• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling atau

security of law. Dalam Seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional tentang Lembaga Hipotek dan Jaminan Lainnya, yang diselenggarakan di Yogyakarta, pada tanggal 20 sampai dengan 30 Juli 1997, disebutkan bahwa hukum jaminan,

meliputi pengertian, baik jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan.23

23

Dr.H.Salim HS.,S.H.,M.S, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2004),hal. 5.

Pengertian hukum jaminan ini mengacu pada jenis jaminan, bukan pengertian hukum jaminan.

Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, mengemukakan bahwa hukum jaminan adalah :

“Mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup meyakinkan dan memberikan kepastian hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian, kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit dengan jumlah, besar, dengan jangka waktu yang lama dan bunga yang relatif rendah.”

J.Satrio mengartikan hukum jaminan adalah :

“Peraturan hukum yang mengatur jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap debitur”

Menurut Salim H.S hukum jaminan adalah24

1. Adanya kaidah hukum

:

“Keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit,”

Unsur- unsur yang tercantum dalam defenisi diatas adalah :

Kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum jaminan tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam masyarakat yang dilakukan secara lisan.

2. Adanya pemberi dan penerima jaminan

Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan. Yang bertindak sebagai pemberi jaminan ini adalah orang atau badan hukum yang membutuhkan fasilitas kredit. Penerima jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan. Yang bertindak sebagai penerima jaminan ini adalah lembaga yang memberikan

fasilitas kredit, dapat berupa lembaga perbankan dan atau lembaga

keuangan nonbank.25

3. Adanya jaminan

Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan materiil dan imateriil. Jaminan materiil merupakan jaminan yang berupa hak-hak kebendaan, seperti jaminan atas benda bergerak dan benda tidak

bergerak. Jaminan imateriil merupakan jaminan nonkebendaan. 26

4. Adanya fasilitas kredit

Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan nonbank. Pemberian kredit merupakan pemberian uang berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan nonbank percaya bahwa debitur sanggup mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya. Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan nonbank

dapat memberikan kredit kepadanya. 27

Terdapat 5 asas penting dalam hukum jaminan berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jaminan maupun kajian terhadap berbagai literatur tentang jaminan,yang dipaparkan sebagai berikut ini.

2. Asas-asas hukum jaminan

28 1. Asas publicitet 25 Ibid, hal 9-10 26 Ibid, hal 10-11 27Ibid, hal 12 28

Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hal 48

Yaitu asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftar dan pencatat balik nama, yaitu syahbandar.

2. Asas specialitet

Bahwa hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek hanya dapat dibebankan atas percil atau atas barang=barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu.

3. Asas tak dapat dibagi-bagi

Yaitu asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak tanggungan, hak fidusia, hipotek, dan hak gadai walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian.

4. Asas inbezittstelling

Yaitu barang jaminan (gadai) harus berada pada penerima gadai.

5. Asas Horizontal

Bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik. Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi tanggungan,tetapi tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman asas-asas hukum jaminan meliputi asas filosofi, asas konstitusional, asas politis, dan asas operasional (konkret) yang bersifat umum. Asas operasional dibagi menjadi asas sistem tertutup, asas absolut, asas mengikuti benda, asas publitas, asas specialitet, asas totalitas, asas asessi perlekatan, asas konsistensi, asas pemisahan horizontal, dan asas perlindungan

hukum. 29

a. Asas filosofis , yaitu asas dimana semua peraturan perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia harus didasarkan pada falsafah yang dianut oleh bangsa Indonesia, yaitu Pancasila;

H.Salim H.S mengartikan asas-asas yang dipaparkan oleh Mariam Darus dalam 4 asas yaitu :

b. Asas konstitusional, yaitu asas di mana semua peraturan

perundang-undangan dibuat dan disahkan oleh pembentuk undang-undang harus didasarkan pada hukum dasar (konstitusi). Hukum dasar yang berlaku di Indonesia, yaitu UUD 1945. Apabila undang-undang yang dibuat dan disahkan tersebut bertentangan dengan konstitusi, undang-undangan tersebut harus dicabut;

c. Asas politik, yaitu asas di mana segala kebijakan dan teknik di dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan didasarkan pada Tap MPR;

d. Asas operasional (konkret) yang bersifat umum merupakan asas yang

dapat digunakan dalam pelaksanaan pembebanan jaminan.

29

E. Jenis-Jenis dan Syarat Jaminan 1. Jenis - Jenis Jaminan

Jaminan dapat digolongkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia dan yang berlaku di Luar Negeri. Dalam Pasal 24 UU Nomor 14 Tahun 1967 tentang Perbankan ditentukan bahwa “Bank tidak akan memberikan kredit tanpa adanya jaminan.” Jaminan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Jaminan materiil (kebendaan), yaitu jaminan kebendaan ; dan

2. Jaminan imateriil (perorangan), yaitu jaminan perorangan

Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang berangkutan. Sedangkan jaminan perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan (Hasil Seminar Badan Pembinaaan Hukum Nasional yang

diselenggarakan di Yogyakarta, dari tanggal 20 sampai dengan 30 Juli 1977). 30

“Jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai ciri-ciri memiliki hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan. Sedangkan jaminan imateriil (perorangan) adalah jaminan yang menimbulkan hubungan Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, mengemukakan pengertian jaminan materiil (kebendaan) dan jaminan perorangan. Jaminan matetiil adalah :

30

langsung pada perorangan tertentu,hanya dapat dipertahankan terhadap debitur

tertentu,terhadap kekayaan debitur umumnya.”31

1. Hak mutlak atas suatu benda;

Dari uraian di atas, maka dapat dikemukakan unsur-unsur yang tercantum pada jaminan materiil,yaitu :

2. Cirinya mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu;

3. Dapat dipertahankan terhadap siapapun;

4. Selalu mengikuti bendanya; dan

5. Dapat dialihkan kepada pihak lainnya.

Unsur jaminan perorangan, yaitu :

1. Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu ;

2. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu ; dan

3. Terhadap harta kekayaan debitur umumnya.

Jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 5 macam, yaitu :

1. Gadai (pand), yang diatur di dalam Bab 20 Buku II KUH Perdata ;

2. Hipotek, yang diatur dalam Bab 21 Buku II KUH Perdata;

3. Credietverband, yang diatur dalam Stb. 1908 Nomor 542 sebagaimana

telah diubah dengan Stb. 1973 Nomor 190 ;

4. Hak tanggungan, sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 4 Tahun

1990;

5. Jaminan fidusia, sebagaimana yang diatur di dalam UU Nomor 42 Tahun

1999.

Yang termasuk jaminan perorangan adalah :32

1. Penanggungan (borg) adalah orang lain yang dapat ditagih;

2. Tanggung-menanggung, yang serupa dengan tanggung renteng ; dan

3. Perjanjian garansi.

Dari kedelapan jenis jaminan diatas, maka yang masih berlaku adalah :

1. Gadai

2. Hak tanggungan

3. Jaminan fidusia

4. Hipotek atas kapal laut dan pesawat udara

5. Tanggung menanggung

a1. Gadai

Praktek gadai telah dikenal sejak zaman dahulu sampai sekarang. Oleh sebab itu banyak yang membahas mengenai gadai dan mengemukakan definisinya.

Secara umum pengertian gadai dapat didefinisikan sebagai berikut : “Kredit yang diperoleh dengan memakai jaminan barang-barang berharga seperti :

emas, permata, berlian dan lain sebagainya”.33

“Suatu hak yang diperoleh seseorang, yang berpiutang atau suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh si berhutang atau orang lain atau namanya untuk menjamin pembayaran hutang “.

Sedangkan pengertian lain gadai dapat didefinisikan sebagai berikut :

34

32

Ibid, hal 29 33

M. Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Liberty, Yogyakarta, 1989, hal. 213. 34

Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan Fiducia, Alumni, Bandung, 1979, hal. 62.

Pemerintah membuat gadai ini, terutama ditujukan untuk kepentingan masyarakat golongan ekonomi lemah dengan persyaratan yang mudah dan praktis. Selain itu juga berusaha untuk menghindarkan masyarakat dari praktek rentenir, ijon dan pelepas uang lainnya.

Dalam hubungannya dengan syarat sahnya gadai, yaitu barang gadai harus dilepaskan dari penguasaan pemberi gadai, maka barang gadai harus

dialihkan dalam penguasaan bank atau pihak ketiga yang disetujui para pihak.35

Gadai berkaitan dengan hak barang yang digadaikan, maka apabila terjadi gadai barang jaminan harus diserahkan sepenuhnya kepada orang yang menerima gadai, dengan demikian jika penggadai melunasi hutangnya, maka keseluruhan barang gadai akan diserahkan kepada pemberi gadai.

Untuk itu jika Bank memiliki gudang, maka barang gadai itu disimpan di dalam gudang Bank. Akan tetapu dalam hal gudang Bank tidak ada, untuk menampung barang gadai, khususnya barang perniagaan yang jumlahnya banyak, maka dapat dipergunakan gudang nasabah atau pihak ketiga.

Apabila syarat-syarat ini terpenuhi maka jadilah gadai dan prakteknya dapat bermacam-macam. Barang jaminan yang telah diterima tidak boleh digadaikan lagi kepada orang lain. Dan penerima gadai memiliki hak untuk melarangnya, misalnya si A menggadaikan sebuah sepeda motor kepada pegadaian kemudian ia menggadaikannya kepada orang lain, maka gadai yang kedua batal dan pegadaian berhak melarangnya karena ia mempunyai hak sampai dilunasinya piutang.

35

R. Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, hal. 270.

Apabila benda yang dapat digadaikan itu telah dipegang maka telah sempurnalah gadai. Jadi penerima gadai lebih berhak dengan barang daripada orang lain. Penggadaian tidak boleh melepaskan hak gadainya jika jangka waktu yang ditentukan belum sampai.

A2. Hak Tanggungan

Pada tanggal 9 April 1996 Undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (UUHT) diundangkan sebagai realisasi dari Pasal 51 Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA) Undang-undang ini mencabut

ketentuan-ketentuan Hypotheek sepanjang mengenai tanah (KUH Perdata Buku

II) dan ketentuan Credietverband S. 1908 –542. Jo. S. 1909-584 sebagai yang

telah diubah dengan S. 1937-190 jo. S 1937-191.

Menurut Undang-undang Hak Tanggungan, Hak Tanggungan merupakan satu-satunya lembaga jaminan atas tanah dan dengan lahirnya, UUHT, unifikasi hukum tanah nasional menjadi tuntas, yang merupakan salah satu tujuan utama UUPA.

Pengertian hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau hak tanggungan menurut Undang-undang Hak Tanggungan ini adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.

Hak tanggungan di dalam Undang-undang Hak Tanggungan tidaklah dibangun dari suatu yang belum ada. Hak tanggungan dibangun dengan mengambil alih atau mengacu asas-asas dan ketentuan-ketentuan pokok dari

hipotik yang diatur oleh KUH Perdata.36

Pembebanan obyek hak tanggungan menurut Undang-undang ini dapat dilakukan lebih dari satu kali. Masing-masing kreditur akan diberi peringkat yang berurutan berdasarkan tanggal pendaftaran Hak tanggungan pada Kantor Pertanahan, khususnya dalam Buku Tanah. Bahkan apabila terdapat lebih dari satu kreditur atau bank yang membebankan Hak Tanggungan pada obyek dan hari yang sama, masih dapat dibedakan. Pembedaan peringkat dilakukan dengan

Pengertian hak tanggungan di atas tidak terbatas difokuskan pada tanah saja, tetapi benda-benda lain yang berkaitan atau menjadi satu kesatuan dengan tanah. Hampir sama dengan ketentuan hipotik sebagaimana diatur dalam KUH Perdata, Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, accesoir, melekat pada benda, dan adanya hak preferen atau hak didahulukan dari kreditur lainnya. Sifat-sifat Hak Tanggungan ini dapat memberikan jaminan dan perlindungan kepada Bank selaku Kreditur dalam rangka memperoleh penggantian, apabila timbul wanprestasi. Dengan demikian apabila agunan yang diterima bank telah diikat secara sempurna sesuai Undang-undang Tanggungan tersebut, bank mempunyai kedudukan yang diutamakan dibandingkan dengan kreditur lainnya.

36

Remy Sjahdeni, Hak Tanggungan Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai Undang-undang Hak Tanggungan), Alumni, Bandung, 1999, hal. 3.

mengacu pada nomor urut Akta Pemberian Hak Tanggungan.37

Obyek yang dapat dibebani Hak Tanggungan ternyata lebih luas bila dibandingkan dengan hipotik. Hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan tidak hanya Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan tetapi juga Hak Pakai Atas Tanah Negara yang menurut ketentuan berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindah-tangankan, khususnya yang diberikan kepada orang perseorangan dan badan-badan hukum Perdata.

Hal ini dimungkinkan karena pembuatan beberapa Akta Pemberian Hak Tanggungan tersebut hanya dapat dilakukan oleh PPAT yang sama. Berdasarkan ketentuan ini, perselisihan dalam penentuan kreditur atau bank mana yang lebih didahulukan dapat dicegah.

38

Hal tersebut dimaksudkan untuk menampung kebutuhan masyarakat dan memberi kemungkinan bagi golongan ekonomi lemah yang tidak berkemampuan mempunyai tanah dengan status Hak Milik atau Hak Guna Bangunan, sehingga menjadi terbuka kemungkinan untuk memperoleh kredit yang diperlukan dengan menggunakan tanah yang dipunyai sebagai jaminan. Demikian pula dunia perbankan dapat memanfaatkan ketentuan tersebut untuk menerima agunan berupa gedung-gedung yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang berada di atas tanah Hak Pakai atas tanah negara yang diberikan kepada orang-perorangan atau Badan Hukum perdata. Pembebanan Hak Tanggungan pada hak pakai atas tanah hak milik artinya apabila perkembangan dan kebutuhan masyarakat menghendaki, hal ini masih terbuka dan akan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah.

37Ibid, hal. 26. 38Ibid, hal. 37.

Pada dasarnya hak tanggungan hanya dibebankan pada hak atas tanah saja. Hak tanah yang dapat dijadikan jaminan sesuai Undang-undang pokok agraria yaitu hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai atas

tanah negara yang sifatnya dapat dipindahkan.39

Hak tanggungan juga memberikan kondisi bagi kepentingan kreditur sebagai pemegang hak tanggungan. Kreditur memiliki kepentingan atas tetap tingginya nilai objek hak tanggungan, terutama sekali waktu ia akan mengeksekusi objek hak tanggungan

Asas ini sebagai perwujudan dari sistem hukum tanah nasional yang didasarkan pada hukum adat yang menggunakan asas pemisahan horisontal. Dengan asas pemisahan horisontal ini maka dalam kitan dengan bangunan, tanaman, dan hasil karya yang merupakan suatu kesatuan dengan tanah dianggap bukan merupakan bagian dari tanah yang bersangkutan. Dengan demikian setiap perbuatan hukum mengenai hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi benda-benda yang ada di atas tanah tersebut.

Dengan masih terbukanya pembebanan Hak Tanggungan atas tanah Hak Pakai, diharapkan dapat menjembatani hubungan yang lebih erat antara pihak ketiga dengan perbankan. Cakupan operasional perbankan dalam menyalurkan kredit akan lebih luas, karena adanya kesempatan dan kemungkinan masyarakat memperoleh kredit dengan jaminan Hak Pakai atas Tanah Hak Milik.

40

Dengan uraian di atas maka dapatlah dimengerti tentang pengertian apa , semakin besar kemungkinan hak tagihnya terlunasi dari penjualan jaminan debitur tersebut.

39

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alpabeta, Bandung, 2004, hal. 158.

40

J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Buku 2, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hal. 1.

yang dimaksudkan sebenarnya dengan Hak Tanggungan ini, yaitu Hak yang berupa penjaminan atas kredit yang diambil oleh seorang debitur kepada kreditur. A3. Fidusia

Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia. undang yang khusus mengatur tentang hal ini, yaitu Undang-undang No. 42 Tahun 1999 juga menggunakan istilah “ fidusia “. dengan demikian istilah fidusia ini disebut juga dengan istilah “ penyerahan hak milik secara kepercayaan “. Dalam terminologi Belandanya sering disebut dengan

istilah lengkapnya berupa Fiduciare Eigendom Overdracht, sedangkan dalam

bahasa Inggerisnya secara lengkap sering disebut dengan istilah Fiduciary

Transfer of Ownership. Namun demikian, kadang-kadang dalam literatur Belanda kita jumpai pula pengungkapan jaminan fidusia ini dengan istilah-istilah sebagai berikut :

1) Zakerheids-eigendom (hak milik sebagai jaminan) 2) Bezitloos Zakerheidsrecht (Jaminan tanpa menguasai). 3) Verruimd Pand Begrip (Gadai yang diperluas).

4) Eigendom Overdracht tot Zekerheid (Penyerahan hak milik secara jaminan)

5) Bezitlos Pand (Gadai tanpa penguasaan). 6) Een Verkampt Pand Recht (Gadai berselubung) 7) Uitbaouw dari Pand (Gadai yang diperluas).41

Beberapa prinsip utama dari jaminan fidusia adalah sebagai berikut :

1) Bahwa secara riil, pemegang fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang

jaminan saja, bukan sebagai pemilik yang sebenarnya.

2) Hak pemegang fidusia untuk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika ada

41

Oey Hoey Tiong, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal. 35.

wanprestasi dari pihak debitur.

3) Apabila hutang sudah dilunasi, maka objek jaminan fidusia harus

dikembalikan kepada pihak pemberi fidusia.

4) Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah hutangnya,

maka sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada pemberi fidusia.

Tetapi saat sekarang ini lembaga jaminan fidusia telah menampakan wujudnya yang baru, dengan bentuk yang baru dan disesuaikan dengan kebutuhan pada jaman sekarang ini, fidusia yang baru ini dikenal dengan istilah fiduciare eigendoms overdracht. Sedang di Indonesia telah diatur di dalam peraturan perUndang-undangan tersendiri yaitu pada Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

a4. Perjanjian Garansi

Pembebanan hak atas tanah yang menggunakan lembaga hipotek dan credietverband sudah tidak berlaku lagi karena telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan,sedangkan pembebanan jaminan atas kapal laut dan pesawat udara masih tetap menggunakan lembaga

hipotek. 42

1. Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya (possesory security)

Diluar negeri, lembaga jaminan dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

2. Lembaga jaminan tanpa menguasai bendanya

42

Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan Fiducia, Alumni, Bandung, 1979, hal. 62

Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya adalah suatu lembaga jaminan, dimana benda yang dijaminkan berada pada penerima jaminan. Lembaga jaminan ini dibagi menjadi 6 macam, yaitu :

1. Pledge or pawn, yaitu benda yang dijadikan jaminan berada di tangan penerima gadai

2. Lien, yaitu hak untuk menguasai bendanya sampai hutang yang berkaitan dengan benda tersebut dibayar lunas

3. Mortage with possesion, yaitu pembebanan jaminan (hipotek) atas benda bergerak. Lembaga ini belum dikenal di Indonesia

4. Hire purchase, yaitu perjanjian antara penjual sewa dan pembeli sewa, dimana hak milik atas barang tersebut baru beralih setelah pelunasan terakhir

5. Conditional Sale (pembelian bersyarat), yaitu perjanjian jual beli dengan syarat bahwa pemindahan hak atas barang baru terjadi setelah syarat dipenuhi, misalnya jika harga dibayar lunas

6. Credit sale, ialah jual beli dimana peralihan hak telah terjadi pada saat penyerahan meskipun harga belum dibayar lunas

Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya adalah suatu lembaga jaminan, dimana benda yang menjadi objek jaminan tidak berada atau tidak

dikuasai oleh penerima jaminan. Yang termasuk lembaga jaminan ini adalah :43

1. Mortage, yaitu pembebanan atas benda tak bergerak atau sama dengan hipotek;

43

2. Chattel mortage, yaitu mortage atas benda-benda bergerak. Umumnya ialah mortage atas kapal laut dan kapal terbang dengan tanpa menguasai bendanya

3. Fiduciary transfer of ownership, yaitu perpindahan hak milik atas kepercayaan yang dipakai jaminan hutang

4. Leasing, yaitu suatu perjanjian dimana si pemimpin menyewa barang modal untuk usaha tertentu dan jaminan angsuran tertentu

2. Syarat-syarat benda jaminan

Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank,namun benda yang dijaminkan adalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat benda jaminan yang baik adalah :44

1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang

memerlukannya

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk

melakukan atau meneruskan usahanya;

3. Memberikan kepastian kepada si kreditur, dalam arti bahwa barang

jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi,bila perlu dapat mudah

Dokumen terkait