• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIK

A. Pengertian Etika, Akhlaq dan Moral

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Pengertian Etika, Akhlaq dan Moral

Pada bab sebelumnya telah diuraikan bahwa penelitian ini mengenai perbandingan pemikiran etika dasar Ibn Miskawaih dan Thomas Aquinas. Pada pembahasan ini akan diuraikan asumsi dan teori yang terkait dengan masalah sebagai pijakan analisis penelitian.

Etika dasar merupakan kajian dalam etika (filsafat moral) maka perlu dibahas mengenai pengertian etika, etika dasar dan etika terapan, pengertian akhlak dan moral, nilai baik-buruk, ukuran baik-buruk dan dasar-dasar pembentuk perilaku. Etika sering disamakan dengan pengertian akhlaq dan moral, dalam pembahasan ini akan dipaparkan perbedaan dari ketiga istilah tersebut.

1. Pengertian etika, etika dasar dan etika terapan

Etika berasal dari kata ethos, dalam bahasa Yunani yang artinya adalah adat kebiasaan. Sedangkan arti kata etika dalam kamus besar bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kata etika dapat berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan moral (akhlak), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan

24

atau masyarakat. Bertens mengatakan bahwa etika adalah filsafat moral atau ilmu tentang baik buruk moral.1

Menurut Franz Magnis filsafat moral adalah pemikiran rasional, kritis, mendasar, dan sistematis mengenai ajaran-ajaran moral. Etika membantu mengambil untuk sikap yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap berbagai ajaran moral, mengapa harus mengikuti atau tidak mengikuti ajaran moral tertentu.2

Menurut Hamzah Ya’qub etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk mengenai amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.3

Pengertian etika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah etika berupa ilmu filsafat moral, yang mengkaji secara sistematis suatu pandangan moral yang dapat diketahui lewat akal pikiran.

Sistematika ilmu etika terdiri dari etika dasar dan etika terapan. Etika dasar menyelidiki prinsip-prinsip yang mesti dikerjakan manusia. Kajian etika dasar, menjawab pertanyaan apakah prinsip penilaian moral? Apakah bersifat relatif atau universal? Jika universal lantas apa norma moral yang universal tersebut? Etika terapan mengkaji tentang penerapan prinsip-prinsip dasar tadi pada bidang kehidupan manusia. Pertanyaan yang dijawab adalah bagaimana manusia harus bertindak dalam bidang

1 Kees Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia: Pustaka Utama, 2001), 5-6.

2 Franz Magnis Suseno, Etika sosial, (Jakarta: Gramedia, 1989), 6-7.

25

bersangkutan, atau bagaimana bidang itu perlu ditata agar menunjang pencapaian kebaikan manusia sebagai manusia?4

Etika terapan dapat berupa etika individual dan etika sosial. Etika individual memuat tindakan yang harus dilakukan terhadap diri sendiri. Contoh etika individual seperti etika makan, berpakaian, komunikasi, dan lain-lain. Etika sosial memuat tindakan yang harus dilakukan sebagai anggota masyarakat. Contoh etika sosial seperti etika politik, etika bisnis, etika keluarga, etika lingkungan hidup, etika pendidikan, dan lain-lain.5

1. Pengertian Akhlak

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai “budi pekerti” atau “kelakukan”.6 Akhlak berasal dari kata akhlaq, dalam bahasa Arab yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata Akhlak dekat dengan kata Khaliq yang berarti pencipta, dan makhluq yang berarti ciptaan. Sehingga akhlaq merupakan media hubungan antara Khaliq dan makhluq dan makhluq dengan makhluq.7

Al-Ghazali menerangkan arti akhlak dalam kitan ih}ya>’ ‘ulu>m al-di>n

bahwa al-khalq artinya ciptaan atau makhluk, dan al khuluq artinya budi pekerti, keduanya dipergunakan bersama-sama. Ketika mengatakan si fulan adalah makhluk yang baik, dan budi pekertinya baik. Yang

4 Franz Magnis, Etika sosial, 6-7.

5 Ibid., 8.

6Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 48.

26

dimaksud oleh al-khalq adalah bentuk lahiriah, dan al-khuluq adalah bentuk batiniah. Hal tersebut terjadi karena manusia adalah makhluk yang terdiri dari jasad yang dapat dilihat oleh mata, serta terdiri dari ruh dan jiwa yang hanya bisa dilihat dengan penglihatan hati. Masing-masing dari keduanya mempunyai keadaan, adakalanya jelek adakalanya bagus.8

Al-Gahzali mengatakan al-Khuluq itu ibarat tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di dalamnya. Dari keadaan tersebut tumbuh perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila keadaan yang dari keadaan itu muncul perbuatan-perbuatan baik dan terpuji secara akal dan syara maka itu disebut akhlak yang baik. Menurut al-Ghazali keadaan tersebut harus menetap dalam jiwa, karenanya orang yang berderma secara langka atau karena ada kebutuhan yang datang dari luar, maka itu tidak dapat disebut budi pekertinya pemurah, karena sifat itu belum menetap dalam jiwanya dengan kuat.9

Suatu kebaikan yang baru saja dilakukan oleh seseorang berdasarkan pertimbangan yang mendalam misalnya dari segi untung dan ruginya dalam melakukan perbuatan tersebut, tidak dapat digolongkan sebagai akhlak. Tetapi apabila perbuatan tersebut sudah menjadi kebiasaan lazim dan umum dilakukan oleh individu sehingga melekat dalam jiwanya,

8 Imam al-Ghazali, ih}ya>’ ‘ulu>m al-di>n 5, Terj. Moh Zuhri. dkk, (Semarang: Asy-Syifa, 200), 107-108.

27

hingga membuat seseorang secara spontan berbuat baik atau buruk baru dapat dikatakan sebagai akhlak.10

Pengertian akhlaq secara istilah menurut Ahmad Amin adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dituju manusia dalam tindakannya, dan menunjukkan bagaimana jalan untuk melakukannya.11 Pengertian akhlaq ini mirip dengan pengertian etika.

Namun menurut Hamzah Ya’qub terdapat persamaan antara etika dan akhlaq, yakni keduanya sama-sama membahas masalah baik buruknya tingkah laku manusia. Namun perbedaannya etika bertitik tolak dari akal pikiran, sedangkan akhlaq berdasarkan ajaran Allah dan Rasulnya, tetapi juga cocok dengan fitrah dan akal pikiran. Etika dalam Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlaq yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah petunjuk Allah subh}ana> wa ta’ala.12

2. Pengertian Moral

Kata moral berasal dari bahasa Latin, yakni mores yang artinya adat kebiasaan. Yang dimaksud dengan moral adalah sesuai dengan ide-ide umum diterima tentang tindakan manusia yang baik dan wajar.

10 Abdul Wahid, “Etika Akademik dalam Tradisi Ilmiah di Kalangan Akademisi Iain Ar-Raniry”,

Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012, 124.

11 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, 12.

28

Dikatakan susila ketika sesuai ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh umum dalam lingkungan sosial tententu.13

Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral. Namun, meskipun sama-sama terkait dengan dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan. Etika lebih bersifat teori dan memandang perbuatan manusia secara universal, sedangkan moral lebih bersifat praktis dan lokal. Moral menyatakan ukuran, sementara etika menjelaskan ukuran tersebut.14