• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

E. Proses Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Bank Syariah

Sebelum kepada pengertian bank syariah, terlebih dahulu kita lihat pengertian bank secara umum. Secara umum bank berasal dari bahasa Italia Banco yang artinya bangku. Menurut Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

28 masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. (Ahmad Rodoni, 2005:21).

Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas BUS dan BPRS (Pasal 1 angka 7 UU Perbankan Syariah), (Zubairi Hasan, 2009:5). Pengertian bank syariah dalam Modul Perbankan Syariah oleh Arif Mufraini, adalah lembaga keungan yang tata cara beroperasinya dalam penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dana, memberikan dan mengenakan imbalan didasarkan pada tata cara bermuamalat secara islami atau prinsip syariah, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist Atau dengan kata lain Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam. Bank syariah dapat melaksanakan semua kegiatan yang biasa dilakukan oleh bank konvensional namun tidak boleh berdasarkan bunga. (Arif Mufraini, 2008:17).

Menurut Ali Sakti (2007:288) Bank Islam (syariah) merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan jasa simpanan bagi para nasabah.

29 2. Produk dan Jasa Bank Syariah

a. Produk Penghimpunan Dana (Funding) 1) Giro (wadi’ah)

Giro (wadi’ah) merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. (Syafi’I Antonio, 2001:85). Sedikitnya ada dua jenis wadi’ah:

-Wadi’ah yad dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat si pemilik menghendakinya. (Sri Nurhayati, 2008:230).

- Wadi’ah amanah, yaitu wadi’ah di mana utang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Si penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut. (Sri Nurhayati, 2008:230).

2) Tabungan (mudharabah)

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul

30 dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. (Syafi’I Antonio, 2001:97).

2) Mudharabah Muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. (Syafi’I Antonio, 2001:97).

Pada prakteknya, bank syariah menerapkan dua akad dalam tabungan yaitu wadi’ah dan mudharabah. Tabungan yang menerapkan akad wadi’ah digunakan untuk tabungan yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Pada prinsipnya tabungan ini menyerupai giro, hanya saja sistem penarikannya tidak menggunakan cek. Dalam hal tenggung jawab dan pembagian keuntungan atas penggunaan dana tabungan sama seperti giro. Sedangkan tabungan yang menerapkan akan mudharabah mengikuti prinsip-prinsip mudharabah antara lain:

- Keuntungan dari dana yang diinvestasikan harus dibagi antara

shasibul maal (penabung) dan mudharib (pihak bank).

- Adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan. Karena untuk melakukan investasi dengan memutar dana itu diperlukan waktu yang cukup.

- Apabila bank mengalami kerugian, maka pemilik tabungan juga ikut menanggung resiko kerugian tersebut.

b. Produk Penyaluran Dana (Landing)

31 - Murabahah

Murabahah bi tsaman ajil atau lebih dikenal dengan Murabahah.

berasal dari kata ridhu (keuntungan) adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungan. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. (Arif Mufraini, 2008: 41).

- Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual-belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sedangkan nasabah sebagai penjual. (Arif Mufraini, 2008: 43).

- Istishna

Produk istishna menyerupai produk salam, tapi dalam istishna pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan dalam pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Ketentuan umum istishna, antara lain: spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlah.

32 Harga jual yang disepakati dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari criteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, maka seluruhnya biaya tambahan tetap ditanggung nasabah. (Arif Mufraini, 2008: 45).

2) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa, antara lai: - Ijarah

Dalam konteks fikih klasik, ijarah adalah hak untuk pemanfaatan barang atau jasa dengan membayar imbalan tertentu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. (Arif Mufraini, 2008: 46).

3) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil, antar lain: - Pembiayaan Musyarakah yaitu kerjasama antara dua

pihak atau lebih dalam hal modal dan keuntungan. (Arif Mufraini, 2008: 50).

- Pembiayaan mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dimana pihak modal (shahibul maal)

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)

dengan suatu perjanjian keuntungan. (Arif Mufraini, 2008:56). c. Produk Jasa Bank Syariah

33

Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang-piiutang. Dalam praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk melanjutkan supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang. (Arif Mufraini, 2008:62).

2) Rahn (Gadai)

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn

adalah semacam jaminan utang atau gadai. (Syafi’I Antonio, 2001:128).

3) Qardh

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. (Syafi’I Antonio, 2001:131).

4) Wakalah (Perwakilan)

Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Akan tetapi, maksud wakalah ini adalah

34 pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan. (Syafi’I Antonio, 2001:131).

5) Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah yaitu mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. (Syafi’I Antonio, 2001:123).

Dokumen terkait