BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Manajemen Risiko
2.6.3 Tahapan Manajemen Risiko
2.6.3.6 Pengendalian Risiko
Strategi pengendalian risiko dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut : (AS/NZS 4360)
1. Penghindaran risiko
Beberapa pertimbangan penghindaran risiko yaitu :
a. Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya memperhatikan biaya pengendalian risiko.
b. Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko.
c. Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian
d. Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengendalian risiko yang akan dilakukan sendiri.
2. Mengurangi peluang terjadinya potensi risiko
Pengurangan kemungkinan terjadinya risiko dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan seperti engineering control (eliminasi, substitusi , pengendalian jarak), dan pemberian pelatihan kepada pekerja mengenai cara kerja yang aman, budaya K3.
a. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang paling baik untuk dapat mengendalikan paparan. Risiko dapat dihindarkan dengan menghilangkan sumbernya. Jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko yang akan timbul dapat dihindarkan.
b. Subsitusi
Subsitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.
Sebagai contoh penggunaan bahan pelarut yang bersifat beracun diganti dengan bahan lain yang lebih aman dan tidak berbahaya.
c. Pengendalian jarak
Pengendalian jarak, prinsip dari pengendalian ini yaitu dengan menjauhkan jarak antara sumber bahaya dengan pekerja.
d. Pelatihan (Training)
Organisasi harus menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan dana yang memadai untuk menjamin pelaksanaan K3 sesuai dengan persyaratan sistem K3 yang ditetapkan. Dalam memenuhi ketentuan tersebut, organisasi perlu melakukan training mengenai dasar-dasar kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Mengurangi dampak terjadinya potensi risiko
Beberapa risiko tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena pertimbangan teknis, ekonomis atau operasi sehingga risiko tersebut akan tetap ada. Oleh karen itu, hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengurangan konsekuensi. Konsekuensi suatu kejadian dapat dikurangi dengan cara penerapan sistem tanggap darurat yang baik dan terencana, penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) dan sistem pelindung.
b. Alat Pelindung Diri (APD)
mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety, coverall, kacamata keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
c. Fasilitas Kesehatan
Diperlukan pengaturan terhadap Rumah Sakit terdekat dan Dokter untuk membantu bila terjadi kecelakaan setelah dilakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di lapangan, seperti halnya menetapkan dan menyiapkan peralatan P3K sendiri.
4. Pengalihan risiko ke pihak lain (risk transfer)
Transfer risiko dapat berupa pengalihan risiko kepada pihak kontraktor sehingga beban risiko yang ditanggung perusahaan menjadi menurun. Oleh karena itu di dalam perjanjian kontrak dengan pihak kontraktor harus jelas tercantum ruang lingkup pekerjaan dan juga risiko yang akan di transfer. Selain itu konsekuensi yang mungkin dapat terjadi juga dapat ditransfer risikonya kepada pihak asuransi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Menurut Sugiyono (2013:1) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan menurut (J.R Raco dan Conny R.S, 2010:2), menjelaskan Metode Penelitian adalah sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap dimulai dengan penentuan topik, pengumpulan data dan menganalisis data, sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas topik, gejala atau isu tertentu. Dikatakan bertahap karena kegiatan ini berlangsung mengikuti suatu proses tertentu, sehingga ada langkah-langka yang perlu dilalui secara berjenjang sebelum melangkah pada tahap berikutnya.
Secara umum metode penelitian dirangkum dalam tiga langkah. Langkah pertama adalah mengajukan pertanyaan. Pertanyaan ini muncul karena ada sesuatu hal yang menarik dan mungkin saja tidak biasa atau dianggap janggal.
Hal yang menarik, tidak biasa dan janggal ini menuntut adanya jawaban atau pemahaman lebih mendalam. Langkah kedua adalah mengumpulkan data baik dengan cara wawancara atau mengajukan pertanyaan tertulis yang sudah disiapkan sebelumnya bersama dengan pilihan jawabannya. Pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat sehingga jawaban atas hal yang menarik, tidak biasa dan janggal tersebut dapat diperoleh secara tepat dan benar. Langkah ketiga adalah menyajikan jawaban yang diperoleh sesudah data dan informasi dianalisis dengan cara yang benar, komprehensif, dan logis (J.R Raco dan Conny R.S, 2010:3)
3.2 Variable Penelitian
Dari mengkaji hasil literatur didapatkan variable-variable risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang biasanya terjadi dalam proyek konstruksi. Dalam menganalisa variable-variabel risiko K3 yang terjadi, maka harus diidentifikasi apa saja kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan risiko, serta bagaimana pengaruhnya terhadap K3. Seluruh variable yang ada nantinya akan digunakan dalam kuesioner yang diberikan kepada responden yang berpengalaman dalam proyek konstruksi (Sugiyono, 2007:1).
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek dan objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga bisa ditarik suatu kesimpulan.
Sedangkan sample merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007:61).
Sampel atau responden pada penelitian ini adalah 1 orang site manager, 1 orang site engineering, 1 orang quality control, 1 pengawas lapangan, 5 orang pelaksana lapangan, 2 orang mandor, dan 2 orang bagian elektrikal dan mekanikal. Responden diambil berdasarkan atas kemampuan dan pengetahuan yang diyakini mampu memberikan jawaban pada kuesioner sesuai dengan topik penelitian.
3.4 Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan observasi langsung ke lokasi proyek konstruksi, Pengambilan data dilakukan dengan proses wawancara pada pihak kontraktor, dan pengisian kuesioner yang berupa
sejumlah pertanyaan mengenai manajemen risiko K3 yang akan diisi oleh responden yang berkompeten dalam masalah manajemen risiko K3.
Data awal yang diperoleh dari survei dengan datang langsung ke lapangan serta data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer maupun sekunder.
3.4.1 Data primer
Data Primer adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan, dalam penelitian ini sumber data primernya adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jejak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu objek, atau kejadian (Marzuki, 2000).
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara atau diskusi, serta penyebaran kuesioner berupa gambaran bahaya dan potensi risiko kepada para responden.
a. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap responden dengan cara wawancara terbuka tidak terstruktur dengan tanya jawab yang berkaitan dengan risiko K3.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna. Desain Kuesioner dibuat berdasarkan studi pustaka dan disesuaikan dengan studi lapangan. Struktur kuesioner terbagi dalam tiga bagian:
Profil responden
Berisi mengenai informasi identitas responden yaitu nama, pendidikan terakhir, umur, dan jabatan (spesifikasi pekerjaan).
Petunjuk pengisian kuesioner
Pada bagian ini, responden diberi petunjuk pengisian kuesioner, sehingga responden tidak salah dalam pengisian jawaban kuesioner.
Variabel Pertanyaan
Pertanyaan yang digunakan adalah jenis pertanyaan tertutup. Untuk mempermudah responden menjawab pertanyaan dan memfokuskan jawaban yang diharapkan penulis.
Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap 13 orang responden. Desain kuesioner dibuat berdasarkan studi pustaka yang dilakukan sebelumnya. dan disesuaikan dengan studi lapangan. Kuesioner berisi penilaian mengenai probabilitas/kemungkinan dan konsekuen/dampak terjadinya risiko K3. Dalam penilaian kemungkinan terjadinya risiko serta dampak yang akan terjadi, digunakan skala menurut standar AS/NZS 4360 yaitu skala dengan rentang angka 1-5 seperti pada tabel 2.1 dan 2.2.
3.4.2 Data sekunder
Menurut Sugiyono (2012) mendefinisikan data sekunder adalah sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan, serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Data sekunder diperoleh dari pihak kontraktor seperti struktur organisasi, item pekerjaan, dll. Selain itu didapat juga dari penelitian terdahulu, buku, internet dan sumber-sumber yang menunjang dalam penelitian. Data sekunder digunakan untuk melengkapi data penelitian.
3.5 Diagram Alir Penelitian
Pembahasan Tinjauan Pustaka
Penilaian Data :
Analisa data dengan matriks risiko
Analisis Manajemen Risiko Terhadap Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Konstruksi
(Studi Kasus : Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara)
Kesimpulan dan Saran Studi Pustaka :
Pengkajian jurnal-jurnal, penelitian terdahulu, dan buku yang didapat untuk penentuan variabel risiko
Pengumpulan data :
Data primer :
Wawancara
Kuesioner
Data Sekunder :
Peta Lokasi
Item Pekerjaan
Struktur Organisasi
Uji Validitas
Uji Reliabilitas (cronbach alpha).
Tidak
3.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Setelah didapatkan hasil dari pengumpulan data yaitu berupa data probalitas dan data konsekuen hasil dari penyebaran kuesioner dan wawancara.
selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui apakah hasil dari pengumpulan data yaitu penyebaran kuesioner sudah valid dan konsisten. Jika semua variabel valid maka dapat dilanjutkan dengan mengolah data.
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya.
Menurut Sakaran (2003) validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Untuk Menentukan tingkat kevalidan data maka diperlukan nilai R yang diambil dari jumlah responden. Syarat sebuah item dikatakan valid bila r hitung lebih besar dari r tabel (wijaya, 2009). Uji validitas pada penelitian in dilakukan dengan bantuan program SPSS 18.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Setelah uji validitas, dicek konsistensi jawaban responden melakukan uji Reliabilitas. Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Untuk mengetahui suatu instrumen dinyatakan reliabilitas, menurut Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa : “Suatu instrumen dinyatakan reliabel, bila koefisien reliabilitas minimal 0.60”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai Alpha
≥ 0.60, sedangkan suatu instrumen dinyatakan tidak reliabel jika nilai Alpha <
0.60.
3.7 Tahap Proses Pengolahan Data
Setelah data kuesioner diuji validitas dan reliabilitas selanjutnya data kuesioner diolah sehingga diperoleh nilai rata-rata kemungkinan dan dampak dari tiap-tiap risiko. Kemudian nilai rata-rata kemungkinan dikalikan dengan nilai rata-rata dampak sehingga diperoleh nilai indeks risiko. Setelah nilai indeks risiko diperoleh, maka nilai risiko dibandingkan dengan standar level risiko untuk mengetahui level/tingkatan risiko berdasarkan standar AS/NZS 4360. Berdasarkan dari level/tingkatakan risiko yang telah diketahui selanjutnya dilakukan strategi pengendalian terhadap risiko K3.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas hasil analisis data untuk memperoleh jawaban (output) dari penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh serta hasil observasi lapangan yaitu dengan cara interview dan menyebar kuesioner kepada responden yang sudah berpengalaman dalam hal K3 bangunan gedung, yang selanjutnya diolah berdasarkan teori-teori dari tinjauan kepustakaan. Kemudian dilakukan pembahasan mengenai hasil dan pemecahan dari hasil yang diperoleh.
4.2 Data Penelitian
Pada hasil penelitian ini akan diuraikan mengenai hasil-hasil yang diperoleh setelah tahapan pengumpulan data dan pengolahan data.
4.2.1 Profil Penelitian
Proyek pembangunan gedung kuliah terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya SDM yang berkualitas. Selain itu Pembangunan proyek tersebut bertujuan untuk menunjang sarana prasarana mahasiswa dan dosen.
Proyek pembangunan gedung kuliah terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) terdiri dari 3 lantai dan 18 kelas. Nilai proyek pembangunan gedung kuliah terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) yaitu sebesar Rp. 12, 097 M. Lokasi penelitian dilakukan Jalan Pancing, Pasar V, Medan Estate, Deli Serdang, Medan, Sumatera Utara. Pada proyek pembangunan gedung terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
4.2.2 Data responden penelitian
Data diperoleh dari hasil wawancara serta penyebaran kuesioner pada beberapa staf minimal setingkat pengawas. Pada penelitian ini kuesioner diberikan kepada 13 orang responden. selengkapnya untuk data 13 orang responden dapat dilihat pada lampiran 6. Dalam praktiknya responden sangat sulit meluangkan waktu untuk wawancara karena kesibukan proyek. Sebelum melakukan pengisian kuesioner, terlebih dahulu akan dijelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini.
Berikut data responden yang dikategorikan berdasarkan usia, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, dan jabatan. Adapun data-data akan dijelaskan dalam bentuk diagram.
1. Usia Responden
Gambar 4.1 Diagram usia responden
Berdasarkan hasil survei usia responden terhadap 13 orang, diperoleh sebanyak 38% atau 5 orang berusia > 41 tahun, 38% atau 5 orang berusia 31-40 tahun, dan untuk usia 20-30 tahun diperoleh 24% atau 3 orang.
24%
38%
38%
Diagram Usia Responden
20-30 Tahun 31-40 Tahun
>41 Tahun
2. Pengalaman Kerja Responden
Gambar 4.2 Diagram usia responden
Berdasarkan hasil survei pengalaman kerja responden terhadap 13 orang, diperoleh sebanyak 49% atau 6 orang dengan pengalaman kerja 6-10 tahun, 21 % atau 3 orang untuk pengalaman kerja 11- 15 tahun dan > 16 tahun, sedangkan 9% atau 1 untuk pengalaman kerja < 5 tahun.
3. Tingkat Pendidikan Responden
Gambar 4.3 Diagram Tingkat Pendidikan Responden
Berdasarkan hasil survei Tingkat Pendidikan Responden terhadap 13 orang, diperoleh sebanyak 85% atau 11 orang dengan pendidikan strata satu (S1), dan 38% atau 2 orang dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).
9%
21% 49%
21%
Diagram pengalaman Kerja Responden
< 5 Tahun 6 - 10 Tahun 11 - 15 Tahun
>16 Tahun
85%
15%
Diagram Tingkat Pendidikan
Strata Satu (S1) Sekolah Menengah Atas (SMA)
4. Jabatan Responden
Gambar 4.4 Diagram Jabatan Responden
Berdasarkan hasil survei Jabatan Responden terhadap 13 orang, diperoleh sebanyak 38% atau 5 orang untuk jabatan pelaksana lapangan, 15% atau 2 orang untuk masing-masing jabatan yaitu mandor, mekanikal & elektrikal.
setra8% atau 1 orang untuk masing-masing jabatan SM, SE, QE, pengawas lapangan.
Setelah didapat variabel risiko K3 yang mungkin terjadi pada proyek, dilakukan survey melalui kuesioner mengenai dampak dan kemungkinan terjadinya risiko K3. Proses ini dilakukan dengan membagikan form kuesioner kepada responden dengan didampingi peneliti. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner jawaban responden tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengujian tersebut dilakukan peneliti dengan bantuan program statistik (PASW statistic 18).
4.2.3 Pengujian Uji validitas dan Uji reliabilitas a. Uji validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur ketepatan atau kecermatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian atau untuk melihat
8%8%
apakah hasil pengisian kuesioner yang dilakukan telah valid dan dimengerti oleh responden. Untuk menentukan tingkat kevalidan data maka diperlukan nilai R yang diambil dari jumlah responden, Dalam Penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 13 orang responden sehingga nilai R yang didapat yaitu 0,553. Tabel R dari (Sugiyono:2007) dapat dilihat pada lampiran 6. Dari hasil uji validitas nilai r Hitung > r Tabel 0,553 sehingga hasil pengisian kuesioner dinyatakan valid.
Selengkapnya hasil pengujian validitas dapat dilihat pada lampiran 3.
b. Uji reliabilitas
Untuk mengetahui suatu instrumen dinyatakan reliabilitas, menurut Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa : “Suatu instrumen dinyatakan reliabel, bila koefisien reliabilitas minimal 0.60”. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka dapat diketahui bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai Alpha ≥ 0.60, Dari hasil uji reliabilitas nilai r Hitung > Alfa 0,6 sehingga dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Selengkapnya hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 4.
4.3 Analisa Data 4.3.1 Penilaian Risiko
Dalam melakukan penilaian risiko parameter yang digunakan adalah peluang (probability) dan Akibat (Consequences). Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dengan bantuan program excel, diperoleh nilai rata-rata peluang dan nilai rata-rata dampak risiko pada setiap item pekerjaan. Untuk melihat hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 5. Selanjutnya dilakukan perhitungan
indeks risiko dengan mengalikan nilai rata-rata peluang dan akibat. Berikut hasil perhitungan indeks risiko.
Tabel 4.1 Hasil perhitungan Indeks Risiko Event Risiko
Tangan pekerja tergores besi 2.462 2.000 4.923 Tangan pekerja terkena
percikan api 1.615 1.769 2.858
Tangan pekerja tertusuk besi 1.692 2.692 4.556 Tangan pekerja terkena
bar cutter atau bar bender 1.692 3.538 5.988 Terpapar Kebisingan saat
percikan api 1.538 3.000 4.615
2
(Proses pemindahan besi
ke area kerja)
Tangan pekerja tertusuk besi 1.615 2.308 3.728 Tangan pekerja tergores besi 2.154 1.769 3.811 Tangan pekerja terjepit besi 1.462 3.154 4.609 Kaki pekerja tertimpa besi 1.615 3.077 4.970 Pekerja dibawah kejatuhan
material besi 1.769 4.000 7.077
3 (Proses pembesian)
Pekerja Terjatuh dari
Ketinggian 1.615 3.231 5.219
Pekerja terkena
kawat bendrat 1.923 2.462 4.734
Tangan pekerja
tergores besi 2.385 2.231 5.320
Tangan pekerja terjepit besi 1.615 3.308 5.343 Tangan pekerja
tertusuk besi 2.538 3.308 8.396
Kaki pekerja terkena ujung
1.538 2.923 4.497
Pekerjaan Bekisting
Pekerja tertimpa bekisting 1.308 3.615 4.728 Tangan pekerja tertusuk
material (paku/kayu) 1.615 2.846 4.598 Tangan pekerja terkena palu 1.769 2.538 4.491 Tangan pekerja terjepit saat
penempatan bekisting 1.538 2.923 4.497 Kaki pekerja terjepit saat
penempatan bekisting 1.385 3.231 4.473 Pekerja Terjatuh dari
material (paku/kayu) 1.923 2.538 4.882 Tangan pekerja terkena palu 2.462 2.462 6.059 Kaki pekerja kejatuhan alat 1.615 2.846 4.598 Pekerja tertimpa bekisting 1.385 3.923 5.432 Pekerjaan Pengecoran
pekerja terjatuh dari
ketinggian 2.769 3.615 10.01
Lepasnya pipa trime 1.385 3.000 4.15 Robohnya cetakan beton 1.538 4.154 6.39
Pekerjaan Dinding dan Keramik
debu pasir/ semen 1.538 2.846 4.379
Pekerja terjatuh dari
mesin potong keramik 1.615 3.154 5.095 Pekerja terkena sengatan
listrik 1.308 3.462 4.527
Pekerja terkena material
(serpihan keramik) 1.769 2.615 4.627
Gangguan pernafasan akibat
debu saat memotong keramik 1.385 2.538 3.515 kebisingan saat penggunaan
mesin gerinda ketika
memotong keramik 1.385 3.154 4.367
Pekerjaan Pintu dan jendela
Tangan pekerja terkena palu 1.846 2.231 4.118 Tangan pekerja terkena mata
bor 1.385 2.846 3.941
Tangan pekerja terjepit
kusen pintu/jendela 1.308 2.615 3.420 Pekerja terkena sengatan
listrik 1.462 3.154 4.609
Pekerjaan pengecatan
10 Proses pengecatan
Terhirup uap cat 1.462 1.923 2.811
Pekerja jatuh dari
ketinggian 1.385 3.000 4.154
Mata pekerja terkena
material (cipratan cat) 1.615 2.692 4.349
4.3.2 Analisa data dengan matriks risiko
Setelah nilai indeks risiko diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah penggolongan level risiko berdasarkan matriks risiko AS/NZS 4360. Berikut ini hasil peringkat risiko dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Hasil peringkat Risiko berdasarkan matriks risiko AS/NZS 4360
NO Kegiatan Potensi Risiko Nilai Kategori
Risiko 1 Proses Pengecoran pekerja terjatuh dari
ketinggian 10.01 H
2 (Proses pembesian) Tangan pekerja tertusuk besi 8.396 M 3 (Proses pemindahan
besi ke area kerja)
Pekerja dibawah kejatuhan
material besi 7.077 M
4 Proses Pengecoran Mata pekerja terkena adonan beton saat menuangkan adonan beton ready mix ke cetakan).
7.01 M
5 Proses Pengecoran Robohnya cetakan beton 6.39 M
6 Proses Pengecoran Pekerja terpeleset saat menahan/memindahkan
Tangan pekerja terkena palu 6.059 M
8 (Proses pemotongan besi)
Tangan pekerja terkena bar
cutter atau bar bender 5.988 M
9 Proses Pengecoran Kabel Sling Putus 5.59 M
10 Proses Pengecoran Pekerja tertimpa concrete
bucket 5.56 M
11
Pembongkaran Bekisiting (balok, kolom, & plat lantai)
Pekerja tertimpa bekisting 5.432 M 12 (Proses pembesian) Tangan pekerja terjepit besi 5.343 M 13
14 (Proses pembesian) Tangan pekerja tergores besi 5.32 M 15 (Proses pembesian) Pekerja Terjatuh dari
Ketinggian 5.219 M
16 Proses pemasangan keramik
Pekerja terluka akibat terkena
mesin potong keramik 5.095 M
17
besi ke area kerja) Kaki pekerja tertimpa besi 4.97 M 19 Proses pemasangan
dinding dan Plasteran Pekerja terjatuh dari ketinggian 4.947 M 20 (Proses pemotongan
besi) Tangan pekerja tergores besi 4.923 M
21
22 (Proses pembesian) Pekerja terkena kawat bendrat 4.734 M
23
(Pemasangan Bekisiting balok, kolom, & plat lantai)
Pekerja tertimpa bekisting 4.728 M
24 Proses pemasangan
Mata pekerja terkena percikan
api 4.615 M
26 (Proses pemindahan
besi ke area kerja) Tangan pekerja terjepit besi 4.609 M 27
Proses pemasangan kosen,daun pintu dan jendela
Pekerja terkena sengatan listrik 4.609 M
28
Kaki pekerja kejatuhan alat 4.598 M
30 (Proses pemotongan
besi) Tangan pekerja tertusuk besi 4.556 M
31 Proses pemasangan
keramik Pekerja terkena sengatan listrik 4.527 M
32 (Proses pemotongan
33 (Proses pembesian) Kaki pekerja terkena ujung
besi 4.497 M
34
(Pemasangan Bekisiting balok, kolom, & plat lantai)
Tangan pekerja terjepit saat
penempatan bekisting 4.497 M
35
(Pemasangan Bekisiting balok, kolom, & plat lantai)
Tangan pekerja terkena palu 4.491 M
36
(Pemasangan Bekisiting balok, kolom, & plat lantai)
Kaki pekerja terjepit saat
penempatan bekisting 4.473 M
37 Proses pemasangan dinding dan Plasteran
Gangguan pernafasan akibat
debu pasir/ semen 4.379 M
38 Proses pemasangan
39 Proses pengecatan Mata pekerja terkena material
(cipratan cat) 4.349 M
40 Proses pengecatan Pekerja jatuh dari ketinggian 4.154 M
41 Proses Pengecoran Lepasnya pipa trime 4.15 M
42
Proses pemasangan kosen,daun pintu dan jendela
Tangan pekerja terkena palu 4.118 M
43
dinding dan Plasteran Mata pekerja terkena material 3.822 L 45 (Proses pemindahan
besi ke area kerja) Tangan pekerja tergores besi 3.811 L 46 (Proses pemindahan
besi ke area kerja) Tangan pekerja tertusuk besi 3.728 L 47 Proses Pengecoran Luka Gores (Akibat Concrete
Vibrator) 3.55 L
48 Proses pemasangan keramik
Gangguan pernafasan akibat
debu saat memotong keramik 3.515 L
49
Proses pemasangan kosen,daun pintu dan jendela
Tangan pekerja terjepit kusen
pintu/jendela 3.42 L
50 (Proses pemotongan besi)
Tangan pekerja terkena
percikan api 2.858 L
51 Proses pengecatan Terhirup uap cat 2.811 L
(Sumber : Olah Sendiri)
Keterangan kategori risiko yaitu :
H (high) : Risiko Besar
M (medium) : Risiko Sedang
L (Low) : Risiko rendah
Tingkat atau level dari risiko merupakan alat yang sangat penting pada manajemen dalam pengambilan keputusan, karena melalui peringkat risiko pihak manajemen dapat menentukan prioritas dan penanganan ketika risiko tersebut terjadi.
4.4 Pembahasan 4.4.1 Identifikasi Risiko
Dari hasil identifikasi risiko yang diteliti terdapat 51 variabel risiko.
dilakukan pengelompokan terhadap potensi risiko yang memiliki kesamaan dari kegiatan yang berbeda. Dengan melakukan pengelompokan ini, maka akan diketahui nilai persentase dari setiap jenis potensi risiko terhadap keseluruhan potensi risiko yang terjadi. Berikut hasil pengelompokan terhadap potensi risiko yang dijelaskan dalam bentuk diagram seperti dibawah ini.
Potensi risiko
Gambar 4.5 Pengelompokan potensi risiko yang memiliki kesamaan
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap 51 variabel risiko seperti diagram diatas, disimpulkan bahwa potensi risiko yang sering dijumpai yaitu potensi risiko tertusuk atau tergores benda 20%, potensi risiko terbentur/terkena benda dan peralatan sebesar 19%, potensi risiko tertimpa/kejatuhan benda dari atas sebesar 14%, potensi risiko terpeleset/terjatuh dari ketinggian sebesar 14%, potensi risiko terjepit material sebesar 10%, potensi risiko kerusakan alat sebesar 4%, potensi risiko gangguan kesehatan sebesar 10%, potensi tersengat listrik sebesar 4%, dan potensi risiko kebakaran/terbakar sebesar 4%.
4.4.2 Analisa Penilaian Risiko
Dari hasil pengolahan data dan penggolongan matriks risiko berdasarkan standar AS/NZS 4360 diperoleh 1 variabel dengan level risiko tinggi (High Risk) pada pekerjaan pengecoran, yaitu pekerja terjatuh dari ketinggian, Untuk level risiko sedang (medium) diperoleh 41 variabel, sedangkan untuk level risiko rendah (low Risk) diperoleh 9 variabel risiko.
Potensi risiko
Gambar 4.5 Pengelompokan potensi risiko yang memiliki kesamaan
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap 51 variabel risiko seperti diagram diatas, disimpulkan bahwa potensi risiko yang sering dijumpai yaitu potensi risiko tertusuk atau tergores benda 20%, potensi risiko terbentur/terkena benda dan peralatan sebesar 19%, potensi risiko tertimpa/kejatuhan benda dari atas sebesar 14%, potensi risiko terpeleset/terjatuh dari ketinggian sebesar 14%,
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap 51 variabel risiko seperti diagram diatas, disimpulkan bahwa potensi risiko yang sering dijumpai yaitu potensi risiko tertusuk atau tergores benda 20%, potensi risiko terbentur/terkena benda dan peralatan sebesar 19%, potensi risiko tertimpa/kejatuhan benda dari atas sebesar 14%, potensi risiko terpeleset/terjatuh dari ketinggian sebesar 14%,