan kegiatan wisata lainnya adalah adanya pengalaman dan ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh wisatawan setelah melakukan kegiatan ekowisata. Pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi diharapkan mampu menerapkan prinsip tersebut. Sarana prasarana penunjang diperlukan untuk memberikan pengalaman berekowisata bagi wisatawan, seperti pusat informasi dan sarana interpretasi.

3) Ekowisata bukan wisata massal

Pengembangan ekowisata umumnya tidak ditujukan untuk mendatangkan pengunjung dalam jumlah besar, melainkan pengunjung dalam jumlah kecil yang mempunyai ketertarikan tertentu (special interest). Pengunjung dalam jumlah besar dikhawatirkan mendatangkan dampak negatif, seperti pengrusakan terhadap lingkungan. Agar kegiatan ekowisata di Suaka Alam Merapi tidak berubah

(37)

menjadi mass tourism maka dapat dilakukan pengaturan jumlah/kuota pengunjung yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan.

Hasil wawancara memberikan informasi bahwa wisatawan mancanegara datang ke Sumatera Barat pada puncaknya dibulan Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus dan Desember. Waktu ini merupakan waktu liburan bagi wisatawan mancanegara. Wisatawan nusantara biasanya berkunjung ke Suaka Alam Merapi pada masa liburan sekolah, hari raya dan akhir tahun serta tahun baru. Waktu ini juga merupakan waktu ramai kunjungan ke Suaka Alam Merapi.

4) Program-program ekowisata harus membuat tantangan fisik dan mental bagi wisatawan

Pengalaman wisata yang menarik dan menantang pastinya memberikan tantangan fisik dan mental bagi pengunjung. Bentang alam Suaka Alam Merapi dapat dikembangkan untuk variasi jenis dan program wisata yang menarik dan memberi pengalaman petualangan (adventure).

5) Interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat

Pengembangan ekowisata harus memperhatikan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat sekitar kawasan, tujuannya agar terjadi pertukaran informasi antara wisatawan dengan masyarakat setempat. Masyarakat sekitar Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) didominasi oleh masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat). Masyarakat tersebut memiliki berbagai adat dan budaya tradisional, khususnya yang berhubungan langsung dengan lingkungan. Seperti tenunan masyarakat Pandai Sikek yang motif-motifnya diambil dari fenomena alam Minangkabau, sesuai dengan falsafah hidup masyarakat Minangkabau ”Alam takambang jadikan guru” (alam terkembang jadikan guru).

6) Adaptif atau sesuai dengan akomodasi pedesaan

Akomodasi pedesaan diharapkan untuk memberikan pendapatan bagi penduduk setempat, selain untuk meningkatkan hubungan antara wisatawan dengan masyarakat. Akomodasi tidak harus mewah dan mahal, melainkan disesuaikan dengan budaya dan kebiasaan hidup masyarakat setempat.

7) Pengalaman lebih utama dari kenyamanan.

Pengembangan ekowisata tidak perlu membangun sarana prasarana yang banyak, melainkan lebih ke arah pemanduan (interpretasi). Pembangunan sarana prasarana di Suaka Alam hendaknya bersifat sederhana dan lebih alami.

(38)

Wisatawan disajikan cerita masyarakat setempat, kondisi sosial budaya dan pengalaman di alam dibandingkan fasilitas yang lengkap dan mewah.

Gunn (1994) menyatakan bahwa pengembangan ekowisata pada suatu lokasi perlu mencakup sepuluh kegiatan penting. Kesepuluh kegiatan tersebut adalah pengembangan atraksi wisata (sumberdaya alam dan budaya), perbaikan sarana prasarana dan infrastruktur, perbaikan usaha-usaha jasa wisata (misalnya akomodasi), perbaikan fasilitas penunjang atraksi wisata, pengembangan peluang pasar wisata, peningkatan promosi, penguatan organisasi dan kelembagaan, penguatan kompetensi sumberdaya manusia, penguatan ekonomi lokal / regional / nasional dan dukungan kebijakan lingkungan / politik / ekonomi.

5.8 Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi

Pengembangan ekowisata Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) diperlukan sebagai alternatif peningkatan fungsi dan daya jual kawasan, serta benteng dalam pelestarian keanekaragaman hayati Suaka Alam Merapi. Dasar pengembangan ekowisata di Suaka Alam Merapi mengacu pada PP 68 tahun 1998 yang menyatakan bahwa pada Kawasan Suaka Alam dapat dilakukan pengelolaan wisata alam terbatas yang kegiatannya terbatas pada kegiatan mengunjungi, melihat dan menikmati keindahan alam, tumbuhan atau perilaku satwaliar di dalamnya. Pemilihan obyek-obyek Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) yang akan dikembangkan untuk ekowisata bersumber dari hasil penilaian ODTW, wawancara pengunjung, pengelola dan masyarakat (Tabel 28).

Tabel 28 Obyek ekowisata yang dikembangkan di Suaka Alam Merapi

Keterangan

Sumber Informasi Hasil Penilaian

ODTW

Pengunjung Masyarakat Pengelola (BKSDA Sumbar) Obyek Potensial untuk Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) 1) Pesangrahan Bung Hatta 2) Parak Batuang 3) Shelter Paninjauan 4) Terowongan Pakis 5) Cadas 6) Kawah Merapi 7) Puncak Merpati 8) Taman Edelweis Obyek-obyek yang terdapat di sepanjang jalur pendakian Gunung Merapi (sama dengan obyek-obyek yang dinilai pada Hasil Penilaian ODTW) Gunung Merapi, meliputi Pesangrahan Bung Hatta, Shelter Paninjauan, Cadas, Kawah Merapi, puncak Merpati, Tugu Abel Tasman dan Taman Edelweis. 1) Gunung Merapi dan obyek-obyek di sepanjang jalur pendakian Koto Baru. 2) Pesangrahan Bung Hatta 3) Obyek-obyek penunjang, seperti kawasan pertanian Koto Baru, Nagari Pandai Sikek, kebudayaan, dll

(39)

Obyek-obyek yang dikembangkan sebagai obyek ekowisata (Tabel 28) diketahui berdasarkan hasil skoring penilaian ODTW, wawancara pengunjung, masyarakat dan pengelola. Berdasarkan hasil tersebut maka delapan obyek yang ditemukan di sepanjang jalur Koto Baru layak dikembangkan untuk kegiatan wisata alam. Lima bentuk pengembangan yang dilakukan di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) adalah pengembangan obyek dalam kawasan, pengembangan kegiatan ekowisata, pengembangan pelayanan ekowisata, pengembangan promosi dan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) ekowisata.

5.8.1.1 Pengembangan Obyek Dalam Kawasan

Delapan obyek yang dikembangkan adalah Pesangrahan Bung Hatta, Parak Batuang, Shelter Paninjauan, Terowongan Pakis, Cadas, Kawah Merapi, Puncak Merpati dan Taman Edelweis. Pada masing-masingnya dapat dilakukan pengembangan ekowisata (Tabel 29).

Tabel 29 Pengembangan ekowisata pada masing-masing obyek di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru)

No Obyek Pengembangan Obyek

1. Pesangrahan Bung Hatta

Bentuk pengembangan yang dilakukan adalah:

a) Pemugaran kembali situs bangunan Pesangrahan Bung Hatta dan penyediaan sarana informasi tentang Pesangrahan Bung Hatta b) Guide khusus yang mengetahui sejarah Pesangrahan Bung Hatta c) Perbaikan jalur akses, khususnya jembatan penyeberangan di atas

sungai menuju Pesangrahan

d) Penataan lokasi, khususnya lokasi camping dan areal api unggun, serta penataan khusus untuk lokasi war game

e) Pengadaan sarana berupa perlengkapan war game

f) Penyediaan tempat pembuangan sampah di sekitar Pesangrahan g) Pembuatan tungku / areal api unggun

h) Pembuatan papan interpretasi

i) Pembuatan akses jalan menuju sumber air panas Pesangrahan 2. Parak Batuang Bentuk pengembangan yang dilakukan adalah:

a) Penataan lokasi, khususnya lokasi camping dan lokasi api unggun, serta penataan khusus untuk lokasi war game

b) Penyediaan tempat pembuangan sampah di sekitar Parak Batuang c) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan jenis tumbuhan bambu

yang terdapat di Parak Batuang d) Pembuatan tungku / areal api unggun 3. Shelter

Paninjauan

Bentuk pengembangan yang dilakukan:

a) Perbaikan jalur jelajah di Shelter Paninjauan. Jalur yang ada saat ini kondisinya sudah banyak tertutup belukar

b) Pembuatan papan interpretasi, seperti papan penunjuk arah menuju Shelter Paninjauan, papan jenis tumbuhan dan satwa

c) Pembuatan menara pandang. Lokasi Shelter Paninjauan menyediakan pemandangan Suaka Alam Merapi secara keseluruhan d) Kegiatan operasi bersih sampah sepanjang jalur Shelter Paninjauan 4. Terowongan

Pakis

Bentuk pengembangan yang dilakukan:

a) Pembuatan shelter, khususnya di sumber air Pintu Angin (setelah keluar dari Terowongan Pakis)

Gambar

Gambar 5  Pesangrahan Bung Hatta.  Gambar 6  Shelter Paninjauan.
Tabel 17 Penilaian banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol
Tabel 19  Penilaian variasi kegiatan wisata
Gambar  14  Kebersihan  lokasi  di  Suaka  Alam  Merapi.  Ket:  (A)  Sampah  bekas  pendaki di Shelter Paninjauan; (B) Vandalisme di batuan Cadas; (C)   vandalisme pada obyek Tugu Abel Tasman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah fermentasi kulit pisang kepok dengan Trichoderma viride berpengaruh meningkatkan kandungan protein kasar dan

Gunakan valve 45 untuk mengatur pengeluaran air yang melalui pipa aliran keluar (46). 2) Menyalakan pompa dan buka valve 45 perlahan-lahan.. 4) Mencatat perbedaan ketinggian yang

Aswandi Bahar (1989: 14-149) peran sosial guru di sekolah berkaitan dengan murid adalah: (1) sebagai media, (2) sebagai penguji, (3) sebagai orang yang berdisiplin, (4) sebagai

dialami oleh sector bisnis perbankan sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang, seperti keputusan penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit,

Hasil yang dijumpai bervariasi, jika dianggap penyelesaian desain dari buku rujukan dianggap benar hasilnya maka steel design dengan SAP2000 pada sebagian elemen menunjukkan

Merekomendasi kan pekerjaan rehabilitasi jembatan sesuai hasil survei dan analisa struktur secara menyeluruh serta melaksanakan rehabilitasi jembatan secara utuh maupun