• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian dan Pentingnya Globalisasi bagi

Bab II Pelaksanaan Otonomi Daerah

A. Pengertian dan Pentingnya Globalisasi bagi

bagi Bangsa Indonesia

Dalam peradaban dunia sekarang ini, bagaikan anak panah yang melesat dari busurnya, anak panah itu tidak akan berhenti sebelum mencapai sasaran. Perubahan-perubahan dewasa ini sangat cepat, sementara itu, kekuatan peradaban terletak pada ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang akan membawa pengaruh bagi kehidupan manusia.

Apa itu globalisasi? Jawabnya singkat,yaitu proses yang memudahkan untuk berkomunikasi, berinteraksi, mengembang-kan suatu ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Fenomena mengenai globalisasi menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia.

Pada dasarnya globalisasi merupakan integrasi pasar, finansial, dan teknologi yang mengecilkan dunia dari ukuran sedang menjadi kecil. Globalisasi memungkinkan kita untuk lebih dapat menjangkau semua penjuru dunia secara lebih jauh, lebih cepat, lebih dalam, dan lebih murah dari waktu sebelumnya.

Isi globalisasi kebanyakan oleh kalangan pembelajar adalah di bidang bisnis internasional, ekonomi, dan sosiologi. Bagaimana ahli hukum dalam memandang globalisasi dan konsekuensinya terhadap hukum. Sebelum lebih jauh menginjak pada masalah posisi dan respon hukum terhadap globalisasi, kita perlu mencari dan menyepakati, hal-hal yang menjadi unsur diterminasi globalisasi.

Dalam era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pendorong hubungan antarbangsa, maka membangun masyarakat modern berarti harus membuka diri, sebab bangsa yang tertutup akan ketinggalan kemajuan bangsa lain.

Gambar 3.1 Dengan berkembangnya globalisasi memudahkan kita untuk memperoleh informasi secara cepat.

Dalam membangun, bangsa kita bukan saja menyerap modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan keterampilan dari luar, tetapi terbawa masuk pula nilai-nilai sosial dan politik yang berasal dari kebudayaan lain. Untuk itu, kita harus mampu menyaring nilai-nilai dari luar tadi agar nilai-nilai yang baik dan tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa yang kita serap, seperti budaya kerja keras, mandiri, menghargai waktu, investasi, keilmuan, rasional teknologi, dan lain-lain. Nilai-nilai yang tidak sesuai/bertentangan harus kita tolak seperti minum-minuman keras, pergaulan bebas, individualistis,dan lain sebagainya.

Era globalisasi yang berasal dari pengaruh asing sangat membahayakan bagi kehidupan bangsa Indonesia yang mempunyai nilai yang sangat kental dengan nilai kegotongroyongan, persatuan dan kesatuan, mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan, serta nilai religius yang sangat konsisten melaksanakan ajaran agama dengan ditandai toleransi yang mendalam. Untuk itu, bangsa Indonesia harus tetap waspada.

Namun, globalisasi juga mempunyai arti penting bagi kemajuan bangsa Indonesia, dalam hal ini arus komunikasi berkembang pesat. Di era tahun tujuh puluhan alat transportasi juga komunikasi sangat terbatas, tetapi di era globalisasi terdapat berbagai komunikasi, di antaranya internet, handphone, telepon, dan sebagainya. Ini semua membawa dampak positif bagi kemajuan bangsa di pelosok tanah air. Pada prinsipnya informasi mudah diserap mulai dari lapisan atas sampai masyarakat yang paling bawah (masyarakat pedesaan).

Meskipun demikian, masyarakat harus tetap waspada dengan adanya informasi yang sangat global, dan harus pandai menyaring mana yang harus dilakukan atau diikuti maupun yang harus dihindari.

1. Globalisasi Bidang Perdagangan dan Ekonomi

Untuk menyongsong era globalisasi tiap-tiap kawasan negara membentuk berbagai organisasi perdagangan di berbagai kawasan, antara lain sebagai berikut.

a. Kawasan Asia Tenggara

Gambar 3.3 Pertemuan AFTA ke-13 di Raffless City Convention Center, Singapura pada 29 September 1999 yang dipimpin Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, George Yeo.

Sumber: Ensiklopedia Umum untuk Pelajar, 2005

Gambar 3.2 Pengguna telepon seluler pada era globalisasi sudah tidak asing lagi bagi masyarakat.

71

Globalisasi dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara

Negara-negara di kawasan Asia Tenggara mendirikan AFTA (ASEAN Free Trade Area, Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN) adalah forum kerja sama antarnegara ASEAN yang bertujuan menciptakan wilayah perdagangan bebas di seluruh ASEAN. Konsep perdagangan bebas ini antara lain meliputi penghapusan atau penurunan tarif perdagangan barang sesama negara ASEAN, sehingga menurunkan biaya ekonomi.

Pembentukan AFTA berawal dari pertemuan kepala negara/pemerintahan negara ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-4 di Singapura (Januari 1992). Dalam pertemuan itu disepakati kerangka peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN. Kesepakatan ini merupakan wadah kerja sama ekonomi ASEAN di masa mendatang, termasuk kesepakatan pembentukan AFTA.

Common Effective Preferrential Tariff (CEPT)

Penurunan tarif AFTA dilakukan melalui preferensi yang baik daripada nondiskriminasi tarif efektif bersama (Common Effective Preferential Tariff (CEPT). CEPT adalah mekanisme bahwa tarif barang yang diperdagangkan diturunkan menjadi 0–5% mulai tahun 2003 untuk Brunai Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Mekanisme penurunan tarif untuk Vietnam akan berlaku pada 2006; Laos dan Myanmar pada 2008; dan Kamboja pada 2010.

Perdagangan bebas pada umumnya didefinisikan sebagai dihapuskannya tarif, kuota, atau campur tangan pemerintah terhadap lalu lintas perdagangan internasional. Perdagangan bebas mendorong setiap negara memproduksi barang secara lebih efisien dan murah, serta dapat bersaing dengan produk dari negara lain. Perdagangan bebas tidak selalu mendatangkan manfaat bagi setiap orang, terutama bagi produk yang tidak kompetitif atau kalah bersaing dengan produk dari negara lain (barang impor). Tidak tertutup kemungkinan, sebagian pengusaha memiliki kekuatan politik sehingga dapat memproteksi produknya dari barang impor. Itulah sebabnya campur tangan pemerintah dalam perdagangan bebas tetap ada walaupun secara ekonomis sangat merugikan.

Tujuan dibentuknya AFTA di antaranya:

1) meningkatkan keunggulan kompetitif sebagai basis produksi pasar dunia;

2) liberalisasi perdagangan: mengurangi kendala tarif nontarif antarnegara anggota;

3) efisiensi produksi dalam meningkatkan daya saing jangka panjang;

4) etispansi perdagangan intraregional dengan memberikan konsumen di ASEAN lebih banyak pilihan serta kualitas produk lebih baik.

b. Blok Perdagangan di Asia Pasifik

APEC (Asian Pacific Economic Cooperation, Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik) merupakan forum kerja sama negara di kawasan Asia Pasifik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan investasi di antara sesama negara anggota. APEC berlandaskan kepada prinsip kesepakatan bersama yang sifatnya tidak mengikat, dialog terbuka, serta prinsip saling menghargai pandangan dan pendapat seluruh anggotanya. Keputusan yang diambil oleh APEC dibuat berdasarkan konsensus dan kesepakatan yang sifatnya sukarela.

Tujuan utama forum APEC tertuang dalam Deklarasi Bogor pada tahun 1994, yaitu pada saat dilaksanakannya pertemuan pemimpin APEC II, yang menetapkan kawasan APEC sebagai kawasan perdagangan dan investasi bebas dan terbuka berlaku paling lambat tahun 2020. Khusus untuk negara anggota yang termasuk dalam kategori negara maju, kawasan bebas dan terbuka ini harus sudah terealisasi paling lambat tahun 2010.

1) Keanggotaan APEC

Keanggotaan APEC beranggotakan 20 negara. Negara anggota APEC adalah Amerika Serikat, Australia, Brunai Darussalam, Cile, Republik Rakyat Cina, Filipina, Indonesia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

2) Sekretariat APEC

Sekretariat APEC terletak di Kampus National University of Singapore, Singapura. Sekretariat ini terdiri atas wakil dari setiap negara anggota. Pemimpin sekretariat adalah seorang direktur pelaksana (executive director) dan seorang deputi direktur pelaksana (deputy executive director). Direktur pelaksana adalah wakil dari negara tempat berlangsungnya pertemuan pemimpin APEC; sedangkan wakil dari negara tempat akan diselenggarakan pertemuan pemimpin APEC tahun berikutnya akan menempati posisi deputi direktur pelaksana.

3) Indonesia dan APEC

Indonesia merupakan salah satu dari ke-12 negara pencetus APEC. Indonesia pernah menjadi tuan rumah pertemuan pemimpin APEC II di Kota Bogor (1994). Keanggotaan Indonesia dalam forum APEC diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam perekonomian antarsesama negara anggota pada tingkat bilateral maupun multilateral.

Gambar 3.4 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpidato dalam pertemuan tingkat Negara-negara anggota APEC.

73

Globalisasi dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara

4) Prinsip Dasar APEC

APEC yang memiliki visi pembangunan ekonomi secara progresif dan komunitas untuk negara di Asia Pasifik melalui perdagangan dan investasi terbuka, memiliki delapan prinsip dasar, yaitu sebagai berikut.

a) Perdagangan dan Investasi Bebas (The Principle of Free Trade and Investment)

b) Prinsip Kerja Sama Internasional (The Principle of International Cooperation)

c) Prinsip Solidaritas Regional (The Principle of Regional Solidarity)

d) Prinsip Saling Menguntungkan (The Principle of Mutual Benefit)

e) Prinsip Saling Menghormati dan Egalitarian (The Principle of Mutual Respect and Egalitarian)

f) Prinsip Pragmatisme (The Principle of Pragmatism) g) Prinsip Pengambilan Keputusan Berdasarkan

Konsensus Bersama dan Implementasi dengan Mendasarkan pada Fleksibilitas (The Principle of Decision Making of Concensus, Implementation the Basis of Flexibility)

h) Prinsip Regional Terbuka (The Principle of Open Regionalism)

Selain itu, ada juga organisasi perdagangan lainnya termasuk di Amerika Utara yaitu North American Free Trade Area (NAFTA), Blok perdagangan di Afrika (African Marketing Groups), dan lain sebagainya.

Dari berbagai bentuk perdagangan di berbagai kawasan negara tersebut, tentu akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan bangsa Indonesia baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan perdagangan maupun budaya.

2. Globalisasi Bidang Budaya

Globalisasi dalam bidang kebudayaan, membawa pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan budaya bangsa Indonesia sendiri. Globalisasi dalam bidang kebudayaan di antaranya merebaknya budaya asing lewat berbagai media baik langsung maupun tidak langsung. Di antaranya: melalui televisi, internet, surat kabar, dan sebagainya. Oleh karena itu, kita harus mampu menyaringnya. Hal ini tepatlah bahwa negara kita memiliki Dasar Negara Pancasila. Untuk itu, nilai-nilai Pancasila harus betul-betul dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 3.5 Lambang APEC.

B Politik Luar Negeri dalam Hubungan

Dokumen terkait