• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AQIDAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH AR- RAHMAH

A. Pengertian Aqidah

Aqidah berasal dari kata ﺪ yang bermakna " ةﺪ ْ " , artinya : ‘’ yang terikat ‘’ ﺪ ) ْ ْا

( . Artinya ‘’tambang terikat’’, sedangkan ( ْ ْا ﺪ )artinya ‘’melakukan kontak jual

beli’’, dan artinya (ﺪْﻬ ْاﺪ ) ‘’ mempererat ikatan perjanjian ‘’.1

Syahminan Zaini memberi pengertian aqidah secara bahasa dengan : simpulan, ikatan

dan sangkutan. Secara teknis diartikan juga dengan : Iman , kepercayan, dan keyakinan.2

Secara Istilah menurut Al- Imam Hasan Al- Banna , aqidah ialah : ‘’ hal- hal yang berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan di dalam hati, sehingga hati dan jiwa itu menjadi tentram tidak ragu dan tidak bimbang, bersih dan murni dari segala was- was syak wasangka, suatu keyakinan yang kuat dan teguh menghayati seluruh aspek kehidupan dan

amal ibadah kepada satu Zat Yang Maha Kuasa’’.3

Syahminan Zaini mendefinisaikan Aqidah secara Istilah sebagai berikut :

‘’ kepercayaan yang sesuai dengan kenyataan yang dapat dikuatkandengan dalil’’.4

Ibnu Taimiyah mengartikan dengan : ‘’ suatu perkara yang harus dibenarkan dengan hati; yang dengannya jiwa dapat menjadi tenang sehingga jiwa itumenjadi yakin serta

mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan tidak dipengaruhi oleh syak wasangka’’.5

Dari beberapa keterangan definisi sebagaimana yang penulis kemukakan diatas , maka dapat penulis simpulkan bahwa aqidah ialah : sesuatu yang dipercaya ( diyakini ) dengan benar ( menurut ajaran Islam ) dan tidak dapat digoyahkan lagi dengan kebimbangan atau keragu- raguan, walaupun ada usaha yang tak langsung mempengaruhi aqidahnya.

      

1

Abdullah Azzam, Aqidah Landasan Pokok Membina Umat, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1991 ), cet. Ke 1, h. 18

2

Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, ( Surabaya : Al- Ikhlas, 1983 ) ,cet. Ke 1, h. 50

3

Hasan Al- Banna, Al- Aqaid, Alih Bahasa : Salim Muhammad Wakid, ( Surabay : PT. Bina Ilmu, 1981 ), cet. Ke 1, h.7

4

Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, op.cit., h. 51

5

24 Ruang Lingkup ajaran Aqidah sebagaimana yang penulis kemukakan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa aqidah ialah : sesuatu yang dipercayai (diyakini) dengan benar (menurut ajaran Islam) dan tidak dapat digoyahkan lagi dengan kebimbangan atau keragu- raguan, walaupun ada usaha yang langsung atau tak langsung mempengaruhi aqidahnya.

Ruang lingkup Aqidah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sayid Sabiq tersusun dari enam perkara :

a. Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat ddengan nama- Nya yang mulia dan sifat- sifatnya yang

tinggi. Ma’rifah dengan bukti- bukti adaNya dan kenyataan sifat keagungannya dalam alam semesta ini.

b. Ma’rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini, yakni alam yang tak dapat

dilihat. Dan kekuatan- kekuatan kebaikan yang terkandung didalmnya yakni yang berbentuk malaikat, serta kekuatan- kekuatan yang yang jahat yakni Iblis dan sekalian tentara- tentaranya dari golongan syetan. Selain itu ma’rifah juga kepada jin dan roh.

c. Ma’rifat dengan kitab- kitab Allah yang telah diturunkan Nya. Tujuannya adalah untuk

dijadikan batas untuk mengetahui antara yang hak dan yang bathil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram, dan antar yang bagus dan yang jelek.

d. Ma;rifat dengan Nabi- nabi dan Rasul – rasul Allah yang telah dipilihnya yang telah

menjadi pembimbing kearah petunjuk Allah dan untuk memimpin seluruh makhluk guna menuju kearah yang baik.

e. Ma’rifat dengan hari akherat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi padanya seperti

kebangkitan, memperoleh pahala syurga dan siksa neraka.

f. Ma’rifat dengan taqdir (qadha dan qadhar) yang diatas landasannyalah berjalannya

peraturan segala yang ada di alam semesta ini, baik dalam penciptaannya, maupun cara

pengaturannya.6

      

Menurut Ibnu Taimiyah , ruang lingkup aqidah dapat meliputi : ‘’ mewajibkan beriman ( percaya ) kepada Allah, Malaikat- malaikat, kitab- kitab dan Rasul- rasulnya serta kebangkitan hidup kembali setelah mati dan beriman kepada qadar yang baik dan qadar yang buruk’’.7

Dari beberapa runabg lingkup yang telah dikemukakan diatasm ini bersesuaian dengan sabda Nabi dalam Matnul arba’in Nawawiyah Fil Ahaadits shohihatin Nabawiyah yang berbunyi : نﺎ ْﻹا : ﻜ وﷲﺎ ْﺆ ْنا ﺮ و ﺮْ رﺪ ْﺎ و ﺮ ْامْﻮ ْﺎ و رو آو ) اور (

‘’…Iman ialah kau mempercayai Allah , para Malaikat, Kitab- kitab Nya, rasul- RasulNya, hari akhir dan kamu mempercayai takdir yang baik atau yang buruk..’’. ( HR. Muslim )8

B. Pentingnya Pendidikan Aqidah bagi Anak menurut Islam

Aqidah dan syari’ah adalah dua pokok ajaran Islam yang tak dapat dipisahkan. Bidang kepercayaan dinamakan aqidah dan bidang hukum dinamakan syari’ah. Aqidah menempati posisi dasar ( posisi pokok ), dan syari’ah berposisi cabang. Jiak diibaratkan sebagai bangunan, aqidah adalah pondasinya yang tertanam dalam tanah sedangkan syari’ah adalah semua benda yang didirikan diatas pondasi tersebut.

Karena aqidah merupakan dasar, maka tak mengherankan kalau Nabi Muhammad dalam da’wahnya, bidang keimanan inilah yang diajarkan terlebih dahulu. Di mekkah penekanannya di titik beratkan pada pembinaan aqidah, sedangkan pada periode mekkah Madinah titik beratnya pada syari’ah.

      

7 Ibnu Taimiyah, op. cit., h. 6 

8 Imam Yahya bin syarifudin  Nawawi, Matan Arbain Nawawiyah, ( Surabaya : Maktabah Muhammad bin Ahmad Nbhan 

26 Imam Al- Ghazali berkata : ‘’ anak- anak adalah amanh bagi kedua orang tuanya, dan hatinya yang suci adalah permata yang mahal harganya, karenanya jika

dibiasakan pada kebaikan dan diajarkan kebaikan padanya, maka ia akan tumbuh pada

kebaikan tersebut, dan akan berbahagialah di dunia dan akhirat…’’9

Rasulullah saw memerintahkan kepada kita untuk mengajarkan kalimat La Ilaha Illallah kepada anak, sebagai mana sabda beliau yang diriwayatkan oleh Al- Hakim dari Ibnu Abbas dari Rasulullah saw, bahwasannya beliau berkata :

ﷲا ا ا ﺔ آلواْ ﻜ ﺎ ْ ﻰ ﻮ ْا

‘’ Ajarkanlah pada anak- anak kalian kata- kata pertama dengan La Ilaha Illallah’’.10 Dalam kaitan ini Alah telah menegaskan dalam firmanNya yang berbunyi :

ْ لﺎ ْذاو ﻈ ﻮهو ْ ﷲﺎ ْكﺮْ ْﻈ ْﻈ كْﺮ انا ) / 37 – 13 (

…dan ingatlah ketika Luqman berkata pada anaknya, diwaktu ia member pelajaran kepadanya : ‘’ Hai anakku 1 jangan lah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar- benar kedzaliman yang benar. ( S. Luqman : 13 )

Dari segi praktis hendaknya anak dibiasakan agar beriman sepenuh jiwa dengan mengemukakan benda- benda yang mencerminkan kekuasaan Allah yang dapat dilihat oleh anak- anak, seperti bunga yang warna- warni, langit, gunung – gunung

      

9 abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Alih Bahasa : Saifullah Kamalie, Lc. Etal ( Bandung : Asy‐ 

Syifa, 1988 ), cet. Ke‐1, Jilid 2, h. 59 

28

C. Pendidikan Aqidah Di Madrasah Ibtidaiyah Ar- Rahmah

M. Ngalim Purwanto mengatakan : ‘’ Pendidikan ialah bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anak- anak , dalam pertumbuhannya ( jasmani dan rohani ) agar berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat’’.11

Soegarda poerbawakatja, H.A.H. Harahap mengatakan : ‘’ Pendidikan adalah usaha manusia untuk membawa si anak yang belum dewasa ke tingkat kedewasaan dalam arti

sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya secara moril’’.12

Ahamad D. Marimba mengatakan : ‘’ pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang utama’’.13

Dari berbagi definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha/ bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak, agarbernorma bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat.

      

11 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, ( Bandung ; CV. Remaja Karya, 1985 ), h. 11 

12 Soegarda Poerbawakatja, dan H.A.H Harahap, Ensiklopedia Pendidikan, ( Jakarta : Gunung Agung, 1981 ), h. 214 

Materi pelajaran Aqidah di Madrasah Ibtidaiyah Ar- Rahmah meliputi pokok bahasan :

a. Keimanan

Dalam memberikan bahasan keimanan ini , pengenalan dan penekanannya pada rukun iman. Untuk benar- benar anak didik mengetahui dan menghayati tentang bahasan keimanan ini, dilakukan beberapa usaha pengenalan terhadap adanya Allah, sifat- sifat Allah dan bagaimana cara bersyukur kepada Nya. Ussaha- usaha yang dilakukan oleh pendidik adalah dengan mengajak anak/ siswa memperhatikan keadaan alam semesta dan kebesaran- kebesaran ciptaan Allah yang dapat dilihat disekitar kita, sebagai bukti yang rasional terhadap adanya Allah. Selain itu guru mengarahkan anak didik untuk mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita , baik berupa kekayaan alam, udara yang kita hisap, energy matahari, dan sebagainya, dengan melakukan ibadah kepada Allah .

b. Kisah Para Rasul

Untuk mempertebal aqidah keimanan pada siswa , guru berusaha mengaitkan tentang aqidah ini dengan pelajaran kisah para rasul ( tarikh rasul ), dengan memetik hikmah yang terjadi pada kejadian- kejadian kehidupan Rasul. Juga bagi anak didik diajarkan menghormati Rasul, mentaati dan meneladaninya. Taat pada ajaran- ajaran rasul Allah adalah dengan cara membenarkan dan menjalani apa- apa yang telah dilakukan oleh para Nabi , ketinggian dan keteguhan pribadi para Rasul yang tak pernah lepas dari ketauladanan dari kekuatan aqidah yang Allah berikan pada mereka, ketinggian dan ketaatan aqidah ini, patut bagi siswa untuk mencontohnya.

30

c. Malaikat

Malaikat termasuk ssalah satu makhluk ghaib yang Allah ciptakan, yang patut diimani. Mengenal malaikat termasuk ruang lingkup pembinaan aqidah yang diajarkan oleh para guru . para siswa ditekankan untuk mengetahui masing- masing tugas yang ada pada malaikat yang waji kita kenal, sebab dengan perkenalan tersebut dapart mempertebal aqidah siswa pada Allah. Sebagai contoh : jika para siswa selalu beramal baik atau melakukan perbuatan yang jelek, selalu mengawasi dua malaikat yang selalu mencata amal yang baik dan jahat. Dengan contoh tersebut jika terlintas pada pemikiran siswa untuk berbuat apa yang dilarang oleh agama, maka ia akan merasakan bahwa perbuatannya tersebut selain diawasi oleh Allah, juga malaikat siap mencatat perbuatan tersebut.

Dari keterangan diatas , maka pembentukan aqidah siswa tak lepas dari sejauhmana siswa dapat mengimani keberadaan malaikat serta fungsinya sebagai makhluk Allah.

Mengimani kitab- kitab Allah, hari kiamat dan iman terhadap ketentuan- ketentuan Allah serta contoh- contoh kehidupan para sahabat dan orang- orang yang teguh imannya, diajarkan kepada siswa. Pengajaran ini bertujuan agar siswa dapat mencontoh perilaku mereka, keteguhan aqidah yang dimilikinya dan ketaatan dalam beribadahnya.

Seperti tercatat dalam sejarah , ada seorang sahabat dari golongan budak yang bernama Bilal yang masuk Islam. Karena beliau mempertahankan keislamannya, beliau rela tubuhnya disiksa sangat keras dan dijemur diterik matahari padang pasir. Sebab apa beliau sampai demikian hebat mempertahankan Islam, karena sudah terpatri di dalam

jiwanya aqidah yang kuat dari ajaran agama yang benar yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Dengan memberikan siswa sebanyak mungkin tentang kisah- kisah keimanan , diharapkan siswa dapat membandingkan dan menarik kesimpulan bahwa dengan aqidah yang teguhlah sesuatu halangan yang akan menjerumuskan kita pada kemungkaran dan prilaku jelek yang melanggar nilai- nilai kebenaran Islam dapat dikalahkan.

Saat ini kehidupan manusia semakinmaju, baik dalam ilmu pengetahuannya, kebudayaannya atau kehidupan sosialnya. Tak jarang dengan banyak kemajuan yang telah dicapai oleh manusia ada yang berdampak negative, yang kalau aqidah kita lemah, maka kita kan terbawa arus kenegatifan tersebut dan semakin jauh dari nilai- nilai kebenaran Islam.

32

d. Keadaan Akhlaq Anak Madrasah Ibtidaiyah Ar- Rahmah

Seorang failusuf kenamaan , Charles reade, berkata:

;; bila kita telah yakin akan sesuatu pandangan atau fikiran, tanamkanlah buah fikiran itu

dalam suatu perbuatan. Nanti anda akan menuai ( menikmati hasil ) yang bernama tingkah laku.

Tanamahkanlah ( ulang- ulangilah ) tingkah laku itu, nanti anda akan dapat suatu kebiasaan . Tanamkanlah kebiasaan ( brulang- ulang ) itu nanti anda akan mendapatkan suatu watak. Dan tanamkanlah watak itu, nanti anda akan mendapat nasib.13

Jelaslah, perbuatan yang sering diulang- ulang melakukannya tentulah akan menjadi kebiasaan. Bila kebiasaan terus diulang- ulang maka terjadilah suatu watak. Dan bila watak itu telah menjadi predikat bagi diri seorang tersebut dengan cara mempraktekan suatu perbuatan yang sama tadi, maka orang tersebut artinya telah berkpribadian tertentu. Dan kepribadian itulah nantinya membuat orang lain tahu tentang dirinya.

Prilaku- prilaku pusitif yang terus dikembangkan pada siswa Madraah Ibtidaiyah Ar- Rahmah, yang merupakan proyek binaan sekolah dapat dilihat daru usaha / cara siswa dalam hal berpakaian, mengucapkan salam baik kepada 40ating teman atau saat berjumpa dengan guru, menutup aurat bagi siswa wanita ( jilbab ), pergaulan yang harmonis antar 40ating mereka, shalat berjama’ah, taat akan peraturan sekolah, dll.

Menurut Dr. Abdur. Razak yang perlu diperhatikan dalam membina anak bagi seorang pendidik ialah :

      

13 Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, ( Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1985 ), cet. Ke‐2, h. 160   

1. Berusaha mengenalkan kepada mereka ( anak didik ) dengan TuhanNya. Usaha ini sangat berguna bagi kehidupannya kelak, lantaran akan memudahkan anak dalam mengenal diri dan lingkungannya serta orang- orang yang berada disekelilingnya.

2. Berusaha menumbuhkan daya nalar anak, terutama kemampuan bertindak dalam

mendapatkan suatu hal – hal yang mereka anggap masih baru.

3. Mengenalkan dan membekali anak- anak dengan kebudayaan dan pemikiran Islam, untuk

membentuk dasar- dasatr pemikiran dan keyakinan Islam pada akal, otak, jiwa dan pikiran mereka.

4. Melatih dan menjaga anak meninjau kembali berbagai kemajuan yang telah dicapai Islam

pada masa lalu, untuk dapat menentukan sikap demi kemajuan di masa yang akan datang . sehingga pekerjaan yang akan ia kerjakan di masa yang akan dating, harus bercermin pada kemajuan di masa lalu, bahkan kalu bisa kemajuan yang telah dicapai di masa lalu dapat dijadikan barometer, agar penganan tugas dan pekerjaan yang sekarang dan yang akan dating akan menghasilkan keberhasilan dan mencapai sasaran yang diinginkan.

5. Membentuk dan mengusahakan mereka menjadi generasi yang sempurana lahir dan batin,

yang bernaung dibawah panji- panji Islam. Membiasakan mereka untuk mengenal dan lebih cinta Allah ketimbang yang lain. Kemudian menumbuhkan jiwa saling bantu dan menolong serta salling memahami diantara generasi muda Islam.

6. Berusaha terus menanamkan nafas taqwa kedalam jiwa anak, agar pembentukan akhlaq

sudah taqwa, maka ada jaminan behwa merekapun tidak akan kejangkitan berbagai

penyakit rohani, yang timbul dalam masyarakat.14

      

BAB IV

Dokumen terkait