• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Keluarga Berencana

2.2.1 Pengertian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim /IUD

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen mekanisme terjadinya adalah mencegahnya sel telur (ovum) dengan sperma.

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan plastik dan lembaga yang hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih. Setelah di rahim, AKDR akan mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat

sampai 10 tahun (tergantung pada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua wanita umur reproduksi (Burns, 2008).

Sampai saat ini terdapat banyak jenis AKDR, dan yang paling banyaak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia adalah jenis Lippes loop. AKDR yang dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka linear antara lain

lippes loop, Saf-T-coil, multiload 250, Cu-T, CuT 380 A, Spring coil, Margulies spiral, dan lai-lain, sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, Antigon F, Ragab ring, cincin

Gravenberg, cincin Hall-stone, Bimberg bow dan lain-lain (Wiknjosastro, dkk, 2002). 2.2.2 Jenis-Jenis IUD

1. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polythelene dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek fertilitas anti pembuahan yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru, IUD ini melepaskn lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal 5 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. 2. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200mm, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis coppert T.

3. Multi Load

IUD ini terbuat dari plastik polythelene dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250mm atau 375 mm untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multiload, yaitu standar,

small, dan mini. 4. Lippes Loap

IUD ini terbuat dari bahan polythelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan control, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loap terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), Tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loap mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB nasional adalah IUD jenis ini (Bari, 2006). 2.2.3 Cara Kerja

1. Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba fallopii. 2. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit untuk masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilitas (BKKBN, 2008).

2.2.4 Efektifitas

IUD sangat efektif, efektifitasnya 92-94% dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun, Nova T dan Copper T 200 (CUT-200) dapat dipakai 3-5 tahun, CuT-380A dapat untuk 8 tahun. Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

2.2.5 Indikasi

Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut rahim peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah: 1. Usia reproduksi.

2. Keadaan multipara.

3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi. 5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi. 7. Risiko rendah dari IMS.

8. Tidak mengkehendaki metode hormonal.

9. Menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari.

10. Tidak megkehendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama. 11. Perokok.

Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah terlatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berukutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.

2.2.6 Kontraindikasi

Yang tidak diperkenankan menggunkan IUD adalah 1. Belum pernah melahirkan.

2. Adanya perkiraan kehamilan.

3. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahn di leher rahim, dan kanker rahim.

4. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.

5. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginatis, servisitis).

6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.

7. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

8. Penyakit trofoblas.

9. Diketahui menderita TBC pelvic. 10. Kanker alat genital.

2.2.7 Keuntungan

1. Sangat efektifitas 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun peertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang ampuh, paling tidak 10 tahun.

2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).

4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap resiko kehamilan.

5. Tidak efek samping hormonal dengan CuT-380A.

6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui tidak menganggu kualitas dan kuantitas ASI.

7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

8. Dapat digunakan sampai menopause. 9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat. 10. Membantu mencegah kehamilan ektopik. 11. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur. 2.2.8 Efek Samping dan Komplikasi

1. Efek samping umum terjadi:

Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.

2. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).

3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.

5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.

6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.

7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasngan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

8. Klien tidak dapat IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas. 9. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD

dipasang segera setelah melahirkan).

10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal.

11. Perempuan harus memeriksa posisi IUD dari waktu ke waktu. 2.2.9 Waktu Pemasangan

Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat: 1. 2 sampai 4 hari setelah melahirkan.

3. Setelah terjadinya keguguran.

4. Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid. 5. Menggantika metode KB lainnya.

2.2.10 Waktu Pemakai Memeriksakan Diri 1. 1 bulan pasca pemasangan.

2. 3 bulan kemudian.

3. Setiap 6 bulan berikutnya. 4. Bila terlambat haid 1 minggu.

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Pemakaian Alat Kontrasepsi

Dokumen terkait