• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.4 Pengertian Bahasa

Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan alat, sarana atau media yaitu bahasa.

Chaer (2006: 1), mengemukakan bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa berbentuk suatu aturan, kaidah atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kalimat maupun tata kalimat. Menurut Santosa (2011: 1.2) bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni sistematik, mana suka, ujar, manusiawi, dan komunikatif. Bahasa disebut mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Bahasa bersifat manusiawi karena bahasa akan tetap dipakai selama manusia tersebut hidup.

Solchan (2008: 1.20) menyatakan bahasa adalah sistem lambang yang bermakna, arbiter, konvensional, dan produktif yang dipergunakan oleh setiap individu dan anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri. Bahasa merupakan sistem lambang berupa bunyi ataupun

tulisan yang dipergunakan dan disepakati oleh suatu kelompok sosial. Bahasa dikatakan produktif karena beberapa kata dapat dirangkai menjadi sebuah kalimat atau wacana dengan berbagai variasi.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat didefinisikan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang untuk menyampaikan maksud dan tujuan. Bahasa merupakan kesepakatan dalam masyarakat. Adapun beberapa fungsi bahasa adalah sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, sebagai lambang identitas nasional, sebagai bahasa nasional, serta sebagai alat pemersatu bangsa. (Doyin, 2009: 5)

Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampil-an dasar berbahasa yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan (menyimak) dan berbicara merupakan aspek keterampilan ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa ragam tulis (Mulyati, 2008: 1.15). Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dimiliki oleh seseorang agar dapat berkomunikasi dengan baik.

2.1.5 Keterampilan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang untuk menyampaikan maksud dan tujuan. Sehubungan dengan penggunaan bahasa menurut Mulyati (2008: 1.10), terdapat empat keterampilan dasar berbahasa, yaitu a) Mendengarkan (menyimak)

Menurut Mulyati (2008: 1.10) menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia. Menyimak adalah keterampilan bahasa lisan yang bersifat reseptif. Proses menyimak merupakan proses interaktif yang

mengubah bahasa lisan menjadi makna dalam pikiran. Proses menyimak telah dilakukan seseorang sejak kecil. Setelah seseorang menguasai keterampilan menyimak dengan baik maka dia dapat mulai melatih keterampilan berbicara. Saddhono dan Slamet (2012: 4) menyatakan bahwa menyimak mempunyai tujuan yang berbeda, yaitu untuk mendapatkan fakta, menganalisa fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara. b) Berbicara

Mulyati (2008: 1.10) mengemukakan berbicara adalah keterampilan berbahasa lisan. Berbicara merupakan keterampilan yang sudah dimiliki oleh setiap orang. Tanpa disadari interaksi yang sangat sering dilakukan adalah berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, seseorang mulai dapat berlatih membaca. Sejalan dengan itu, Saddono dan Slamet (2012: 34) mengemukakan berbicara adalah suatu penyampaian maksud dapat berupa gagasan, isi hati seseorang kepada orang lain.

c) Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 2008: 7). Melalui membaca, seseorang dapat memperoleh informasi yang dapat menambah pengetahuan pembaca.

d) Menulis

Mulyati (2008: 1.10) mengemuakakan bahwa menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis merupakan kegiatan

menyajikan informasi melalui bahasa tulis. Menulis merupakan keterampilan yang paling rumit karena keterampilan menulis tidak dimiliki seseorang secara alamiah tetapi harus melalui proses belajar, dan berlatih terus menerus. Menulis tidak hanya sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam berbahasa terdapat empat keterampilan yang mempunyai hubungan yang sangat erat. Keempat keterampilan itu adalah keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, menulis.

2.1.6 Hakikat Menulis

2.1.6.1 Pengertian Menulis

Tarigan (2008: 3) menyatakan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Sementara itu menurut Santosa, (2011: 6.14) menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan.

Sejalan dengan itu menulis menurut Suparno dan Yunus (2010: 1.3) adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Sementara menurut Supriadi (dalam Doyin dan Wagiran, 2009:14), menulis adalah suatu proses kreatif yang lebih banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan melalui bahasa tulis. Menulis dilakukan untuk menghasilkan suatu karya tulis. Keterampilan menulis dapat dikatakan sebagai keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara jenis keterampilan berbahasa yang lainnya. Kemampuan menulis didapatkan melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus. Menulis mempunyai beberapa manfaat seperti peningkatan kecerdasan, pengembangan inisiatif dan kreativitas, penumbuhan keberaniaan dan pendorong kemauan dan kemampuan dalam mengumpulkan informasi.

2.1.6.2 Tahapan Menulis

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang membutuhkan latihan terus-menerus. Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik, seorang penulis harus memahami tahapan dalam menulis. Suparno dan Yunus (2010: 1.15) menyatakan beberapa tahap dalam menulis yaitu

1) Tahap Pramenulis

Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan bagi orang yang berolahraga. Pada fase penulisan ini terdapat aktivitas pemilihan topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan.

2) Tahap Penulisan

Tahap ini merupakan fase untuk mulai menulis, menuangkan ide berbentuk tulisan sehingga menjadi sebuah karangan.Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi dan akhir. Awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan dan

sekaligus mengiringi pembaca terhadap pokok tulisan kita. Isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan. Akhir karangan berisi simpulan, dan dapat ditambah rekomendasi atau saran bila diperlukan.

3) Tahap Pasca Penulisan

Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi).

Menurut Saddhono dan Slamet (2012: 5) mengemukakan bahwa proses penulisan terdiri atas lima tahap yaitu (1) pramenulis, (2) menulis, (3) merevisi, (4) mengedit, (5) mempublikasikan. Pramenulis merupakan tahap persiapan atau tahap seorang penulis menemukan ide/ gagasan. Pada tahap ini sangat diperlukan adanya rangsangan atau stimulus untuk merangsang munculnya respon berupa ide/ gagasan. Tahap menulis dimulai dari menjabarkan ide-ide dalam bentuk tulisan. Pada tahap ini memerlukan pemilihan kata yang tepat agar bisa dimengerti oleh pembaca. Merevisi merupakan tahap mengoreksi keseluruhan paragraf dalam tulisan. Koreksi dilakukan terhadap aspek kebahasaan meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaan dan tanda baca. Setelah mengetahui kesalahan dalam tulisannya, seorang penulis melakukan proses pengeditan untuk memperbaiki kesalahannya. Ketika proses pengeditan sudah selesai, penulis akan mem-publikasikan hasil tulisannya, dapat melalui penceritaan atau dalam bentuk cetakan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis dilakukan dalam berbagai tahap. Tahapan tersebut harus dikuasai dengan baik agar

memperoleh tulisan yang baik. Tulisan atau karangan yang baik dapat dilihat dari segi bahasa yang digunakan, isi tulisan/karangan,dan cara penyajiannya.

2.1.6.3 Macam-macam Karangan

Karangan merupakan salah satu ragam wacana tulis. Karangan dapat disajikan dalam berbagai bentuk disesuaikan dengan tujuan penulisan. Suparno dan Yunus (2010: 1.11) karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana yaitu:

1) Deskripsi

Menurut Suparno dan Yunus (2010: 1.11) menyatakan deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya. (Saddhono dan Slamet, 2012: 101)

2) Narasi

Saddhono dan Slamet (2012: 101) mengemukakan narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal menurut Suparno dan Yunus (2010: 1.11).

3) Eskposisi (Paparan)

Suparno dan Yunus (2010: 1.11) menyatakan eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan

sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya. Saddhono dan Slamet (2012: 101) fakta dan ilustrasi yang disampaikan sekedar memperjelas apa yang disampaikannya.

4) Argumentasi (Pembahasan atau Pembuktian)

Saddhono dan Slamet (2012: 101) menyatakan argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Penulis menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan untuk lebih meyakinkan pembaca.

5) Persuasi

Suparno dan Yunus (2010: 1.11) menyatakan persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Saddhono dan Slamet (2012: 101) mengemukakan karangan persuasi menggunakan pendekatan emosional dalam penulisannya. Persuasi juga menggunakan bukti, namun terkadang bukti yang disajikan digunakan seperlunya atau kadang dimanipulasi. Contoh propaganda, iklan, dan selebaran.

Berdasarkan data di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada lima jenis karangan, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Penelitian ini akan menggunakan jenis karangan narasi.

Dokumen terkait