• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sistem Untuk Aplikasi Pertanian

LEBAR PARTISI

D. Pengembangan Sistem Untuk Aplikasi Pertanian

Sistem temukembali citra berbasis kaidah fuzzy dapat dikembangkan untuk merancang aplikasi dalam bidang pertanian modern yang berbasis teknologi informasi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan aplikasi dalam bidang pertanian adalah pembuatan basisdata training untuk masing-masing komoditi pertanian serta pencahayaan dan sudut pandang kamera untuk mengakuisisi citra sebagai masukan sistem.

Secara konseptual dalam Gambar 38 pengembangan sistem temukembali untuk aplikasi di bidang pertanian dimulai dengan melakukan investigasi dalam domain kepakaran dalam hal ini orang yang pakar dalam pengolahan citra dan petugas survei. Pengetahuan yang diperoleh kemudian diformulasikan dalam bentuk peubah linguistik dalam kaidah-kaidah fuzzy. Domain pengetahuan dapat berasal dari sumber lain seperti data histori yang telah diolah secara statistik.

Kegiatan investigasi tersebut akan menghasilkan dua faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sistem. Pertama, seorang pakar dalam pengolahan citra akan memberikan kontribusi terhadap jenis ciri citra dan metode segmentasi yang akan digunakan untuk menghasilkan data training

untuk masing-masing kategori. Kedua, dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil kajian ilmiah dan survei langsung di lapangan akan menghasilkan basis kaidah fuzzy yang akan diimplementasikan dalam sistem.

Gambar 38. Arsitektur Sistem Temukembali Citra Untuk Aplikasi Pertanian. Aplikasi dalam bidang pertanian yang secara langsung bisa dikembangkan adalah aplikasi untuk tujuan pendidikan yaitu perpustakaan dijital. Hal ini disebabkan karena aplikasi perpustakaan dijital ini mempunyai prinsip kerja yang sama dengan prinsip kerja dalam sistem temukembali citra yaitu sistem berfungsi sebagai mesin pencari citra dalam basisdata yang relevan dengan citra query.

Pengembangan aplikasi untuk kegiatan agroindustri dapat digunakan untuk melakukan identifikasi jenis-jenis komoditi pertanian misalnya bunga, kayu, buah dan lain-lain dengan tujuan untuk melakukan kegiatan sortasi hasil panen. Pengembangan aplikasi dalam bidang agroindustri memerlukan perangkat keras yaitu antarmuka antara unit pengolah data dengan peralatan sortasi. Antarmuka perangkat keras ini berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan perintah yang

sudah didefinisikan terlebih dahulu dari unit pengolah data ke peralatan sortasi. Sistem temukembali dalam hal ini digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan terhadap masukan yang diperoleh.

Aplikasi lain dalam bidang pertanian yang sudah dilakukan penelitian adalah pengembangan sistem temukembali citra untuk pengklasifikasian lahan dengan basis citra satelit. Berdasarkan penelitian Parulekar, Datta, Li dan Wang (2005) dari The Pennsylvania State University dan University Park citra satelit yang digunakan sebagai basisdata dibagi menjadi beberapa area (region of interest) dan setiap area tersebut kemudian diklasifikasikan secara semantik.

Arsitektur sistem dalam Gambar 39 terdiri dari off-line processing dan on-line querying. Bagian off-on-line processing merupakan proses untuk melakukan pengindeksan warna dan tekstur masing-masing area citra satelit dan kemudian hasilnya digunakan sebagai data training masing-masing kategori lahan. Bagian on-line querying merupakan proses temukembali dimana pengguna melakukan query dengan menggunakan potongan citra. Citra query dari pengguna ini kemudian diukur kemiripannya dengan masing-masing kategori lahan dan sistem kemudian menampilkan urutan nominasi kategori lahan.

Metode pengukuran kemiripan dalam sistem pengklasifikasian lahan ini dapat dimodifikasi dengan mengimplementasikan metode basis kaidah fuzzy. Pengimplementasian basis kaidah fuzzy ini dilakukan dengan memperlakukan masing-masing kategori lahan sebagai basisdata citra yang akan diukur kemiripannya dengan citra query. Hal-hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pengaturan kembali nilai parameter fuzzyfikasi, agregasi - defuzzyfikasi dan basis kaidah fuzzy yang memberikan kinerja terbaik dari masukan ciri warna dan tekstur citra.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kinerja basis kaidah fuzzy yang memberikan hasil terbaik adalah basis kaidah fuzzy yang mempunyai informasi warna lebih dominan dibandingkan dengan bentuk dalam penentuan kemiripan citra. Basis kaidah fuzzy yang mempunyai kinerja terbaik bagi sistem temukembali citra untuk ketiga metode implikasi adalah sebagai berikut :

− Jika citra basisdata warnanya sama atau beda dan bentuknya sama atau mirip atau beda dengan citra query maka diklasifikasikan menjadi sama atau beda denga citra query tergantung klasifikasi warna.

− Jika citra basisdata warnanya mirip dan bentuknya sama atau mirip dengan citra query maka diklasifikasikan menjadi mirip dengan citra query.

− Jika citra basisdata warnanya mirip dan bentuknya beda maka diklasifikasikan menjadi beda dengan citra query.

Kinerja sistem temukembali citra tergantung pada metode implikasi kaidah fuzzy yang digunakan dalam percobaan. Penggunaan metode implikasi yang berbeda menyebabkan terjadinya perubahan pengklasifikasian citra, terutama antara metode Mamdani dengan Aljabar dan Einstein. Nilai presisi yang dihasilkan oleh metode Mamdani adalah 84,67 %, metode Aljabar 87,89 % dan metode Einstein 86,56 %. Nilai presisi rata-rata tertinggi dari ketiga metode implikasi adalah 86,44 %. Secara persepsi penilaian kinerja sistem terhadap masing-masing metode implikasi menunjukkan bahwa metode implikasi Mamdani mampu menghasilkan citra yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode Aljabar dan Einstein.

Implementasi nilai treshold menyebabkan keluaran sistem bersifat dinamis yaitu hanya menampilkan citra yang mempunyai nilai centroid lebih kecil atau sama dengan nilai treshold dan menghemat penggunaan memori komputer sehingga mempercepat waktu komputasi. Nilai treshold merupakan nilai centroid terbesar citra relevan yang berada di urutan nominasi terakhir.

Sebagai metode perbandingan dengan implementasi basis kaidah fuzzy dalam sistem temukembali citra adalah menggunakan metode pembobotan linear. Hasil percobaan menggunakan basis kaidah fuzzy lebih baik dibandingkan dengan metode pembobotan linear dengan kriteria yang berbasis nilai presisi dan recall.

Sistem temukembali citra yang mengimplementasikan basis kaidah fuzzy dapat dikembangkan untuk aplikasi dalam bidang pertanian modern yang berbasis teknologi informasi. Pengembangan sistem temukembali citra untuk aplikasi bidang pertanian antara lain adalah identifikasi jenis bunga, buah, kayu, sortasi hasil panen, klasifikasi lahan pertanian dan perpustakaan dijital.

B. Saran

1. Penelitian implementasi basis kaidah fuzzy dalam sistem temukembali citra untuk pengukuran kemiripan dilanjutkan dengan menggunakan sistem inferensi fuzzy model Mamdani - Sugeno.

2. Penelitian metode segmentasi ciri citra dikembangkan untuk perancangan dan analisis kaidah fuzzy warna dan bentuk citra.

3. Penelitian lanjutan dilakukan dengan mereduksi noise citra terlebih dahulu sebelum melakukan proses segmentasi.

Dokumen terkait