BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PASAL 34 Tindakan penyanderaan dilarang
1. Pengertian dan kriteria penduduk sipil
a. Pengertian penduduk sipil
Tidak diatur secara jelas di dalam Konvensi Jenewa IV 1949, namun bila dilihat di dalam pasal-pasalnya, telah memberikan pengertian mengenai penduduk sipil yaitu mereka yang tidak ikut terlibat atau dilibatkan dalam suatu konflik bersenjata.
Tidak diatur secara jelas di dalam Al-Qur‟an dan Hadist, namun bila di lihat dari pengaturannya di dalam ayat-ayat Al-Qur‟an surat Al-Baqarah : 190, An- Nisaa‟ : 93, Al-Maidah : 32 dan lainnya dan Hadist Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan lainnya telah menunjukkan pengertian penduduk sipil yaitu mereka yang tidak ikut terlibat atau di libatkan dalam suatu peperangan/ tidak bersalah.
b. Kriteria penduduk sipil yang dilindungi
Kriteria penduduk sipil yang dilindungi adalah mereka yang pada saat peristiwa menemukan dirinya dalam kasus pertikaian dan atau pendudukan, berada ditangan pihak yang bertikai atau negara yang menduduki yang bukan negaranya. Sehingga hal ini mencakup semua penduduk sipil yang terdiri dari laki-laki dan wanita, muda dan tua dan lainnya yang tidak terlibat dalam konflik. Konvensi Jenewa IV 1949 juga telah memberikan cakupan yang luas mengenai kriteria penduduk yang dilindungi yaitu orang asing, orang yang tinggal di wilayah pendudukan, interniran sipil dan juga anggota dan atau organisasi sosial yang bertugas membantu penduduk sipil lainnya selama konflik bersenjata.
Kriteria penduduk sipil yang dilindungi adalah wanita dan anak-anak, orang tua dan muda, pendeta, pekerja buruh, petani, pedagang, orang buta, orang gila dan lainnya yang tidak terlibat dalam peperangan. Hukum Islam juga memberikan perlindungan kepada orang asing dan orang yang tinggal di wilayah pendudukan serta kepada tawanan perang.
2. Perlindungan Umum Melarang untuk melakukan tindakan pemaksaan jasmani maupun rohani untuk mendapatkan keterangan,
Melarang untuk melakukan tindakan perampasan dan perampokan atau penjarahan terhadap harta benda
menjatuhkan suatu hukuman kolektif, intimidasi, terorisme dan perampokan, pembalasan atau (reprisal), penyanderaan atau melakukan tindakan yang dapat menimbulkan penderitaan penduduk sipil tersebut.
penduduk sipil. Penduduk sipil harus dilindungi nyawa, harta benda dan miliknya.
a. Perlindungan Orang Asing di Wilayah Pendudukan
Berlakunya hukum masa damai yang mengatur tentang orang asing dalam wilayah negara tersebut. Sehingga orang asing tersebut akan mendapatkan perlindungan jiwa dan harta maupun hak-haknya.
Berlakunya hukum masa damai yang mengatur tentang orang asing dalam wilayah negara tersebut. Sehingga orang asing tersebut akan mendapatkan perlindungan jiwa dan harta maupun hak-haknya.
b. Perlindungan Orang Yang Tinggal
di Wilayah
Pendudu- kan
Konvensi Jenewa IV 1949 memberikan kewenangan kepada penguasa pendudukan untuk membentuk undang-undang dan mengadakan perjanjian dengan pihak yang diduduki.
Hukum Islam memberikan kewenangan bagi penguasa pendudukan (Imam) untuk membentuk suatu undang-undang dan mengadakan perjanjian dengan pihak yang diduduki.
Tabel 2. Perbedaan-perbedaan antara Konvensi Jenewa IV 1949 dan Hukum Islam mengenai Perlindungan Penduduk Sipil Saat Konflik Bersenjata.
No. Perbedaan Konvensi Jenewa IV 1949 Hukum Islam c. Perlindungan di
Interniran
- Memberikan tempat yang baik, aman dan jauh dari bahaya perang.
- Memperhatikan kebutuhan makanan dan pakaian serta kesehatan para tawanan. - Memberikan kebebasan
kepada para tawanan untuk melakukan kegiatan agama, intelektual dan jasmaninya. - Memberikan aturan disiplin
kepada para tawanan. - Memberikan sanksi disiplin
dan sanksi pidana bagi
tawanan tanpa
diskriminatif.
- Melakukan pemindahan tawanan secara manusiawi. - Pembebasan dilakukan
setelah konflik berakhir dan tidak ada lagi alasan-alasan penawanan.
- Memberikan tempat yang baik, aman dan jauh dari bahaya perang.
-Memperhatikan kebutuhan makanan dan pakaian serta kesehatan para tawanan -Memberikan kebebasan
kepada para tawanan untuk melakukan kegiatan agama, intelektual dan jasmaninya - Memberikan aturan disiplin
kepada para tawanan. - Memberikan sanksi disiplin
dan sanksi pidana tanpa diskriminatif.
- Melakukan pemindahan tawanan secara manusiawi. -Pembebasan dilakukan
setelah konflik berakhir dan tidak ada lagi alasan-alasan penawanan.
1. Perlindungan orang asing di wilayah pendudukan
Dalam Konvensi Jenewa IV 1949 perlindungan terhadap orang asing di wilayah pendudukan diberikan secara langsung tanpa adanya pembedaan. Semua orang asing yang berada di wilayah tersebut akan langsung mendapatkan perlindungan dan jaminan akan jiwa, harta, dan hak-haknya.
Dalam Hukum Islam perlindungan terhadap orang asing di wilayah pendudukan berlaku kriteria tertentu yang didasarkan pada status apakah ia Muslim, Dhimmi atau Kafir. Jika ia Muslim, akan mendapatkan perlindungan yang sama dengan Muslim lainnya, namun bila kafir, ia mendapatkan perlindungan jika mau membayar Jizya, sehingga menjadi Dhimmi dan akan diperlakukan seperti Muslim lainnya.
2. Perlindungan Orang Yang Tinggal di Wilayah Pendudukan
Dalam Konvensi Jenewa IV 1949 orang yang tinggal di wilayah pendudukan akan mendapatkan perlindungan langsung dari penguasa pendudukan dan tidak akan dihilangkan keuntungannya meskipun adanya perubahan sebagai akibat dari pendudukan, maka penguasa pendudukan tetap harus mematuhi hukum negara yang diduduki yang mana masih tetap berlaku.
Dalam Hukum Islam orang yang tinggal di wilayah pendudukan akan kehilangan keuntungannya apabila tidak mau mengikuti pemberlakuan ketentuan yang diberikan oleh penguasa Islam yang merupakan perjanjian antara keduanya dan berlaku sebagai undang-undang meskipun adanya perubahan yang disebabkan oleh pendudukan tersebut. Sehingga orang tersebut akan mendapatkan jaminan perlindungan jika
mau menerima Islam atau menjadi Dhimmi dengan syarat membayar Jizya. 3. Perlindungan Tawanan
a. Konsep Tawanan Perang
Dalam Konvensi Jenewa IV 1949 tawanan perang dengan tawanan sipil adalah berbeda. Jadi tawanan perang adalah berlaku bagi orang yang ditawan yang ikut dalam pertikaian. Sedang tawanan sipil adalah berlaku bagi orang yang ditawan yang tidak ikut terlibat dalam pertikaian.
Dalam Hukum Islam orang yang ditawan yang tidak ikut dalam pertikaian tetap dimasukkan ke dalam tawanan perang. Dalam Hukum Islam tawanan perang dan tawanan sipil adalah sama saja. Meskipun dimasukkan ke dalam tawanan perang, orang sipil tersebut tetap akan mendapatkan perlakuan yang baik sama dengan tawanan perang.
b. Pembebasan Tawanan
Dalam Konvensi Jenewa IV 1949 pembebasan tawanan sipil didasarkan pada kondisi tawanan dan berlangsungnya konflik saja.
Dalam Hukum Islam pembebasan tawanan perang didasarkan pada putusan yang diambil dari penguasa Islam (Imam) dengan melihat pada pertimbangan kemaslahatan dan mudharatnya. Jadi tidak hanya didasarkan pada kondisi tawanan atau berlangsungnya konflik saja.
BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab III, maka kesimpulan yang bisa diambil adalah sebagai berikut :
Pengaturan Perlindungan Penduduk Sipil saat Konflik Bersenjata dalam Konvensi Jenewa IV 1949 dan Hukum Islam.
1. Pengaturan Perlindungan Penduduk Sipil saat konflik bersenjata