• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN Pelaporan, Pencegahan dan Pengendalian

Dalam dokumen MANUAL PENYAKIT HEWAN MAMALIA (Halaman 65-72)

PENYAKIT JEMBRANA

E. PENGENDALIAN Pelaporan, Pencegahan dan Pengendalian

a. Pelaporan

Setiap ada kasus penyakit Jembrana harus segera dilaporkan kepada Dinas Peternakan setempat atau instansi berwenang (BPPV/BBV) yang tembusannya dikirimkan kepada Direktorat Kesehatan Hewan untuk segera diambil tindakan.

b. Pencegahan dan Pengendalian

Tindakan yang paling efektif adalah dengan melakukan vaksinasi. Telah berhasil diproduksi vaksin JD dari plasma dan limpa. Pada awalnya dikembangkan vaksin dari sari plasma yang diinaktivasi dengan formalin 0,1% (v/v) mengandung incomplete freund adjuvant (IFA) setelah 1, 2 atau 3 kali vaksinasi memberikan kekebalan yang sangat rendah setelah ditantang dengan virus JD 103 x ID50. Gambaran hematologis penyakit

Jembrana berupa lekopenia Iebih dari 2 hari. Tidak terdapat perbedaan rata-rata antara lamanya periode inkubasi, periode demam atau lama lekopenia antara sapi yang divaksinasi dengan grup kontrol. Dengan menggunakan inaktivasi Triton X-100 dengan kosentrasi 1% (v/v) dalam incomplete Freund Adjuvant (IFA) dan dilakukan vaksinasi sebanyak 3 kali ternyata memberikan respon kebal setelah ditantang dengan virus JD 102 x ID50, satu bulan setelah vaksinasi terakhir. Telah dibandingkan pula penggunaan IFA dan Quil-A, keduanya dapat meningkatkan respon imun, akan tetapi Quil-A memberikan respon imun sedikit lebih rendah dan pada IFA, dan juga memberikan reaksi terhadap virus tantang Iebih tinggi.

Hewan yang sakit dapat dipotong di bawah pengawasan dokter hewan atau petugas berwenang.

F. DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1999. Manual Diagnostik Penyakit Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Japan International Cooperation Agency (JICA), Jakarta.

Budiarso IT, and S Hardjosworo 1977. Some notes on jembrana disease of Bali cattle. Hemera Zoa 69 94-102

Chadwick BJ, RJ Coeleh, GE Wilcox, LM Sammel, and G Kertayadnya 1997. Nucleotide squence analysis of Jembrana disease virus: A new bovine lentivirus. ACIAR proceeding. 75, 49-60

Chadwick BJ, M Desport, DMN Dharma, J Brownlie and GE Wilcok 1997. Detection of Jembrana disease virus in paraffi ne embedded tissue sections by in situ hybridization. ACI~R proceeding, 75. 66-71.

Dennig HK 1977. The attempted experimental transmission of Jembrana disease to bali cattle with Boophillus ticks. Hemera zoa 69:77-78.

Dharma DMN, A Budianto, RSF Campbell, and PW Ladds 1991. Studies on experimental Jembrana disease in Bali cattle. II. Pathology. J.Comp. Pathol 105:397-414

Dharma DMN 1993. The pathology of Jembrana disease. PhD thesis. JCU. Australia.

Hartaningsih N, K Sulistyana and GE Wilcox 1997. Serological test for JDV antibodies and antibody response of infected cattle. ACIAR proceeding 75,79 82.

Kertayadnya G, S Soeharsoro, N Hartaningsih and GE Wicox, 1997. The phisicochemical characteristic of a virus associated with Jembrana disease. ACIAR proceeding 75, 43-48. 1

Ramachandran S 1997. Early iobservation and reasearch on Jembrana disease in Bali and other indonesian Islands. ACIAR proceedings, 75,5-9.

http://herudvm.blogspot.com/2011/02/jembrana-diseases.html. http://www.vetbiomed.murdoch.edu.au/research/virology/lentiv.jpg

ORF

Sinonim : Contagious Pustular Dermatitis, Contagious Ecthyma; Sore Mouth; Scabby Mouth, Bengoran, Dakangan

A. PENDAHULUAN

Orf adalah suatu penyakit hewan menular pada kambing dan domba yang ditandai dengan terbentuknya popula, vesikula dan keropeng pada kulit di daerah bibir/di sekitar bibir.

Penyakit ini pada umumnya menyerang hewan muda umur 3-5 bulan, terkadang hewan dewasa dapat juga ditulari, disamping itu dapat menulari pada manusia. Penyakit ini mempunyai arti ekonomik yang cukup penting karena dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan kematian. Disamping itu mempunyai arti kesehatan masyarakat veteriner karena dapat menulari manusia.

B. ETIOLOGI

Orf disebabkan oleh virus Parapox, berbentuk bulat panjang seperti kepompong, berukuran 160x290 mm dan diklasifi kasikan dalam grup DNA virus.

Gambar 1. Struktur virus Orf.

(Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a0/ Orf_virus.jpg/450px-Orf_virus.jpg)

C. EPIDEMIOLOGI 1. Sifat Alami Agen

Virus ini sangat tahan terhadap pengaruh udara luar dan kekeringan, tetap hidup di luar sel selama beberapa bulan lamanya serta dapat hidup beberapa tahun pada keropeng kulit, sedangkan pada suhu kamar dapat

tahan selama 15 tahun. Virus Parapox tahan terhadap ether dan labil terhadap asam.

2. Spesies rentan

Orf hanya menyerang kambing dan domba. Penyakit ini menimbulkan kekebalan berjangka panjang, oleh karenanya pada wilayah enzootik penyakit ini ditemukan pada hewan-hewan muda, sedang di daerah yang baru pertama kali diserang, penyakit ini ditemukan pada hewan dari segala umur.

3. Sifat Penyakit

Angka kesakitan penyakit ini dapat mencapai 90% pada hewan muda tetapi angka kematian relatif rendah. Sifat penyakit ini umumnya endemik dan penyakit banyak muncul pada kelompok kambing yang baru datang pada suatu wilayah.

4. Cara Penularan

Cara penularan terjadi melalui kontak (luka kulit pada saat menyusui, kelamin dan bahan yang mengandung virus). Masa inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 2 hari.

5. Distribusi Penyakit

Penyakit ini dikenal di lndonesia pada tahun 1931. Pada tahun 1979 penyakit ini dilaporkan di Yogyakarta, Kudus, Banyuwangi, Pasaman, Karangasem, Negara dan Medan. Sampai dengan sekarang hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

D. PENGENALAN PENYAKIT 1. Gejala Klinis

Pada hewan yang menderita penyakit ini gejala berupa peradangan pada kulit sekitar mulut, kelopak mata, alat genital, ambing pada hewan yang sedang menyusui dan medial kaki atau pada tempat yang jarang ditumbuhi bulu. Selanjutnya peradangan berubah menjadi eritema, lepuh pipih yang mengeluarkan cairan, membentuk kerak yang mengelupas setelah 1-2 minggu. Pada selaput lendir yang terserang tidak terjadi pengerakan. Apabila lesi tersebut hebat maka pada bibir yang terserang terdapat kelainan yang menyerupai bunga kol.

Apabila tidak terjadi infeksi sekunder maka lesi ini biasanya akan sembuh setelah penyakit berlangsung 4 minggu dan sebaliknya bila muncul infeksi sekunder akan meningkatkan derajat keparahan penyakit.

Pada hewan muda keadaan ini sangat mengganggu sehingga dapat menyebabkan kematian. Pada manusia gejala klinis berupa lepuh pada tangan dan lengan. Lesi ini kemudian mengering serta mengeras setelah 2-3 minggu.

Gambar 2. Gejala klinis ORF

(Sumber : http://www.cdc.gov/ncidod/dvrd/orf_virus/images/ sheep_orf_lg.jpg.)

2. Patologi

Pada bedah bangkai tidak terlihat adanya kelainan-kelainan yang mencolok pada alat tubuh bagian dalam kecuali kelainan pada kulit.

3. Diagnosa

Dengan melihat kejadian penyakit yang tersebar cepat, hanya menyerang hewan muda dan terdapat lesi di sekitar mulut maka dengan mudah dapat didiagnosa penyakit menular ini. Konfi rmasi laboratorium dapat dilakukan dengan mengetahui adanya antigen Orf pada lesi dengan cara uji Agar Gel Diffusion (AGD) atau uji Complement Fixation Test (CFT) dan dapat juga dilakukan Netralisation Test pada paired sera.

4. Diagnosa Banding

Penyakit Orf mirip dengan cacar pada kambing dan domba. Pada penyakit cacar lesi biasanya dimulai dengan hemarogik dan terjadi pada kulit bagian luar serta mempunyai tendesi meluas ke seluruh tubuh termasuk organ bagian dalam. Virus ORF tidak dapat diinokulasi pada telur ayam bertunas Chorio Allantoic Membrane (CAM) sedang virus cacar dapat tumbuh pada media tersebut.

5. Pengambilan Dan Pengiriman Spesimen

Bahan pemeriksaan berupa keropeng kulit disertai jaringan di bawahnya, disimpan dalam transport media (Gleserin Saline ana) untuk pemeriksaan virologik dan dalam formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologik.

E. PENGENDALIAN 1. Pengobatan

Hewan terjangkit penyakit dapat diberi antibiotika berspektrum luas untuk mencegah infeksi sekunder. Disamping itu dapat diberikan multivitamin untuk memperbaiki kondisi tubuh sedangkan kulit yang terinfeks diberikan pengobatan lokal dengan jodium tincture.

2. Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan

Untuk pencegahan penyakit Orf dapat diberikan autovaksin untuk daerah endemik. Vaksin ini dibuat dari keropeng kulit hewan yang menderita yang disuspensi menjadi 1% dalam 50% gliserin saline. Vaksinasi diberikan dengan cara pencacaran kulit pada daerah sebelah dalam paha, atau disekitar leher untuk hewan dewasa. Anak domba/kambing biasanya divaksin pada umur 1 bulan dan diulang pada umur 2-3 bulan, sehingga akan diperoleh kekebalan yang optimal. Pada daerah yang belum pernah terjangkit tidak dianjurkan mengadakan vaksinasi Orf. Untuk pengendalian penyakit maka hewan yang menunjukan gejala segera diasingkan sehingga perluasan penyakit dapat dibatasi. Disamping itu kandang yang tertular sebaiknya tidak dipakai dalam waktu cukup lama atau difumigasi sebelum digunakan kembali. Pada daerah tertular segera diberi vaksinasi massal dan hewan yang mati akibat penyakit segera dibakar atau dikubur dalam-dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1999. Manual Diagnostik Penyakit Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Japan International Cooperation Agency (JICA), Jakarta.

Jensen Ruc 1974. Discasc Of Sheep, Lea and febiger. Philadelphia, page. 135-138.

http://www.cdc.gov/ncidod/dvrd/orf_virus/images/sheep_orf_lg.jpg. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a0/Orf_virus.jpg.

Dalam dokumen MANUAL PENYAKIT HEWAN MAMALIA (Halaman 65-72)