• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A Teor

4. Pengembangan Sektor Potensial

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah mengadakan tinjauan keadaan, permasalahan dan potensipotensi pembangunan (Tjokroaminoto 1995). Berdasarkan potensi sumber daya alam yang kita miliki, maka adanya sektor potensial di suatu daerah harus dikembangkan dengan seoptimal mungkin. Lincolin (1999:165) mengatakan bahwa sampai dengan akhir dekade 1980-an, di Indonesia terdapat tiga kelompok pemikiran dalam kaitannya dengan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memantapkan keberadaan sektor industri. Ketigakelompok pemikiran tersebut adalah:

1) Pengembangan sektor industri hendaknya diarahkan kepada sektor yang memiliki keunggulan komparatif (comparative adventage). Pemikiran seperti ini boleh dikatakan diwakili oleh kalangan ekonom-akademis. 2) Konsep Delapan Wahana Transformasi Teknologi dan Industri yang di

kemukakan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Habiebie), yang pada dasarnya memprioritaskan pembangunan industi-industri hulu secara serentak (simultan).

3) Konsep keterkaitan antar industri, khususnya keterkaitan hulu-hilir. Konsep ini merupakan konsep menteri perindustrian.

commit to user B. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Hendayana (2003) tentang Aplikasi Metode Location

Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Penentuan

komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.

Untuk mengimplementasikan metoda LQ dalam penelitian Hendayana (2003) digunakan data areal panen tanaman pangan, hortikultura (sayuran dan buah- buahan), perkebunan dan populasi ternak,masing-masing data series selama kurun waktu lima tahun (1997 – 2001).

Hasil penelitian Hendayana (2003) menemukan bahwa 1) Metoda LQ sebagai salah satu pendekatan model ekonomi basis, relevan dan dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengidentifikasi penyebaran komoditas pertanian. Dalam hal ini komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 dianggap memiliki keunggulan komparatif karena tergolong basis. Komoditas pertanian yang tergolong basis dan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salah satu indikator komoditas unggulan nasional, 2) perhitungan LQ baru didasarkan aspek luas areal panen atau areal tanam, maka keunggulan yang diperoleh baru mencerminkan keunggulan dari sisi penawaran, belum dari sisi permintaan. Untuk mendapatkan keunggulan dari penawaran dan permintaan analisis masih perlu dilanjutkan dengan memasukkan unsur ekonomi antara lain keragaan ekspor dan impor. 3) Metode LQ memiliki kelebihan dalam hal penyelesaiannya yang mudah dilakukan, akan tetapi juga memiliki keterbatasan terutama bila menyangkut wilayah yang acuannya tidak jelas.

commit to user

Syafruddin, Kairupan, Negara, dan Limbongan, (2004) tentang Penataan Sistem Pertanian Dan Penetapan Komoditas Unggulan Berdasarkan Zona Agroekologi Di Sulawesi Tengah menemukan bahwa sistem pertanian yang efisien, berproduksi tinggi, dan berkelanjutan dapat dicapai antara lain dengan memanfaatkan sumber daya lahan berdasarkan karakteristik, kemampuan, dan kesesuaiannya.

Syafruddin, et al., (2004) telah menemukan bahwa lahan sebagai modal dasar dan faktor penentu utama dalam sistem produksi pertanian perlu dijaga agar tidak mengalami kerusakan. Oleh karena itu, penataan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan pada setiap wilayah kabupaten perlu dilakukan agar produksi yang dihasilkan tetap tinggi dan dapat bersaing di pasaran, baik lokal maupun internasional. Konsep sistem pakar dapat digunakan dalam menata sistem pertanian dan menetapkan komoditas unggulan.

Hasil penelitian Syafruddin, et al., (2004) pada delineasi peta zona agroekologi wilayah Sulawesi Tengah skala 1:250.000 didapatkan tujuh zona utama, empat sistem pertanian, dan beberapa jenis tanaman alternatif. Komoditas unggulan juga telah ditetapkan untuk masing-masing wilayah kabupaten, yaitu kakao, jagung, bawang merah, sapi potong, serta perikanan laut.

Penelitian Mukhyi, (2007) tentang Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi Propinsi Jawa Barat : Pendekatan Analisis IRIO (Interregional Input-Output). Penelitian ini membahas permasalahan sektor pertanian di Propinsi Jawa Barat dan sektor-sektor unggulan yang ada di Propinsi Jawa Barat kaiannya dengan pembangunan kawasan ekonomi,

commit to user

dengan menggunakan pendekatan IRIO (Interregional Input-Output) yang merupakan metode pengembangan dari Input-Output Analysis.

Hasil penelitian Mukhyi, (2007) menunjukkan bahwa 1) Tingkat kotribusi margin sektor di Propinsi Jawa Barat adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan) yang mempunyai nilai di atas 10% dari total PDRBnya. Sektor industri pengolahan masuk dalam tahap semi industrialisasi karena nilainya di atas 20% dari total PDRB Jawa Barat. Dalam sektor pertanian ada satu subsektor tanaman bahan makanan masuk dalam tahap menuju proses industrialisasi. Sektor dan subsektor lainnya masih dalam tahap non industrialiasi. Secara nasional tingkat kontribusi margin sektor adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan) yang mempunyai nilai di atas 10% dari total PDB nasional. Sektor industri pengolahan masuk dalam tahap semi industrialisasi karena nilainya di atas 20% dari total PDB nasional. Produk-produk sekunder atau produkproduk lanjutan dari produk primer pertanian adalah pendukung dari sektor-sektor unggulan Propinsi Jawa Barat. Serta sektor dan subsektor lainnya selain sektor pertanian yang dalam golongan non industrialisasi. 2) Sektor yang memiliki nilai multiplier besar terhadap perekonomian secara nasional sesuai dengan sektor unggulan Propinsi Jawa Barat, yaitu subsektor peternakan dan hasil-hasilnya; subsektor industri makanan, minuman dan tembakau; subsektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; subsektor industri kertas dan barang dari cetakan, subsektor industri semen; subsektor industri dasar besi dan baja dan logam dasar bukan besi; subsektor industri barang dari logam, subsektor industri lainnya; sektor listrik, gas dan air

commit to user

bersih; sektor bangunan; subsektor hotel dan restoran; subsektor angkutan darat, subsektor angkutan air dan subsektor angkutan udara. 3) Sektor dan subsektor unggulan Propinsi Jawa Barat berdasarkan analisis IRIO adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Bila dilihat dari subsektornya adalah subsektor industri pengilangan minyak bumi; subsektor makanan, minuman dan tembakau; subsektor industri kertas dan barang dari cetakan; subsektor industri pupuk kimia dan barang dari karet dan mineral bukan logam; sektor bangunan dan subsektor hotel dan restoran. Tetapi dibandingkan dengan sektor dan subsektor unggulan secara nasional, maka sektor dan subsektor unggulan Propinsi Jawa Barat adalah subsektor makanan, minuman dan tembakau; subsektor industri kertas dan barang dari cetakan; subsektor industri pupuk kimia dan barang dari karet dan mineral bukan logam; sektor bangunan dan subsektor hotel dan restoran. Walaupun sektor pertanian bukan sektor unggulan akan tetapi menjadi pendorong dari sektor-sektor unggulan, yang merupakan proses lebih lanjut dari hasil produk-produk pertanian yang dilakukan proses produksi lagi yang bisa memberikan nilai tambah yang besar terhadap pendapatan daerah.

Dokumen terkait