BAB II. PERUBAHAN-PERUBAHAN DALAM PENGATURAN
A. Pengertian dan Bentuk Persekongkolan
Istilah persekongkolan disemua kegiatan masyarakat hampir selalu berkonotasi negatif. Pandangan ini disebabkan, bahwa pada hakikatnya persekongkolan konspirasi bertentangan dengan keadilan, karena tidak memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh penawar untuk mendapatkan objek barang dan/atau jasa yang ditawarkan penyelenggara. Akibat adanya persekongkolan tender, penawar yang mempunyai itikad baik menjadi terhambat untuk masuk pasar, dan akibat lebih jauh adalah terciptanya harga yang tidak kompetitif.
Dalam pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999, persekongkolan dalam tender adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih secara terang-terangan maupun diam-diam melalui tindakan penyesuaian dan/atau membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan dan/atau menciptakan persaingan semu dan/atau menyetujui dan/atau memfasilitasi dan/atau tidak menolak melakukan seuatu tindakan meskipunmengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu. Persekongkolan penawaran tender (bid ringging) termasuk salah satu perbuatan yang dianggap merugikan negara karena terdapat unsur manipulasi harga penawaran, dan cenderung menguntungkan pihak yang terlibat dalam persekongkolan.
Jenis persekongkolan tender dapat dibedakan atas 3 (tiga) jenis, yaitu Persekongkolan Horizontal, Persekongkolan Vertikal, dan Gabungan Persekongkolan Vertikal dan Horizontal, berikut penjelasan atas ketiga jenis persekongkolan tersebut sebagai berikut 73 Menurut Komisi Persaingan Usaha Republik Indonesia, mengenai komentar Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan Dalam Tender, yaitu:
1. Persekongkolan Horizontal
Merupakan persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingnya. Persekongkolan ini dapat dikategorikan sebagai persekongkolan dengan menciptakan persaingan semu diantara peserta tender
2. Persekongkolan Vertikal
Merupakan persekongkolan yang terjadi antara salah satu beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan. Persekongkolan ini dapat terjadi dalam bentuk dimana panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan bekerjasama dengan salah satu atau beberapa peserta tender
3. Persekongkolan Horizontal dan Vertikal
Merupakan persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan pelaku usaha
73
Komisi Persaingan Usaha Republik Indonesia, Pasal 22 Tentang Larangan Persekongkolan Dalam Tender. Jakarta. 2007)
atau penyedia barang dan jasa. Persekongkolan ini dapat melibatkan dua atau tiga pihak yang terkait dalam proses tender. Salah satu bentuk persekongkolan ini adalah tender fiktif, dimana baik panitia tender, pemberi pekerjaan, maupun sesama para pelaku usaha melakukan suatu proses tender hanya secara administratif dan tertutup.
Tender yang berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau menghambat persaingan usaha adalah :
a. Tender yang bersifat tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan secara luas, sehingga mengakibatkan para pelaku usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi tidak dapat mengikutinya;
b. Tender yang bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku usaha dengan kompetensi yang sama;
c. Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk ikut. Untuk mengetahui telah terjadi tidaknya suatu persekongkolan dalam tender,
berikut dijelaskan berbagai indikasi persekongkolan yang sering dijumpai pada pelaksanaan tender. Perlu diperhatikan bahwa, hal-hal berikut ini merupakan indikasi persekongkolan, sedangkan bentuk atau prilaku persekongkolan maupun ada tidaknya persekongkolan tersebut harus dibuktikan melalui pemeriksaan oleh tim pemeriksa atau Majelis KPPU.
1. Indikasi persekongkolan pada saat perencanaan, antara lain meliputi :
a. Pemilihan metode pangadaan yang menghindari pelaksanaan tender/lelang secara terbuka.
b. Pencantuman spesifikasi teknik, jumlah, mutu, dan/atau waktu penyerahan barang yang akan ditawarkan atau dijual atau dilelang yang hanya dapat disuplai oleh satu pelaku usaha tertentu.
c. Tender /lelang dibuat dalam paket yang hanya satu atau dua peserta tertentu yang dapat mengikuti /melaksanakannya.
2. Indikasi persekongkolan pada saat pembentukan panitia, antara lain meliputi : a. Panitia yang dipilih tidak memiliki kualifikasi yang dibutuhkan sehingga mudah
dipengaruhi.
b. Panitia terafiliasi dengan pelaku usaha tertentu.
c. Susunan dan kinerja panitia tidak diumumkan atau cenderung ditutup-tutupi 3. Indikasi persekongkolan pada saat prakualifikasi perusahaan atau pra lelang, antara
lain meliputi :
a. Persyaratan untuk mengikuti prakualifikasi membatasi dan/atau mengarah kepada pelaku usaha tertentu.
b. Adanya kesepakatan dengan pelaku usaha tertentu mengenai spesifikasi, merek, jumlah, tempat, dan/waktu penyerahan barang dan jasa yang akan ditender atau dilelangkan.
c. Adanya kesepakatan mengenai cara, tempat, dan/waktu pengumuman tender/lelang.
d. Adanya pelaku usaha yang diluluskan dalam prakualifikasi walaupun tidak atau kurang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
4. Indikasi persekongkolan pada saat pembuatan persyaratan untuk mengikuti tender/lelang maupun pada saat penyusunan dokumen tender/lelang antara lain meliputi adanya persyaratan tender/lelang yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu terkait dengan sertifikasi barang, mutu, kapasitas dan waktu penyerahan yang harus dipenuhi.
5. Indikasi persekongkolan pada saat pengumuman tender atau lelang, antara lain meliputi :
a. Jangka waktu pengumuman tender/lelang yang sangat terbatas.
b. Informasi dalam pengumuman tender/lelang dengan sengaja dibuat tidak lengkap dan tidak memadai. Sementara, informasi yang lebih lengkap diberikan hanya kepada pelaku usaha tertentu.
c. Pengumuman tender/lelang dilakukan melalui media dengan jangkauan yang sangat terbatas, misalnya pada surat kabar yang tidak dikenal ataupun pada papan pengumuman yang jarang dilihat dipublik atau pada surat kabar dengan jumlah ekslempar yang tidak menjangkau sebagian besar target yang diinginkan.
6. Indikasi persekongkolan pada saat pengambilan dokumen tender/lelang, antara lain meliputi :
a. Dokumen tender/lelang yang diberikan tidak sama bagi seluruh calon peserta tender/lelang.
c. Alamat atau tempat pengambilan dokumen tender/lelang sulit ditemukan oleh calon peserta tender/lelang.
d. Panitia memindahkan tempat pengambilan dokumen tender/lelang secara tiba- tiba menjelang penutupan waktu pengambilan dan perubahan tersebut tidak diumumkan secara terbuka.
7. Indikasi persekongkolan pada saat penentuan harga perkiraan sendiri atau harga dasar lelang, antara lain meliputi :
a. Adanya dua atau lebih harga perkiraan sendiri atau harga dasar atas satu pokok atau jasa yang ditender/lelangkan.
b. Harga perkiraan sendiri atau harga dasar hanya diberikan kepada pelaku usaha tertentu.
c. Harga perkiraan sendiri atau harga dasar ditentukan berdasarkan pertimbangan yang tidak jelas dan tidak wajar.
8. Indikasi persekongkolan pada saat penjelasan tender atau open house lelang, antara lain meliputi :
a. Informasi atas barang/jasa yang ditender/lelang tidak jelas dan cenderung ditutupi.
b. Penjelasan tender/lelang dapat diterima oleh pelaku usaha yang terbatas sementara sebagian besar calon peserta lainnya tidak dapat menyetujuinya. c. Panitia bekerja secara tertutup dan tidak memberi layanan atau informasi yang
d. Salah satu calon peserta tender/lelang melakukan pertemuan tertutup dengan panitia.
9. Indikasi persekongkolan pada saat penyerahan dan pembukaan dokumen atau kotak penawaran tender/lelang, antara lain meliputi :
a. Adanya dokumen penawaran yang diterima setelah batas waktu.
b. Adanya dokumen yang dimasukan dalam satu amplop bersama-sama dengan penawaran peserta tender/lelang yang lain.
c. Adanya penawaran yang diterima oleh panitia dari pelaku usaha yang tidak mengikuti atau tidak lulus dalam proses kualifikasi atau proses administrasi. d. Terdapat penyesuaian harga penawaran pada saat-saat akhir sebelum
memasukan penawaran.
e. Adanya pemindahan lokasi/tempat penyerahan dokumen penawaran secara tiba-tiba tanpa pengumuman secara terbuka.
10. Indikasi persekongkolan pada saat evaluasi dan penetapan pemenang tender/lelang, antara lain meliputi :
a. Jumlah peserta tender/lelang yang lebih sedikit dari jumlah peserta tendr/lelang b. Harga yang dimenangkan jauh lebih tinggi atau lebih rendah dari harga
tender/lelang sebelumnya oleh perusahaan atau pelaku usaha yang sama c. Para peserta tender/lelang memasukan harga penawaranyang hampir sama d. Peserta tender/lelang yang sama, dalam tender/lelang yang berbeda mengajukan
harga yangberbeda untuk barang yang sama, tanpa alasan yang logis untuk menjelaskan perbedaan tersebut.
e. Panitia cenderung untuk memberi keistimewaan para peserta tender/lelang tertentu.
11. Indikasi persekongkolan pada saat pengumuman calon pemenang, antara lain meliputi :
a. Pengumuman diumumkan secara terbatas sehingga pengumuman tersebut tidak diketahui secara optimal oleh pelaku usaha yang memenuhi pesyaratan, misalnya diumumkan pada media massa yang tidak jelas atau diumumkan melalui faksimili dengan nama pengirim yang kurang jelas.
b. Tanggal pengumuman tender/lelang ditunda dengan alasan yang tidak jelas. c. Peserta tender/lelang memenangkan tender/lelang cenderung berdasarkan
giliran yang tetap.
d. Ada peserta tender/lelang lelang yang memenangkan tender/lelang secara terus menerus diwilayah tertentu.
12. Indikasi persekongkolan pada saat pengajuan sanggahan, antara lain meliputi : a. Panitia tidak menanggapi sanggahan peserta tender/lelang
b. Panitia cenderung menutup-nutupi proses dan hasil evaluasi.
13. Indikasi persekongkolan pada saat penunjukan pemenang tender/lelang dan penandatanganan kontrak, antara lain meliputi :
a. Surat penunjukan pemenang tender/lelang telah dikeluarkan sebelum proses sanggahan diselesaikan.
b. Penerbitan surat penun jukan pemenang tender/lelang mengalami penundaan tanpa alasan yang dapat dipertangungjawabkan.
c. Surat penunjukan pemenang tender/lelang tidak lengkap
d. Konsep kontrak dibuat dengan menghilangkan hal-hal penting yang harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak.
e. Penandatanganan kontrak dilakukan secara tertutup.
14. Indikasi persekongkolan pada saat pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan, antara lain meliputi :
a. Pemenang tender/lelang mensub-contrackan pekerjaan kepada perusahaan lain atau peserta tender/lelang yang kalah dalam tender atau lelang tersebut.
b. Volume atau nilai proyek yang diserahkan tidak sesuai dengan ketentuan awal, tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Hasil pegerjaan tidak sesuai atau lebih rendah dibandingkan dengan ketentuan yang diatur dalam spesifikasi teknis, tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.